Stunting menjadi masalah krusial yang membutuhkan perhatian ekstra tak hanya dari pemerintah tapi juga seluruh lapisan masyarakat.
Terlebih lagi, masih banyak masyarakat yang menganggap masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan protein dalam jangka panjang yang membuat kondisi tubuh pendek dan berpengaruh terhadap kecerdasan otak ini disebabkan karena faktor genetika.
Oleh karena itu, pemerintah melakukan berbagai upaya seperti intervensi spesifik dalam mencegah stunting demi mewujudkan generasi emas Indonesia di masa yang akan datang.
Kasus Stunting di Indonesia
Sampai saat ini angka kejadian (prevalensi) stunting di Indonesia masih relatif tinggi.
Kondisi ini berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di tahun 2021 menunjukkan angka 24,4 persen prevalensi stunting di Indonesia atau masih berada di ambang batas standar yang telah ditetapkan oleh WHO yakni dibawah 20 persen.
Terdapat setidaknya tujuh wilayah di Indonesia yang masih melaporkan tingginya prevalensi stunting yang meliputi; Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Aceh.
Ketujuh provinsi ini menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo memiliki angka prevalensi antara 29 persen hingga 37 persen sebagai penyumbang tertinggi angka prevalensi stunting di Indonesia.
Selain itu, Kepala BKKBN ini juga menyebut terdapat pula sejumlah daerah prioritas yang harus diperhatikan dalam hal kasus stuntingnya meskipun secara persentase, prevalensi stuntingnya tidak masuk dalam kategori tinggi.
Daerah-daerah yang masuk dalam kategori prioritas ini diklasifikasikan berdasarkan sebaran jumlah penduduknya yang terbilang tinggi, seperti Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
Kasus Stunting di Lampung
Akan halnya di Lampung, angka prevalensi stunting secara nasional memang cenderung mengalami tren penurunan dari tahun ke tahun yang cukup signifikan.
Sebagai perbandingan, di tahun 2019 angka prevalensi stunting di Lampung tercatat sebanyak 26,26 persen, kemudian pada tahun 2021 berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) turun hingga menjadi 18, 5 persen.
Meski demikian, Kepala Dinas Kesehatan Lampung, Reihana mengatakan secara lokal terdapat lima dari 15 kabupaten/kota di Lampung yang cenderung menunjukkan tren peningkatan angka kejadian stunting.
“Ada lima kabupaten/kota di Lampung yang masih menunjukkan tren peningkatan angka kejadian stunting dan itu sangat berpengaruh terhadap persentase angka prevalensi Lampung secara nasional,” jelas Reihana kepada Pantau Lampung beberapa waktu lalu.
Lima daerah di Lampung yang perlu mendapatkan perhatian serius itu, yakni; Tulangbawang Barat (4,71 persen), Pesisir Barat (2,91 persen), Way Kanan (1,75 persen), Pringsewu (1,24 persen) dan Kabupaten Lampung Barat (0,37 persen).
“Intervensi spesifik terus kami lakukan dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan deteksi dini pada pertumbuhan anak di usia 0 sampai 2 tahun,” terang Reihana lagi.
Upaya Pencegahan Prevalensi Stunting
Sebagai daerah yang memiliki kondisi geografis yang beragam, sejumlah daerah di Lampung memang masih relatif minim akses dalam berbagai hal mulai dari akses informasi hingga kesehatan. Di sisi lain, masih rendahnya tingkat perekonomian khususnya di wilayah pedesaan membuat sejumlah daerah di Lampung amat rentan dengan munculnya stunting.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Kesehatan berusaha membangun kerja sinergis antar stakeholder dalam melakukan sosialisasi dan pemantauan sejak dini terhadap kemungkinan munculnya kasus stunting.
Memaksimalkan Peran Posyandu sebagai Garda Terdepan Pencegahan Stunting
Selain terus memaksimalkan sosialisasi, Dinas Kesehatan Lampung juga amat mengandalkan pos pelayanan terpadu (Posyandu) sebagai garda terdepan pencegahan stunting.
Terlebih lagi, sejumlah daerah di Lampung memiliki daya jangkau yang masih amat sulit khususnya akses terhadap fasilitas kesehatan yang terbatas sehingga membuat peran posyandu amat diandalkan dalam melakukan penyuluhan sekaligus pemantauan sejak dini kasus stunting.
