KAU MENGGODA
Ia menggoda selalu
Serupa si rupawan yang amat menawan
Lirikan mata tanpa kerdip itu genit sekali
Aku tertawan
Aku ruah di dalamnya
Meski tak mengalir kemana-mana
Bagai secawan rindu yang kikuk
Menatap khusyuk
Ia selalu menggoda
Serupa si tampan yang menawan
Pandangan tanpa kelip itu sangat perkasa
Aku tumpah di dalamnya
Meski tak alir kemana-mana
Secawan ingin beku
Di hasarat kaku
Goda-godalah aku
Sekuat engkau menggoda
Pada diriku yang masih lesu
Dan kaku
Bandul, April 2020 M
DENDANG PETANI
Burung di pucuk randu
Berkicau pagi jadi merdu
Angin bertiup syahdu
Para petani beradu rindu.
Di tanah lembah yang basah
Petani membajak lahan sawah
Menikmati bait-bait tanah
Rahmat anugerah berokah Allah
Burung pagi terbang rendah
Bersarang di sawah_sawah
Merdu suara petani-petani
Cerah wajah bak mentari
Ini dendang petani negeri
Menanam dan menuai rezki
Tumbuh bernaslah padi berisi
Nikmat besar dari Ilahi.
Burung terbang pagi
Berbaur dendang petani
Pagi ke pagi bertandang tani
Di tanah subur pemilik hakiki.
Bandul, April 2020
LIBURAN KE PANTAI
Air mulai surut
Pantaipun tampakan seri.
Ombak berebut sahut
Decas dan debur saling kemari
Angin sepoi gonta ganti
Kadang gelombang sesekali
Pasir putih melambai hati
Ajak bermain dan berlari-lari
Berlibur ke pantai
Menenun senyum ramai-ramai
Bawa bekal makan setikar
Suara-suara ramai kelakar
Pucuk niur melambai-lambai
Hati yang sukar menjadi damai
Sedamai senyum laut nan permai
Sekata jiwa sebati tunai
Oh, ke pantai kita menghantar risau
Membujuk rindu terasa gusar
Memecah sepi biar berderai
Luka lenyap sunyi tersadai.
Bandul, April 2020
PENGANTIN YANG MENIKAHI HUJAN
Pengantin nikahi hujan
Merekapun jadi basah
Lalu berjemur
Pada panas pukul 10
Para undangan hadir
Membawa pesan kecil
Tanpa amplop dan uang receh
“Semoga tetap basah”
Katanya.
Bandul, 25 April 2020
KEKUASAAN DAN HUJAN
Anak-anak bermain hujan
Berlarian sepanjang jalan
Tanpa beban
Menyapu air di badan
Orang tua menyaksika hujan
Yang jatuh di halaman
Meniadakan beban
Di badan
Penguasa mengelak hujan
Jatuh ke badan
Payung-payung
Lekat di tangan
Tak punya beban
Bandul, April 2020
KAPAN KITA NGOPI LAGI ?
Setelah kemarin, kita belum lagi ngopi
Berdiskusi tentang manis gula
dan betapa pahitnya kopi
“tanpa gula, kita tetap ngopi”
Sebutmu cerdas
Setelah kemarin, kita belum ngopi
di cafe bang Alim, ujung gang.
Di sana pembicaraan selalu hangat
Buat kita-kita berkeringat
Seperti baru selesai menikmati kamis malam
Sesekali kita bertingkah konyol
Lalu apa lagi yang harus kita lakukan,
Kini, Ngopi sudah berjauhan
Diskusi sudah Zoom-zooman
Eh sekolah, pakai Daringan
Sekejap ada – sekejap hilang signalnya
“Kalau begitu sebaiknya
Kita buat Ngopi Zoom-zooman pula
Agar pahitnya kehidupan ini
Cukup saja di dunia peri” kataku
Kapan lagi kita Ngopi
Seperti kemarin, kita mabuk
Dalam semangkok harap
Bandul, 04 Mei 2020
Biodata :
Jasman (Jasman Bandul), lahir di Bandul, (Riau) 10 Juni 1984, Beberapa puisi pernah terbit Media Riau Pos, Radar Madura 2020. Sajaknya dan Cerpennya termaktub dalam beberapa antologi puisi Penyair Kopi Dunia (Aceh), Antologi Puisi Gempa Aceh (2017). Antologi Puisi Melukah Bulan di Musim Kemarau (2015), dan Kumpulan Cerpen Lorong (2015). Antologi Puisi, Menderas Sampai Siak, Matahari Sastra Riau, dan Mufakat Air (2017). Antologi Puisi Efitaf Padang Panjang (2018), antologi Puisi Negeri Poci 2019, antolgi Puisi Jazirah 2019. Dan antologi Hari Puisi Dunia “ Berbisik pada Dunia” 2020. Antologi puisi Jazirah 2020.
Catatan Redaksi :
Naskah puisi, cerpen dan esai dikirim ke pantausastra@gmail.com.
Mohon maaf, untuk sementara redaksi belum bisa memberikan honor kepada tulisan puisi, cerpen atau esai terpilih.