Oleh Muhammad Alfariezie
Umbul Helau terus berbenah guna memberi sesuatu yang menarik, unik, berbeda dan tidak ketinggalan jaman. Owner beserta pegawai tempat wisata buatan yang terletak di Jl. Tahura Wan Abdul Rachman tersebut terpantau sedang merenovasi berbagai area di dalam lokasi wisata tersebut, Minggu (27/6).
“Tahun pertama kita merencanakan tempat wisata. Sekarang setelah terwujud, kita memasuki tahap penyempurnaan. Tempat ini kan untuk dikunjungi berbagai orang dan kalangan. Jadi, memerlukan display yang menarik dan selalu baru,” ujar owner Umbul Helau Hendro ketika sedang menulis kaligrafi bertulis taman kelinci, Sabtu (26/7).
Beberapa bulan lalu, Pantau Lampung sempat ke Umbul Helau. Ada beberapa bunga jenis celosia yang warnanya sudah tidak lagi menyala. Dan tumbuhnya pun mulai layu.
Sekarang, sejak berbulan-bulan tidak mengunjungi tempat yang keberadaannya tepat di depan atau di kaki Gunung Betung itu, Umbul Helau benar-benar berbeda. Perbedaannya sangat menarik dan menggugah. Bunga-bunga celosia berwarna pelangi berpadu dengan segarnya kembang miana yang warnanya bak rekah fajar menyambut bayi surya.
“Penyempurnaan ini sebagai salah satu strategi marketing kita. Kalau kita bikin tempat wisata, konsepnya tidak bisa stagnan. Kunci kesuksesan wisata adalah jangan pernah berhenti berinovasi. Itulah yang kita terapkan di sini dan kita kejar terus. Bulan ini pengunjung datang, bulan yang akan datang harus dan pasti melihat konsep yang berbeda,” tutur Hendro sembari tetap mengerjakan tanggung jawabnya.
“Yang pertama kita kejer, taman kelincinya ya. Karena emang kita memerhatikan pengunjung. Pengunjung itu berapa lama di sini, terus apa keluhan di sini. Jadi, karena kita bekerja di sini maka kita sambil dengerin lah keluhan-keluhan mereka. Ya yang bisa kita kerjakan, kita kerjakan.
Tidak pernah berhenti berinovasi. Itu adalah prinsip Hendro dan tim. Mereka memang tidak pernah berleha-leha. Mereka terlihat selalu tulus bekerja demi memberi pelayanan dan kenyamanan berwisata. Setelah menghadirkan area bermain ATV, justru mereka belum puas. Hendro dan kawan-kawan terus menerapkan gagasan baru yang tidak terpikirkan oleh pengelola wisata lain. Tapi, tetap pada konsep awal. Rumah Hobbits, tanaman dan kelinci.
Tahap penyempurnaan Umbul Helau ini pun masih fokus pada perluasan tempat atau keparan kelinci. Selain itu, fokus penambahan jumlah kelinci agar anak-anak bisa lebih riang dan bebas berinteraksi dengan alam.
“Saat ini, kelinci kita kurang banyak karena tempat keparannya terbatas. Terus, untuk tempat keparannya juga kurang luas maka kita tambahin agar anak-anak bisa main atau berinterasksi di situ,” tuturnya riang gembira lantaran akan menyelesaikan gagasannya.
Tema keparan kelincinya sendiri masih tetap menerapkan Rumah Hobbits. Rumah hobbit identik dengan makhluk kecil. Anak-anak banyak yang suka bermain dengan kelinci. Selain itu, kelinci sangat cocok jika diletakkan ke dalam area kampung hobbits. Memang Hendro bisa membuat kandang lain. Tapi, menurutnya tidak berdaya tarik. Rumah-rumah kecil hobbits itulah yang menurutnya paling cocok dengan anak-anak serta kelinci.