Posyandu sebagai garda terdepan dalam hal penyuluhan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa sangat efektif menjangkau secara langsung masyarakat.
Selain itu, posyandu juga memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi dini dengan melakukan pemantauan secara langsung tumbuh kembang bayi dan balita yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga bisa cepat dideteksi jika ditemukan kasus stunting.
Posyandu juga memiliki sejumlah program penting yang sangat efektif dalam pencegahan stunting seperti;
Kurva KMS Posyandu Efektif sebagai Deteksi Dini Stunting
Salah satu bentuk pemantauan dan deteksi dini kejadian stunting secara langsung yang sangat efektif adalah melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah catatan berbentuk grafik kurva yang berfungsi untuk memantau tumbuh kembang anak yang diukur berdasarkan berat badan, tinggi badan, umur anak serta jenis kelaminnya.
Melalui grafik kurva KMS yang dipantau oleh petugas posyandu setiap bulannya, akan memudahkan petugas kesehatan untuk melihat perkembangan pertumbuhan seorang anak sehingga bisa dengan cepat mendeteksi secara dini jika ditemukan adanya anak yang terindikasi mengalami stunting dan langsung melakukan penanganan melalui fasilitas kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit.
Hal lain yang membuat posyandu sangat efektif untuk mencegah stunting adalah program kunjungan dari rumah ke rumah yang dilakukan kader posyandu dari rumah ke rumah secara langsung, selain untuk melakukan penyuluhan juga untuk mengamati sejumlah faktor pemicu stunting seperti kelayakan sanitasi.
Penyuluhan Tentang Pentingnya Asupan Gizi Seimbang
Fungsi lain yang tak kalah penting dari posyandu adalah kegiatan penyuluhan tentang pentingnya konsumsi gizi seimbang seperti protein hewani dan ASI eksklusif melalui komunitas-komunitas bentukan posyandu yang bersinggungan langsung dengan masalah stunting seperti; Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu), Gerakan Sayang Ibu (GSI) dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
Baca Juga: Koramil Rawajitu Ikut Berpartisipasi Dampingi Posyandu
Pentingnya Protein Hewani untuk Mencegah Stunting
Seperti diketahui, stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kondisi stunting ditandai dengan anak yang bertubuh pendek serta tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikirnya cenderung di bawah rata-rata anak sebayanya, serta lebih mudah sakit.
Salah satu sumber protein penting untuk mencegah stunting adalah protein hewani yang diberikan pada Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) yang juga Ahli Nutrisi dari RSCM, Damayanti R. Sjarif, konsumsi sumber protein hewani sangat penting untuk mencegah sekaligus menurunkan angka prevalensi stunting pada anak balita.
“Pola asupan gizi yang seimbang, meliputi asupan karbohidrat, lemak tinggi serta protein hewani saat pemberian makanan pendamping ASI menjadi penting dalam mengatasi stunting di Indonesia,” jelas Damayanti R. Sjarif.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo yang menitikberatkan pentingnya konsumsi gizi seimbang khususnya dalam hal pemenuhan konsumsi protein hewani baik untuk ibu hamil maupun sebagai makanan pendamping ASI sebagai upaya menekan dan menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.
Manfaat Protein Hewani untuk Mencegah Stunting
Seperti dikutip dari jurnal kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam sebuah penelitian di Afrika yang membandingkan pola makan anak yang sama sekali tidak mengkonsumsi produk hewani (vegan) dengan anak yang mengkonsumsi protein hewani, menunjukkan hasil bahwa anak yang mengkonsumsi protein hewani memiliki postur tubuh yang lebih tinggi dan ideal dibandingkan dengan anak yang hanya mengkonsumsi protein nabati saja.
Hasil penelitian ini, tak lantas membuat protein nabati harus dikesampingkan dalam pemberian MPASI. Hanya saja, menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Damayanti Rusli Sjarif, sebagai upaya pencegahan stunting, protein hewani jauh lebih baik dibanding protein nabati.
Karena, dalam protein hewani terdapat kandungan asam amino lengkap yang memang sangat dibutuhkan anak untuk mencapai tumbuh kembangnya.
