Perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki. Jika memaksanya lurus maka dia akan patah.
*
Di hadapan kembang-kembang dan rumpun petai cina dan di antara merah wangi mawar, kuakui kesalahan terbesar selama hidup ini. Kekasihku pergi dan mungkin tak kembali. Bahkan mungkin dia telah membenci.
Setiap pagi, kukirimkan pesan singkat tapi tak ada balasan, setiap siang kukirimkan pesan singkat tapi tak ada balasan dan setiap malam kukirimkan pesan singkat tapi tak ada balasan.
Sampai tanda-tanda dia tak akan kembali berbisik, kenangan bersamanya selalu terngiang. Tak peduli sedang dalam perjalanan, tak peduli di tengah keramaian dan tak peduli sedang mengerjakan sesuatu.
Kenangan kami bermesraan di Taman Wisata Lembah Hijau datang saat aku sedang berkendara. Kala itu, aku menggandeng tangannya sepanjang kami melihat semua fauna yang ada di sana. Aku yang jahil pun kerap mengagetkannya. Ia pun ketakutan dan aku mencuri kesempatan untuk lebih erat mendekatinya.
Sayang, di sana banyak nyamuk sehingga tak mungkin kami berlama-lama. Namun, sebelum kami meninggalkan Taman Kenangan itu, lebih dulu kami berfoto di antara angsa-angsa dan lebih dulu aku mengecup keningnya. Sungguh, dia penebar kebaikan. Aku sangat senang telah masuk ke dalam kemanjaan.
*
Kenangan itu terus datang dan bertubi-tubi. Kala aku sedang bekerja timbul juga masa depan bersamanya. Aku membayangkan betapa kami bahagia di dalam bahtera rumah tangga. Setiap minggu, kami selalu jalan-jalan ke Mcdonald, ke destinasi wisata, ke tempat-tempat romantis, bahkan menginap di suatu tempat yang wangi dan sejuk. Tentu di sana, aku bertindak sebagai kepala rumah tangga yang mengayominya, melayaninya penuh kasih.
Dia yang malas makan akan kubelikan bakso, jika sampai malam dia enggan mengunyah nasi maka tangan ini akan meraih butir-butir padi yang masak agar mengisi cintanya.
*
Semua itu hanya kenangan dan mimpi. Untuk mimpi, entah apakah masih akan tercapai karena kekasihku sendiri telah memutuskan tali silaturahmi di antara kami. Dan aku, tak mungkin memaksa.
Kehilangan yang amat besar dan pahit serta perih ini berawal dari kesalahanku. Aku tak mampu mengontrol emosi ketika teramat lelah sehingga lari dan sembunyi. Terang saja, dia kecewa. Perempuan selalu ingin dilindungi dengan laki-lakinya, sedangkan aku justru lari dan sembunyi ketika dia begitu memerlukan calon suaminya. Ako bodoh, aku benci dengan kesalahan ini, aku tak lagi bisa berjanji. Aku benci.
Berkali-kali aku memohon maaf dan memintanya tetap menemani. Tapi tanda-tanda aku akan menjemputnya kembali, ah sudahlah. Kuterima angin November yang menusuk ulu hati.
*
Aku tak mungkin memaksanya untuk tidak bahagia. Aku pasti merelakan jika dia bersama laki-laki selain diri ini.
Kutak mau tulang rusuk itu bengkok karena paksaan. Karenanya, aku hanya berupaya untuk mengajaknya kembali menikmati mimpi, kembali menyanjung hari yang berseri, kembali berusaha bahagia dan bersahaja di singkatnya dunia. Meski sampai sekarang dia entah bagaimana. Aku hanya mencintainya.
Aku laki-laki. Kenyataan mesti kuhadapi
2021