PANTAU LAMPUNG— Ganjar Pranowo, mantan calon presiden dari PDIP, mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Solo 2020. Ganjar mengaku tidak sepakat dengan keputusan tersebut sejak awal, menyusul wacana pencalonan Gibran yang juga melibatkan diskusi dengan tokoh-tokoh, termasuk dari Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama).
Ganjar menjelaskan, ketidaksetujuannya berasal dari keprihatinan terhadap nama baik Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta etika sebagai kepala negara. Ia merasa penting untuk menjaga kehormatan Jokowi dalam proses pencalonan tersebut. “Saya dimintai pendapat bagaimana sebaiknya, dan saya merasa penting untuk menjaga nama baik Pak Jokowi,” ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, ia lebih memilih agar kader-kader muda PDIP dipersiapkan dengan matang sebelum diusung dalam kontestasi politik. “Kita mendorong agar yang muda-muda ini dipersiapkan dulu, sehingga prosesnya satu per satu bisa diikuti. Ini adalah pengalaman saya pada masa itu,” imbuhnya.
Gibran, yang saat itu berpasangan dengan Teguh Prakosa, berhasil memenangkan Pilkada Solo 2020 dengan hasil yang mencolok, meraih 86,5 persen suara. Kini, Gibran akan maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.
Namun, pencalonan Gibran di Pilpres 2024 menimbulkan kontroversi, terutama terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai batasan usia calon presiden. Putusan tersebut menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan campur tangan Jokowi dalam praktik politik dinasti.
Pasangan Prabowo-Gibran berhasil memenangkan putaran pertama Pilpres 2024, mengalahkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Menjelang akhir masa jabatannya, Jokowi juga terlihat lebih dekat dengan partai-partai dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM), seperti Gerindra, PAN, Golkar, dan NasDem, mengindikasikan pergeseran hubungan politik menjelang akhir kepemimpinannya.