Sumber Protein Hewani sebagai MPASI
Dalam upaya pencegahan stunting pada anak, sumber protein hewani yang tepat dijadikan sebagai makanan pendamping ASI diantaranya adalah;
Daging Ayam
Daging ayam memiliki kandungan protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor pada daging ayam sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak.
Selain itu, dalam daging ayam juga terdapat kandungan kolin dan vitamin C yang sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan otak anak.
Ikan
Ikan adalah makanan tinggi protein yang mengandung asam lemak omega 3 untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak pada periode emas pertumbuhannya.
Telur
Telur mengandung nutrisi komplet yang sangat baik untuk tumbuh kembang bayi. Tiap satu butir telur, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak, dan vitamin.
Daging Sapi
Terakhir ada daging sapi yang kaya protein, zat besi, dan asam folat yang sangat efektif dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Kandungan zat besi pada daging sapi juga bisa membantu mencegah anemia yang berisiko menyebabkan stunting.
Kiprah Japfa sebagai Produsen Protein Hewani yang Berkualitas
Sebagai produsen penyedia produk pangan berprotein terjangkau di Indonesia, Japfa terus berkomitmen dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani yang berkualitas khususnya untuk mendukung program pemerintah dalam mencegah stunting.
Sesuai dengan visi dan misi Japfa untuk lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat luas, Japfa berupaya menghadirkan produk yang berkualitas dengan harga terjangkau agar bisa dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
Di tengah laju pertumbuhan bisnisnya yang sedemikian pesat, Japfa juga terus berperan aktif dalam menanggulangi keterbatasan pangan secara sinergis dengan pemerintah dan membangun kolaborasi bersama dengan seluruh stakeholder.
Peran Japfa dalam Pencegahan Stunting
Dalam upaya pencegahan stunting, Japfa terus berupaya dan berkomitmen untuk memberikan produk dengan kualitas terbaik yang bisa dijangkau oleh seluruh masyarakat dengan mengedepankan proses produksi melalui penerapan Standard Operating Procedure (SOP) yang ketat dengan dukungan sumber daya yang berpengalaman dan profesional.
Penerapan produksi yang ketat ini untuk menjamin produk olahan protein hewani Japfa sudah sesuai dengan konsep ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal).
Direktur Corporate Affairs JAPFA, Rachmat Indrajaya dalam edukasi media yang dikutip dari Antara menegaskan bahwa Japfa terus berkomitmen untuk melakukan edukasi dan sosialisasi sekaligus menyediakan produk pangan protein hewani yang berkualitas dengan tujuan agar terbangunnya generasi unggul Indonesia di masa yang akan datang.
Japfa for Kids
Komitmen ini dijalankan sesuai dengan empat pilar investasi sosial yang terus dijalankan Japfa dengan mengedepankan lingkungan, kesehatan, pendidikan dan pengembangan komunitas, yang sesuai dengan motto Japfa untuk terus berkembang menuju kesejahteraan bersama.
“Apa yang telah dilakukan oleh Japfa selama ini adalah bagian dari kontribusi kami dalam pembangunan di Indonesia melalui anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,” kata Rachmat Indrajaya.
Salah satu upaya nyata yang dilakukan Japfa selama ini adalah dengan menggagas program Japfa for Kids. Japfa for Kids merupakan program sosial yang khusus didedikasikan Japfa untuk membangun kesejahteraan anak-anak di Indonesia.
Sebagai salah satu pilar investasi di bidang sosial, Japfa for Kids menjadi bagian dari konsep Japfa untuk membangun kesejahteraan dan kebiasaan hidup sehat anak-anak khususnya di sekitar lokasi usaha Japfa.
Program inisiatif sosial terbesar dari entitas bisnis yang fokus pada keseimbangan gizi dan kebersihan untuk anak-anak ini bahkan sudah dilakukan sejak tahun 2008, sebagai bentuk kontribusi nyata dan kepedulian Japfa terhadap anak-anak.
Program berupa pendampingan ini diadaptasi secara lokal sesuai dengan karakteristik tiap daerah di lebih dari 750 sekolah dasar dengan 133.800 siswa dan 8.700 guru yang tersebar di 78 kabupaten yang ada di 21 provinsi di Indonesia.
