JAKARTA,PL– Bursa pencalonan presiden di internal PDI Perjuangan (PDIP) sudah ramai meski Pilpres 2024 masih jauh. Persaingan secara tak langsung kerap terjadi antara Ketua DPR RI Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Narasi banteng versus celeng muncul di tengah memanasnya internal PDIP. Hal itu bermula dari langkah Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sumbogo mendeklarasikan diri siap mendukung Ganjar Pranowo maju Pilpres 2024.
Merespons deklarasi itu, Ketua DPD PDIP Jateng Bambang ‘Pacul’ Wuryanto menyebut soal banteng dan celeng. Ia menegaskan, PDIP adalah partai yang mengikuti satu arahan dari pimpinan. Seluruh kader wajib mengikuti aturan dari ketua umum.
Bambang menyebut oknum kader PDIP yang mendeklarasikan capres mendahului arahan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah keluar dari barisan. Untuk itu, pimpinan dari oknum tersebut harus memberikan sanksi.
Kemudian Bambang bicara sebuah adagium yang ada di partai berlogo banteng moncong putih itu. Menurutnya, kader yang keluar dari barisan bukanlah banteng, melainkan celeng.
Pengamat politik Karyono Wibowo menilai perseteruan antara Bambang Pacul dan pendukung Ganjar kontraproduktif. Menurutnya, hal tersebut akan merugikan PDIP. Apalagi, konflik tersebut dipertontonkan terbuka di media massa.
“Ini dapat dimanfaatkan oleh lawan politik PDIP dan bisa digoreng sampe kering isu ini,” kata Karyono saat dihubungi MerahPutih.com, Rabu (13/10).
Seluruh kader PDIP, kata Karyono, harus memiliki kesamaan visi dalam menyongsong Pemilu 2024. Pemilu 2024 harus dipandang sebagai pertarungan ideologis bukan sekadar pertarungan kekuasaan.
Paradigma kader dan pimpinan PDIP terhadap Pilpres 2024, jangan semata-mata hanya sekedar pertarungan kekuasaan, tetapi pertarungan untuk mewujudkan cita-cita ideologi dan memenangkan aspirasi rakyat.
Dengan begitu, kata Karyono, kader-kader terbaik PDIP akan turun ke masyarakat, membuat terobosan untuk memajukan negara dan mensejahterakan rakyat, sehingga mengharumkan nama partai besutan Megawai Soekarnoputri tersebut.
“PDIP seharusnya lebih mementingkan aspek platfrom perjuangan berlandaskan pada ideologi partai. Kalau paradigmanya dalam memandang Pilpres itu sekedar kekuasaan maka yang terjadi adalah ego,” kata dia.
“Saya kira jika paradigmanya seperti itu ada kearifan, nah baru bicara siapa yang paling layak (jadi capres),” sambung Karyono.
Untuk itu, ia mengingatkan agar elite PDIP tidak mengunci satu nama untuk dijadikan tokoh nasional dalam kontestasi politik 2024. Konsekuensinya, jika respons pasar rendah terhadap satu nama tersebut maka yang rugi adalah PDIP sendiri.
“Nantinya PDIP akan kalah pilpres dan legislatif. Harapan untuk menang hattrick buyar. Biarkan bunga itu tumbuh mengharumkan semerbak bangsa. Jadi siapa figur yang paling banyak didukung oleh masyarakat itu terserah masyarakat,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute ini melanjutkan, untuk menentukan figur yang potensial memenangkan Pilpres parameternya adalah hasil survei. Pasalnya, prefrensi masyarakat terhadap capres dan cawapres itu dipotret melalui suvei.
“Kalau memang si A yang paling banyak dipilih masyarakat, si B harus legowo, jadi syaratnya harus legowo. Figur dengan elektabelitas partai itu sangat memiliki keterkaitan erat, mempunyai korelasi antara figur dengan elektebelitas partai,” imbuhnya.
Berkaca dari pengalaman, figur Jokowi mampu mendongkrak suara PDIP pada Pemilu 2014. Tak hanya figur Jokowi, Tri Rismaharini juga dianggap sukses memimpin Surabaya dan itu berdampak positif terhadap elektoral PDIP.
“Jadi rumusnya itu, tebarkan kebaikan biarkan kader itu turun ke masyarakat untuk memberikan yang terbaik bagi rakyat, partai dan negara,” kata dia.
Karyono meyakini, Megawati Soekarnoputri akan sangat hati hati dalam membuat keputusan tentang siapa calon presiden yang akan diusung oleh PDIP. Megawati, kata Karyono, sudah teruji membawa PDIP dan Jokowi dua kali berturut-turut memenangkan Pileg dan Pilpres.
“Ibu Mega tentu ingin memiliki legacy di usianya yang sudah lanjut. Beliau sudah banyak berkiprah di republik ini sejak di DPR, wakil presiden, presiden kemudian jadi playmaker ketua umum partai yang memenangkan Pilpres dua kali berturut turut. Saya yakin ingin memiliki legacy hattrick memenangkan Pileg dan Pilres 2024,” tutup Karyono
(*)