Angger Jawara Kebal Mendekam di Penjara karena Bela Marwah Keluarga dan Pertahankan Nyawa Banyak Orang
Angger, Jawara kebal mesti mendekam di penjara lantaran membela marwah keluarga. Dia yang membela diri tidak pernah menyangka akan kedatangan tamu mobat-mabit pada aqiqah adik kandungnya yang bernama Ilah, di Jl. Sutami, Gg. Tini, Minggu, 3 Juli 2022.
Sebelum kejadian berdarah + memilukan, lawan tak diundang Angger, yakni Tutul, telah merusuh di hajatan seseorang dalam Kec. Sekabumi.
Berdasar pengakuan warga sekitar, Tutul minum-minuman keras di hajatan Sekabumi. Entah bagaimana, terjadi keributan antara Tutul dan seseorang (Usul). Usul lari menghindari amuk rekan-rekan Tutul yang sekaligus ketua orgas Laskar Putih Merah wilayah setempat.
Tutul CS mengejarnya hingga ke suatu gudang. Barangkali karena mengira Usul bersembunyi di dalam bangunan tersebut atau barangkali karena alasan lain, Tutul CS merusak kemudian membakar gudang plastik milik Ardo itu.
(Ardo telah melaporkan pengrusakan dan pembakaran Premanisme ke kepolisian)
Waktu itu dan hari itu juga, Tutul CS “hijrah” ke hajatan Aqiqah di rumah Angger Ijaya. Alasannya mencari Usul. Tapi yang dicari tak ada dan Tutul menerapkan gaya Don Juan dalam film kebrutalan.
Berdasar kesaksian warga sekitar, Tutul CS memerlihatkan sajam. Angger merasa terancam. Selain itu, merasa terhina karena ada seseorang mengobrak-abrik acara adiknya yang berlangsung di kediamannya.
Tutul ini tak mengatahui siapa Angger. Saat Tutul menyaru, Angger sempat kena bacok. Tapi ia tak mengapa lantaran memiliki ilmu kebal.
Sajam yang digunakan Tutul membacok terjatuh. Lantaran menjaga diri dan membela Marwah keluaga dan reflek sebab berada dalam situasi yang serba tak memungkinkan, Angger merebut sajam yang jatuh itu, lalu menebas Tutul.
Tutul tergeletak bersimbah darah. Tak lama kemudian tewas di tempat dalam kondisi tak ada yang menolong. Tapi keluarga yang punya hajat, katanya menghubungi keluarga Tutul.
Malam hari setelah kejadian itu, Angger dan keluarga menggelar rapat. Dia hendak kabur dari daerah ini. Namun tak jadi, dia justru meneyerahkan diri.
Setelah di kantor polisi, justru cerita kepahlawanan Angger seperti korban begal yang terancam penjara lantaran membunuh kriminalitas, terlebih pelaku membahayakan keselamatannya.
Berbulan-bulan Angger mendekam di kepolisian. Sedangkan berdasar keterangan saksi, pasukan Tutul yang melakukan tindak premanisme di tiga lokasi dalam durasi tak sampai satu hari itu, masih berkeliaran tanpa “terjambak” hukum.
(PL-03)