PANTAU LAMPUNG- Pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pringsewu, mulai menuai sorotan dari para siswa dan orang tua. Baru beberapa hari berjalan, sejumlah siswa SD dan SMP di wilayah tersebut sudah mengeluhkan kualitas makanan yang mereka terima.
Berdasarkan pantauan langsung pada Kamis (7/8/2025), keluhan mulai bermunculan sejak hari kedua distribusi makanan. Beberapa siswa melaporkan menerima buah yang sebagian sudah membusuk, sayur yang tidak matang, hingga lalapan yang terasa pahit.
Di SMPN 1 Patoman, sejumlah siswa kelas 7.3 dan 9.3 mengungkapkan bahwa pada Selasa (5/8), mereka disajikan menu telur dan tempe bacem. Namun, tempe bacem yang diterima sebagian siswa masih dalam kondisi belum matang sempurna. Selain itu, buah salak yang dibagikan juga ditemukan dalam kondisi busuk di bagian dalam.
Keluhan serupa datang dari siswa kelas 6 SDN 1 Patoman. Mereka mengaku sejak Senin (4/8), sudah menerima sajian makanan yang tidak layak konsumsi. Pada Rabu (6/8), lalapan selada yang disediakan terasa pahit dan menimbulkan kekhawatiran akan adanya kandungan zat kimia atau pestisida yang belum hilang sempurna.
“Tidak semua sih, tapi sebagian dari kami dapat sayur seladanya pahit,” ujar Naira, siswi kelas 7, yang dibenarkan oleh teman-temannya.
Saat tim media mencoba mengonfirmasi keluhan ini kepada pihak pengelola dapur MBG di Pagelaran, tidak ada respons positif. Lokasi dapur yang berada di depan Rumah Makan Zella tertutup untuk wartawan dan awak media dilarang masuk. Saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Edwin yang berperan sebagai SPPI menyatakan enggan memberikan keterangan lebih lanjut.
“Saya tidak bisa memberikan statemen apapun soal itu. Silakan tanyakan ke BGN,” jawabnya singkat.
Menanggapi keluhan ini, Pratiwi, salah satu wali murid SMPN 1 Patoman, menyatakan kekecewaannya. Ia menilai program MBG belum berjalan optimal dan justru terkesan hanya menjadi proyek pengadaan makanan yang tidak memperhatikan kualitas.
“Pemerintah sudah menggelontorkan dana besar, tapi kalau pelaksanaannya seperti ini, apa manfaatnya buat anak-anak kami? Yang kami inginkan adalah makanan bersih dan aman. Kalau sayur masih mengandung pestisida, itu bisa membahayakan kesehatan,” ujar Pratiwi.
Ia berharap pemerintah daerah dan pusat turun tangan secara langsung untuk mengevaluasi pelaksanaan program MBG di Pringsewu. Menurutnya, pengawasan dan transparansi pengelolaan harus ditingkatkan agar program benar-benar memberi manfaat bagi siswa, bukan sekadar formalitas.
Keluhan yang muncul sejak awal pelaksanaan ini menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa program Makan Bergizi Gratis tidak hanya berjalan secara administratif, tetapi juga memenuhi standar mutu dan keamanan pangan yang layak bagi anak-anak sekolah.***