BANDAR LAMPUNG, PL— Relawan Perjuangan Demokrasi REPDEM PDI P menggelar Webinar bertema relevansi pancasila di era millenial. REPDEM sengaja mengusung tema tersebut dalam rangka membendung distorsi intoleransi di tengah kaum millenial, Senin (21/6).
Turut hadir dalam acara webinar tersebut, Ketua Umum (Ketum) DPP PDI P Sutarduga, Ketum REPDEM Wanto Sugito, Pengamat Politik Karyono Wibowo, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, Ketua DPN REPDEM Simon Simanjuntak, DPRD Provinsi Jakarta Ima Mahdiah dan Ketua DPN REPDEM Lily Yusrianti.
Wanto Sugito mengatakan, bulan Juni cukup penting bagi bangsa Indonesia. Pada 1 Juni 19945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila. Kemudian 6 Juni Bung Karno Lahir. Pada 21 Juni bertepatan wafatnya Bung Karno dan hari lahir Presiden Joko Widodo.
“Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki kewajiban sejarah agar sosialisasi Pancasila terus kita lakukan sehingga pada bulan Juni, cukup penting dan memiliki peranan bagi bangsa Indonesia,” tutur Ketua Umun REDPEM Wanto Sugito, Senin (21/6).
Beberapa kajian internal REDPEM sangat penting untuk kita katakan karena dalam riset kemenangan, 85% kaum millenial terkena radikalisasi pemikiran intoleransi,” lanjutnya.
Menurutnya, sosialisasi kajian Pancasila tidak cukup jika hanya dilakukan pada satu institusi atau partai politik saja. Imbuhnya, seluruh partai politik dan seluruh element masyarakat punya peranan penting untuk terus berdiuskusi tentang penerapan pancasila di dalam kehidupan.
“Kita memahami Juni menjadi suatu kewajiban sejarah kita sendiri. Namun, tentu tidak harus dipahami sebagai kegiatan ceremony belaka. Jadi tidak harus dilakukan kegiatan yang berkaitan dengan pancasila, hanya di bulan juni tetapi di bulan-bulan lainnya kita tidak berdiskusi, saya rasa sangat cukup disayangkan. Karena Pancasila ini menjadi salah satu konsepsi dasar negara, menjadi konsesus bersama untuk merekat segala suku budaya dan di Indonesia,” lanjut Wanto Sugito.
Arus globalisasi berupa media sosial menjadi salah satu tantangan kaum Nasionalis dan kaum Soekarnois. Menurutnya, informasi yang tak mampu dibendung dalam Media Sosial menjadi faktor pemikiran millenial terdistorsi.
Selain itu, imbuhnya jangan sampai terjadi dalam pergaulan millenial, ada satu individu atau kelompok yang ketika berteman ternyata lebih dulu menanyakan apa suku sampai agamanya.
“Menurut riset yang tadi saya katakan bahwa 85% millenial terkena radikalisasi pemikiran Trans Ideologi tadi, saya rasa ini sangat penting untuk kita bendung bagi kaum Nasionalis Soekarnois dan tentu teman-teman REPDEM yang hadir di webinar ini, REPDEM di seluruh Indonesia dan seluruh masyarakat Indonesia,” katanya.
Wanto Sugito menjelaskan. Dampak intoleransi, menurutnya akan memunculkan keos bagi Bangsa Indonesia.
(PL 03)