Ribuan warga yang tinggal di daerah terpencil di Kabupaten Tanggamus, akhirnya bisa terbebas dari kegelapan berkat perjuangan listrik berkeadilan PT.PLN UID Lampung. Kini, rasio desa berlistrik di Lampung hingga September 2023 sudah mencapai 99,74 persen.
Tanggamus – Siang itu, suara pengajian ibu-ibu warga Pekon Karang Brak, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus sayup-sayup terdengar bahkan hingga ke Pantai Karang Brak.
Sejak listrik mulai mengaliri Pekon Karang Brak pada Maret 2023 lalu, aktivitas warga memang mulai terlihat hidup, termasuk kegiatan majelis taklim di Masjid Baitus Salam ini.
“Sebelum ada listrik, tiap mau taklim harus keliling mendatangi rumah satu persatu dulu. Kalau sekarang, ngundang ibu-ibu pengajiannya cukup pakai microphone masjid saja,” tutur Tini, salah satu anggota majelis taklim.
Kehadiran listrik di Pekon Karang Brak juga amat dirasakan oleh Asep Gunawan, Kaur Pelayanan Pekon Karang Brak ini tak lagi repot harus menggunakan mesin ketik saat hendak membuat surat.
“Dulu kalau mau buat surat pake mesin ketik itu harus di konsep, dikoreksi lagi, biar nggak banyak kertas yang terbuang,” kata Asep.
Tapi, sejak listrik mengaliri pekonnya, Asep kini amat mengandalkan perangkat komputer berikut printer yang ada di balai pekon.”Sekarang sudah lebih santai, listrik sudah ada. Semua arsip surat di simpan di komputer. Kalau dibutuhkan, bisa langsung print. Urusan administrasi juga bisa lebih cepat, kalau ada warga yang butuh surat keterangan bisa langsung di print,” katanya.
Manfaat listrik masuk desa di Pekon Karang Brak juga dirasakan Mispaldi, Kepala SMPN 3 Pematang Sawa, ia tak lagi kesulitan saat mengoreksi hasil belajar siswa.
“Kalau harus ngoreksi nilai malam hari itu yang repot, karena penerangannya cuma pakai lampu sentir jadi harus benar-benar fokus,” tutur Mispaldi.
Selain itu, ketiadaan listrik di Pekon Karang Brak juga diakui Mispaldi amat berpengaruh dengan prestasi belajar para siswanya,”mereka kesulitan kalau belajar malam hari, karena masih menggunakan lampu sentir”.
Kini, setelah listrik menerangi Pekon Karang Brak, perlahan prestasi siswa juga mulai membaik,”kemampuan belajar siswa jauh lebih baik sejak ada listrik,” terang Mispaldi lagi.
Kepala Pekon Karang Brak, Hendra Gunawan mengakui ada perubahan signifikan sejak listrik menerangi wilayah pekonnya.
“Aktivitas warga mulai hidup. Rumah-rumah terang, anak-anak bisa mengaji di malam hari, kegiatan perekonomian juga semakin meningkat,” kata Hendra Gunawan gembira.
Baca Juga: Electrifying Agriculture Sukses Tingkatkan Kesejahteraan dan Produktivitas Petambak Udang di Lampung

Perjuangan PLN Menembus Daerah Terpencil di Kecamatan Pematang Sawa
Keberhasilan PT.PLN (Persero) UID Lampung membebaskan warga yang tinggal di daerah terpencil dari kegelapan ini bukan perkara yang mudah, selain faktor letak geografis dengan kontur perbukitan, akses jalan pun masih amat minim, sehingga proses distribusi material bahkan harus dilakukan melalui laut.
General Manager PLN UID Lampung, Saleh Siswanto menjelaskan tantangan pembangunan jaringan listrik di Kecamatan Pematang Sawa memang cukup rumit dan menelan biaya yang mahal. Hal ini karena lokasi ke delapan desa berbatasan langsung dengan hutan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sehingga PLN harus mensiasati pembangunan jaringan listrik tidak melewati hutan lindung tersebut.
Nilai investasi pembangunan jaringan listrik di 8 desa, termasuk Pekon Karang Brak, bahkan menelan biaya hingga Rp58 miliar untuk membangun jaringan sepanjang 67 kilometer dan ditopang 500 unit tiang yang melintasi kawasan perbukitan.
Selain itu, PLN juga harus menggunakan kabel bungkus premium di seluruh jaringannya untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan dan menjamin keamanan dan kelangsungan satwa di sekitar TNBBS.
“Karena ada aturan tidak boleh ada pembangunan apapun termasuk jaringan listrik di hutan kawasan, maka kami harus membuka akses baru yang tidak melintasi TNBSS. Selain itu, untuk melindungi kelangsungan dan keamanan satwa di TNBSS dan menjaga agar jaringan tidak rusak, kami juga menggunakan kabel bungkus premium,” jelas Saleh Siswanto.
Meski demikian, Saleh Siswanto bersyukur, kerja keras PLN membangun jaringan listrik di Kecamatan Pematang Sawa itu, mendapat dukungan penuh dari masyarakat yang bergotong-royong membuka akses jalan.
Kegigihan PLN itu berbuah manis, sebanyak 2.500 warga di delapan pekon di Kecamatan Pematang Sawa kini bebas dari kegelapan.
Saat ini juga, rasio desa berlistrik di Lampung sudah mencapai 99,74 persen. Dari 2.574 jumlah desa yang ada di Lampung, hanya tersisa 7 desa lagi yang masih menunggu proses perijinan untuk dialiri listrik.
“Apa yang kami lakukan ini menjadi wujud komitmen listrik berkeadilan untuk seluruh masyarakat, tak terkecuali di daerah terpencil”. (Meza Swastika)