“Kami berupaya dan terus melatih anak-anak Indonesia untuk memperhatikan kesehatan gizi serta kebersihan untuk sebuah cita-cita generasi emas Indonesia, dan kami percaya itu akan terwujud,” kata Head of Social Investment Japfa, Retno Artsanti Alif.
Aksi Nyata Japfa untuk Peningkatan Kualitas Gizi Anak Indonesia
Berbagai aksi dalam program ini juga terus dilakukan, seperti memberikan bantuan sebanyak 50 ribu butir telur kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah sebagai asupan protein bagi bayi yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Pemberian bantuan ini selain sebagai bentuk kontribusi Japfa dalam peningkatan gizi juga untuk membantu penanganan stunting yang bekerjasama dengan pemerintah daerah.
Selain itu, program sosial lain yang bersentuhan langsung dengan upaya pencegahan stunting melalui peningkatan kualitas gizi anak yang telah dilakukan Japfa, seperti; kampanye hidup bersih dan sehat melalui Duta Anak Sehat.
Dan, Duta Makanan Sehat untuk kampanye konsumsi makanan bergizi serta Duta Lingkungan Sehat untuk menjaga lingkungan sekolah agar tetap nyaman dan bersih untuk aktivitas belajar dan mengajar.
Menyandingkan Japfa for Kids dengan Gerakan Moral Gemarikan dan Gemarampai
Japfa for Kids juga terus membangun sinergi dengan menyandingkan program ini dengan gerakan-gerakan spesifik yang diinisiasi pemerintah baik pusat maupun daerah seperti program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) serta Gerakan Makan Telur dan Minum Susu bagi Putra Putri Indonesia (Gemarampai).
Japfa berhasil menyelaraskan program sosialnya dengan dua gerakan nasional yang digagas pemerintah untuk bersama-sama mendorong sekaligus memotivasi masyarakat khususnya anak Indonesia untuk terus mengkonsumsi makanan bergizi melalui berbagai asupan protein untuk generasi Indonesia yang sehat, cerdas dan kuat.
Efektivitas Posyandu Sehat dan Berdaya Japfa untuk Menekan Stunting
Pilar investasi sosial lain yang dilakukan Japfa dan menjadi bagian tak terpisahkan dari program Japfa for Kids adalah Posyandu Sehat Berdaya. Program berupa pendampingan untuk posyandu dengan misi utama mengembangkan kapasitas kader posyandu ini bertujuan dalam hal penyuluhan pemenuhan gizi bagi balita.
Dengan Posyandu Sehat dan Berdaya ini semakin memperkuat komitmen Japfa untuk terus bersama-sama pemerintah menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia. Gerakan langsung berupa penguatan potensi kader posyandu hingga di tingkat desa ini dilakukan untuk melakukan kampanye kesehatan sekaligus edukasi bagi ibu hamil, anak dan bayi akan pentingnya asupan gizi seimbang melalui pemenuhan kebutuhan protein.
Japfa berhasil menginisiasi langsung program Posyandu Sehat dan Berdaya terhadap sebanyak 32 posyandu yang tersebar di berbagai wilayah termasuk di Kabupaten Lampung Selatan.
Head of Social Investment Japfa, R. Artsanti Alif menjelaskan bahwa program Posyandu Sehat dan Berdaya adalah upaya Japfa untuk melakukan revitalisasi kembali posyandu yang dinilai sangat efektif dalam upaya pencegahan stunting karena jaringan posyandu yang tersebar luas hingga ke lingkungan masyarakat paling kecil seperti di desa.
Posyandu yang ketika pandemi Covid-19 sempat vakum selama dua tahun kini bergairah kembali dan terus menjalankan fungsinya untuk memberikan layanan kesehatan dan gizi bagi ibu dan anak yang sangat bermanfaat khususnya di daerah terpencil yang masih minim akses kesehatan.
“Program posyandu ini memang khusus kami desain untuk melakukan revitalisasi fungsi posyandu agar dapat menjalankan pelayanan lima meja. Fokus utamanya adalah intervensi program pada peningkatan kapasitas kader, melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga, mengajak ibu dan anak untuk mengunjungi posyandu, sekaligus monitoring asupan makanan anak,” terang R. Artsanti Alif kepada media beberapa waktu lalu.
