Program Electrifying Agriculture PLN sukses meningkatkan kesejahteraan petambak udang di Lampung. Melalui Electrifying Agriculture, petambak bisa menekan biaya operasional dan meningkatkan produktivitas hasil panen. Kini, cita-cita Provinsi Lampung untuk menjadi lumbung udang terbesar di Asia Tenggara tahun 2024 kian mudah dicapai.
Tulangbawang – Sejak anak keduanya diterima menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, Abdul Bahri seperti tak pernah mengenal kata lelah.
Petambak udang mandiri di Desa Adiwarna, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulangbawang, Lampung ini, selalu terlihat bersemangat mengelola tiga petak tambak udang miliknya, yang ia andalkan untuk membiayai pendidikan kedua anaknya.
Sejak menggunakan listrik dari PT.PLN, produktivitas tambak udangnya terus menunjukkan peningkatan hasil panen yang signifikan.
“Alhamdulillah, setelah pakai listrik dari PLN ini, biaya operasional bisa lebih hemat, dan produksi udangnya terus meningkat,” kata Abdul Bahri sumringah.
Tingginya produktivitas hasil tambaknya itu pulalah, yang membuat Abdul Bahri optimis untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi.”Kalau hasil panen udang terus membaik seperti saat ini, saya yakin bisa menyekolahkan ketiga anak saya sampai jadi sarjana,” ujarnya.
Saat ini, kapasitas tebar benur di tiga petak tambak udangnya, yang berukuran masing-masing 75 meter x 75 meter, bahkan hampir mencapai 1 juta benur, dengan kemampuan rata-rata hasil panen hingga 13 ton.
Angka tebar benur dan hasil panen ini meningkat tajam jika dibandingkan saat tambaknya belum menggunakan listrik dari PLN, yang hanya mampu menebar kurang dari 500 ribu benur dengan hasil panen yang tidak maksimal.
“Kalau dulu, saat masih pakai genset kendalanya banyak sekali, karena genset tidak bisa digunakan untuk menggerakkan kincir selama 24 jam. Itu belum termasuk kalau gensetnya rusak atau susah dapat solar, akibatnya berpengaruh pada biaya operasional yang tinggi dan hasil panen yang tidak bisa maksimal,” tutur Abdul Bahri lagi.
Bahkan, Abdul Bahri pernah mengalami kerugian karena mesin genset yang rusak membuat hasil panennya tidak maksimal,”karena gensetnya sering rusak, jadi terpaksa panen sebelum umur 48 hari,” katanya mengenang.
Ketika masih menggunakan genset, tiap bulan Abdul Bahri harus mengeluarkan biaya operasional untuk membeli bahan bakar solar, rata-rata hingga Rp 3 juta,”biaya itu belum termasuk untuk membeli pelumas dan suku cadang genset, kalau gensetnya rusak,” imbuhnya lagi.
Namun setelah beralih memanfaatkan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan operasional tambaknya, Abdul Bahri hanya mengeluarkan biaya tak lebih dari Rp300 ribu perbulannya.
“Banyak sekali penghematannya. Hasil panennya juga jauh lebih optimal. Saya bersyukur dengan program PLN yang sangat membantu para petambak udang seperti kami ini”.
Baca Juga: PLN Sosialisasi Pembangunan SUTT 150 KV di Kabupaten Pesawaran
Program Electrifying Agriculture Dukung Lampung sebagai Produsen Udang Terbesar di Asia Tenggara 2024
Abdul Bahri adalah satu dari ribuan petambak udang di kawasan Dipasena dan Bratasena Kabupaten Tulangbawang yang sudah merasakan manfaat dari Program Electrifying Agriculture PT.PLN (Persero).
Para petambak udang berhasil memaksimalkan penebaran benur dengan tingkat kepadatan tinggi, sehingga hasil produktivitas udang meningkat.
Program Electrifying Agriculture di pusat pembudidayaan udang terbesar di Lampung ini, menjadi salah satu komitmen PT.PLN (Persero) UID Lampung untuk mendukung Provinsi Lampung sebagai lumbung udang terbesar di Asia Tenggara tahun 2024 mendatang.
Untuk merealisasikan kebutuhan listrik para petambak udang itu, PLN membangun Gardu Induk (GI) Dipasena di Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulangbawang yang membentang sepanjang 73,6 kilometer sirkuit (kms) dengan ditopang oleh 211 tower.
Gardu Induk SUTT 150 kV Dipasena dengan kapasitas 60 MVA adalah hasil kerjasama PT.PLN UID Lampung dan PT.PLN UIP Sumbagsel, GI Dipasena yang bisa di-extend hingga 2×60 MVA ini, mampu memenuhi kebutuhan listrik berkualitas baik di sentra pembudidayaan udang, bahkan hingga sampai petakan tambak udang dengan voltase penuh.
Dan, untuk memastikan pasokan listrik terjamin, PLN juga membuka Posko Pelayanan Teknik yang bersiaga selama 24 jam penuh untuk mengatasi kemungkinan terjadinya gangguan, yang pengelolaannya berada dibawah PLN UP3 Kota Metro.
Kiprah PLN UID Lampung untuk mewujudkan Lampung sebagai lumbung udang terbesar di Asia Tenggara itu, sangat diapresiasi oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi ketika melakukan panen raya udang dan penyerahan bantuan 70 unit kincir air di Dipasena, pada Senin (13/11/2023) lalu.
Dengan luas tambak udang di Dipasena mencapai 16.250 hektar, dan jumlah tambak sebanyak 17.139 petak, Gubernur Arinal Djunaidi optimis target lumbung udang itu akan tercapai tahun 2024 mendatang, karena energi listrik yang menjadi sarana vital untuk meningkatkan produktivitas udang sudah berjalan optimal.
“Produksi udang Lampung masih di urutan kelima terbesar di Indonesia. Setelah aliran listrik masuk, target lumbung udang terbesar di Asia Tenggara tahun 2024 akan berhasil kita capai,” kata Arinal Djunaidi.
Program Electrifying Agriculture Terus Tumbuh di Indonesia
Sampai dengan saat ini, Program Electrifying Agriculture (EA) di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan.
Banyak pelaku usaha di sektor pertanian, peternakan dan perkebunan yang mulai beralih memanfaatkan Electrifying Agriculture.
Data PT.PLN (Persero) sampai dengan kuartal III tahun 2023 menyebutkan, jumlah pelanggan Electrifying Agriculture di Indonesia mencapai 230.555 pelanggan, atau tumbuh hingga 22 persen jika dibandingkan dengan kuartal III tahun 2022.
Demikian juga, jika dilihat dari total daya tersambung di kuartal III tahun 2023 mencapai 3.561 Mega Volt Ampere (MVA) atau meningkat 14 persen dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Program Electrifying Agriculture, kata Direktur Utama PT.PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menjadi bentuk komitmen PT.PLN (Persero) untuk terus mengembangkan dan memajukan sektor agrikultur di Indonesia melalui peningkatan produktivitas serta efisiensi biaya operasional dengan memanfaatkan energi listrik.
Berbagai inovasi yang dilakukan ini, menjadi ikhtiar PT.PLN untuk ikut serta menggerakkan roda perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
“Program Electrifying Agriculture ini menjadi solusi bagi sektor pertanian dan peternakan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya operasional yang ramah lingkungan dan rendah emisi,” kata Darmawan Prasodjo. (Meza Swastika)