“Di sana (Keparan kelinci baru berkonsep hobbits) masih ada bagian-bagian rumah yang belum sempat kita bawa. Proses penyempurnaan di sana cukup menguras tenaga. Kami mesti menggali tanah cukup dalam untuk menanam rumah-rumahan hobbit supaya kokoh. Karena kalau tidak begitu, ya namanya anak-anak pasti naik-naik maka akan rusak dan itu tidak bisa disalahkan, namanya anak-anak apalagi pengunjung,” ujarnya.
Tidak mengenal kata takut. Itulah prinsip Hendro. Pantau Lampung bertanya kepadanya tentang kekhawatirannya jika anak-anak justru merusak tanaman yang ia rawat dan pelihara. Sebagai enterpreuner, dia pun santai menjawab.
“Ya tidak. Karena kita kan sudah memikirkan terlebih dahulu jenis apa yang akan kita tanam di keparan kelinci. Jenisnya tanaman yang bisa dimakan kelinci dan yang pertumbuhannya cepet. Untuk jenis tanamannya sendiri kacang-kacangan dan rumput kacang-kacangan,” jawabnya.
Selain keparan kelinci dan rumah hobbit, Hendro pun menyempurnakan taman yang berisi penuh tanaman. Celosia di taman Umbul Helau sempat gagal semai karena curah hujan yang tinggi dan angin kencang.
“Hampir semua bunga suka dengan cuaca kemarau atau panas. Kalau hujan dan angin kencang pada rubuh karena batangnya enggak kuat menahan power angin,” jelasnya.
Mau tidak mau dan karena demi konsep yang baru maka Hendro dan tim yang lain bekerjasama untuk mencabut beberapa bibit celosia dan menggantikan dengan yang baru. Selain itu, menanam bunga miana sebagai pendamping dari cerahnya jengger ayam.
“Celosia tetap dipertahankan tapi tidak banyak. Sekarang miana karena sudah mulai keliatan warnanya. ya ibaratnya mekarlah gitu,” katanya seraya tersenyum.
Meski harus mencabut beberapa bibit celosia dan menanam miana, Rp Hendro mengaku tidak menemukan kesulitan. Menurutnya, penanaman miana dan celosia hampir sama. Yang membedakan, miana yang ia tanam sudah memiliki warna. Sedangkan celosia mesti benar-benar dari awal. Mulai dari mengolah lahan hingga menyemai agar warnanya terlihat.
Sebagai orang yang gemar mengedukasi, Hendro pun turut membagikan tips suksesnya dalam memelihara tanaman miana. Dia ingin agar masyarakat yang menyukai jenis bunga ini mampu memelihara sehingga pekarangan atau area rumahnya terlihat kian estetik.
“Kalau untuk tanaman miana di area terbuka, jenis ini terus tumbuh. Mulai dari cabangnya, mulai batangnya. Perkembangannya tak terkendali. Triknya mesti rajin kita pangkas atau kita cabut sekalian dan kita tanam ulang. Nanti, akan tumbuh tunas baru,” jelasnya.
“Nah, lebih enak kalau sudah punya tanaman sendiri, kita sudah punya bibitnya yang berkualitas sehingga bisa langsung kita tancepin. Yang berkualitas itu kan dari cabang yang besar terus daun yang bagus, seenggaknya dari empat daun yang berasal dari batangnya itu kita tancepin. Tapi, kalau kita masih sedikit bibitnya, ya yang penting ditancapin saja. Satu lagi, walau batang tidak ada daunnya tetap bisa kita tancepin. Nanti kan dia bertunas. Contoh, ada batang setengah meter, itu bisa jadi lima bisa jadi banyak. Yang bagus untuk ditancepin itu, yang tinggi batangnya setengah meter. Jadi pas kita tancepin langsung bagus. Nah, jarak penanamannya 50 centimeter,” lanjutnya.
