oleh

Keroncong Gayeng Pecah di Lampung Post Garden Festival II

BANDAR LAMPUNG, PL– Di tengah hujan yang membasahi Kota Bandar Lampung sejak sore hari, Keroncong Gayeng Lampung tampil “pecah” di Gelaran Lampung Post Garden Festival II, Rajabasa Bandar Lampung, Kamis malam (02/2/2023).

Para buaya dan sesepuh keroncong yang berasal dari Poncowati dan Kota Gajah Lamteng, Kota Metro, Tanjung Bintang dan Natar Lamsel, Gedongtataan Pesawaran, dan tak ketinggalan tuan rumah Bandar Lampung sejak sore hari merapat di area festival. Cuaca hujan tak menyurutkan langkah mereka.

Pergelaran dibuka dengan alunan instrumentalia lagu Bengawan Solo yang terasa lambat dan dingin. Namun perlahan suasana menjadi makin hangat saat kolaborasi pemain dan penyanyi keroncong dari berbagai daerah tampil rancak, solid dan gayeng.

Satu kehormatan tersendiri, ditengah hiruk pikuk berbagai genre musik yang nampak dominan menguasai panggung panggung pertunjukan, Orkes Keroncong Lampung masih bisa menyelinap, menggeliat dan terus tumbuh menunjukkan jatidiri dan eksistensinya.

Keroncong Gayeng Lampung sebagai wadah silaturahmi, tempat saling berbagi kebahagiaan dengan main bersama, berkolaborasi untuk terus membangun kebersamaan nampaknya makin meluas, menjangkau sudut sudut Lampung.

Ada rasa optimis yang membuncah bahwa iklim permusikan keroncong akan makin kondusif, meriah dan gayeng.

Eksistensi group group keroncong terus bermunculan, tidak saja oleh para senior, sesepuh dan para maestro, namun generasi milenial dengan racikan keroncong yang lebih kekinian, juga terus bermunculan, menarik dan keren.

Kolaborasi bunyi flute, biola, cello, bas, melodi, dan ditimpali bunyi cak serta cuk cukup menggelitik dan memanjakan para penikmat musik keroncong, yang nampak berteduh secara berpencar, agar tidak basah kehujanan.

Alunan musik dan lagu keroncong klasik, langgam Jawa, lagi pop Cinta Kasih di sekolah, termasuk Sai Anju Ma AU salah satu lagi wajib dari tanah Batak tak mau ketinggalan, dilantunkan secara bergiliran. Membuat panitia tak bisa berbuat banyak, justru larut dalam suasana yang asyik dan gayeng.

Panggung yang semestinya ditutup pukul 21.00 akhirnya pecah dan baru berakhir pukul 23.10 menit. Malam yang indah membersamai rintik hujan yang insya Allah menjadi berkah.

(*)