Posyandu Sehat dan Berdaya tak hanya berhasil meningkatkan potensi kader posyandu, tapi juga mampu menarik lebih banyak masyarakat khususnya ibu dan anak untuk memperoleh layanan kesehatan di posyandu yang juga berdampak pada upaya pemerintah dalam melakukan intervensi spesifik sebagai upaya melakukan pencegahan dan penurunan prevalensi stunting di Indonesia.
Selain itu, Posyandu Sehat dan Berdaya binaan Japfa juga berhasil meraih sejumlah penghargaan di level daerah, salah satunya adalah Posyandu Desa Simacem di Siosar Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Padahal, posyandu ini sebelum dilakukan pendampingan, sempat vakum cukup lama.
Japfa for Kids Meraih Banyak Penghargaan
Berkat komitmen dan kegigihan Japfa dalam membangun berbagai pilar investasi sosial ini pula, Japfa for Kids meraih banyak penghargaan bergengsi baik di level nasional maupun internasional.
Pada 2019 lalu misalnya, Japfa menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia dalam ajang Asia Responsible Enterprise Awards (AREA) dan kemudian ditetapkan sebagai pemenang untuk dua kategori sekaligus yakni; Social Empowerment dan Health Promotion melalui program Japfa for Kids.
President of Enterprise Asia, Dato William Ng menilai kiprah yang dilakukan Japfa dalam mengatasi masalah sosial di Indonesia khususnya dibidang kesehatan dan penguatan masyarakat dinilai unggul dan berhasil menerapkan program tanggung jawab sosialnya sehingga bisa sangat dirasakan langsung oleh masyarakat dan amat membantu pemerintah.
Seperti diketahui, ajang bergengsi AREA yang digelar di Taiwan itu diikuti oleh sebanyak 200 peserta dari 16 negara yang masing-masing mengajukan program perusahaan di bidang sosial untuk kemudian dilakukan penilaian secara ketat oleh Enterprise Asia dalam kurun waktu tiga bulan. Dan, Japfa berhasil mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional melalui kiprah Japfa dalam hal investasi di bidang sosial.
Selain itu, sebelumnya tahun 2017 pula, Japfa melalui program Japfa for Kids juga meraih penghargaan paling bergengsi berupa TOP CSR untuk perusahaan yang memiliki program kepedulian sosial maupun pengembangan masyarakat.
Menurut, Ketua Dewan Juri, Achmad Daniri, TOP CSR yang diberikan kepada Japda dilakukan dengan menggunakan indikator penilaian yang berpedoman pada ISO 26000 yang terkait erat dengan strategi inti perusahaan dan nilai yang terus dipegang teguh oleh Japfa yakni; Berkembang Menuju Kesejahteraan Bersama.
“Japfa ingin terus memberikan manfaat bagi masyarakat dan bagi Indonesia,” kata Head of Social Investment, R. Artsanti Alif.
Optimisme Indonesia untuk Menurunkan Prevalensi Stunting
Melalui capaian dan dukungan oleh seluruh stakeholder ini pulalah, Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo optimis di tahun 2024 angka prevalensi stunting di Indonesia bisa ditekan hingga menjadi 14 persen.
Bahkan berdasarkan indikator yang dimiliki BKKBN, menunjukkan tren penurunan stunting dari tahun ke tahun juga sudah semakin baik, terlebih dengan banyaknya dukungan dari seluruh stakeholder maupun pihak swasta yang concern dan peduli untuk bersama-sama pemerintah menurunkan angka prevalensi stunting.
Sebagai pelaksana program percepatan penurunan stunting yang ditunjuk langsung oleh Presiden Joko Widodo, tugas yang diemban oleh BKKBN kini jauh lebih mudah berkat dukungan dari berbagai pihak.
“Saya optimis cita-cita di tahun 2024 itu akan tercapai. Kerja pemerintah didukung oleh semua pihak termasuk swasta yang kontribusinya juga sangat besar untuk menurunkan angka prevalensi stunting,” kata Hasto Wardoyo saat menggelar sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Surabaya pada Maret 2022 lalu. (Meza Swastika)