Keparan kelinci dan taman hobbit sudah, taman bunga pun sudah. Ada yang belum nih. Yang belum adalah Umbul Helau juga memugar Gajebo. Tempat beristirahat, bersantai dan untuk makan bersama keluarga tersebut telah diperbaiki. Mulai dari memeriksa ketahanan hingga mengecet ulang agar tetap terlihat indah.
“Gajebo juga diperbaiki dan dilakukan pengecatan. Karena kan untuk display jadi biar lebih menarik jika dilihat orang,” kata Hendro.
Pada hari-hari yang akan datang, Umbul Helau akan menghadirkan sesuatu yang bisa jadi menarik pandang. Objek estetis yang akan hadir di Umbul Helau ialah bunga-bunga gantung sebagai pelengkap sekaligus penghias lorong-lorong yang mengarahkan pengunjung ke taman. Tapi, jenis tanamannya masih seperti saat ini. yang menjadi andalan tanaman celosia dan miana. Alasan dari penanaman itu karena lebih elok dipandang dan lebih mudah dirawat.
Selain itu, ada satu lagi yang akan hadir di Umbul Helau. Tapi tidak bisa disebut. Sedikit info saja. Yang nanti hadir di Umbul Helau ialah area berinteraksi hewan lucu dan imut. Area ini diperuntukkan anak-anak agar dapat belajar dan berinteraksi langsung dengan alam berupa hewan. Jenis hewannya masih yang berbulu-bulu tebal gitu.
“Ke depan ada inovasi untuk interaktif manusia dan hewan namun belum bisa disebut,” kata hendro.
Hendro bukan lulusan jurusan pariwisata perguruan tinggi negeri mau pun swasta. Latar belakang pendidikannya adalah sarjana komputer sistem informasi. Namun, pengalaman dan pemahamannya dalam membaca dan mengamati, berbuah ide dan gagasan penting bagi kemajuan pariwisata di Lampung. Selain itu, dia bukan tipe orang yang ongkang-ongkang kaki kemudian membayar orang untuk mengurus segala sesuatu. Dia pekerja keras. Meksi Umbul Helau sudah memiliki pegawai dan mampu membayar pekerja untuk membangun atau merenovasi. Tapi, Hendro tetap bekerja dan memelihara tempat wisatanya sendiri.
“Proses itu terbentuk karena ide kreatifitas ya. Misal ni, ada wisata yang keliatan rame terus mau ikut-ikut. Tapi, begitu eksekusi belum tentu bisa. Ya walau pun sudah kebayang gitu kan, tiba-tiba sampai lokasi bingung ini mau dibuat apa,” ungkapnya.
“Nah, kalo saya sendiri karena sudah terbiasa kerja, terbiasa eksekusi sendiri bareng tim pastinya, itu membentuk karakter sendiri. Tanpa rencana atau gambaran pun kita tetap bekarja. Ya tiba-tiba saja membuat sesuatu berdasarkan penghayatan,” lanjutnya.
“Semua yang kita kerjakan di sini tidak ada gambaran. Ya kita gambarnya, gambar berjalan seiring waktu dan menyesuaikan zaman dan permintaan. Apasih yang lagi buming? Apa sih yang diminati? Kemudian dari situ kita menyesuaikan kondisi. Sebagai pengelola, kita harus rajin membaca dan mencari referensi lain untuk terus menghidupi tempat wisata kita,” tutupnya.
Renovasi atau pemugaran atau tahap penyempurnaan beberapa area Umbul Helau sendiri, dimulai sejak dua minggu lalu, sekitar 15 Juni 2021. Tepatnya, saat cuaca beberapa hari lumayan panas.
“Kita sendiri bermula ingin merenovasi gapura yang bambunya udah mulai rusak. Selain itu ingin membenahi kantin. Kantin mau kita sempurnain untuk menu-menunya. Tapi beberapa hari lalu musim hujan maka kita garablah ini,” tutupnya.
(Artikel ini sudah pernah tayang di laBRAK.co)