BANDAR LAMPUNG, PL– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Radin Intan 2 membenarkan fenomena aphelion yang terjadi di provinsi Lampung, Kamis (15/7).
Menurut Kepala Seksi data dan Informasi BMKG Radin Intan Rudi Harianto, setiap tahun bumi akan menyelesaikan satu gerak revolusi mengelilingi matahari. Karena lintasannya berbentuk elips (1/60) maka bumi akan berada pada jarak terdekat (Perihelion) dan terjauh (Aphelion) dari matahari, imbuhnya. Pada keadaan Aphelion, matahari akan tampak lebih kecil dibanding waktu yang lain dalam setahun, dan saat yang bersamaan bumi akan menerima radiasi paling sedikit dari matahari.
Masyarakat tidak perlu khawatir berlebih terhadap fenomena alam ini. Cukup meningkatkan imun dan menjaga kesehatan, terlebih masih dalam masa pandemi.
Rudi Harianto menjelaskan, fenomena Aphelion tidak berdampak signifikan terhadap bumi. Hal ini biasa terjadi saat musim kemarau. Secara umum, tidak ada dampak yang signifikan pada bumi. Suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini dan nanti sampai dengan Agustus merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau.
“Hal ini dikarenakan tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi (yang diserap dari cahaya matahari dan dilepaskan pada malam hari) yang dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh awan,” kata Rudi kepada Pantau Lampung melalui via Whatss App (WA), Kamis (15/7).
“Mengingat posisi matahari saat ini berada di belahan Utara, maka tekanan udara di belahan Utara lebih rendah dibanding belahan Selatan yang mengalami musim dingin. Karena itu, angin bertiup dari arah Selatan menuju Utara dan saat ini angin yang bertiup itu dari arah Australia dan sedang mengalami musim dingin. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan suhu termasuk di wilayah Lampung yang terletak di Selatan khatulistiwa,” tutupnya.
(PL 03)