oleh

Teater KUMAN Taja Lakon “Rumah Kertas” di Gedung Pertunjukan DKL Bandarlampung

BANDAR LAMPUNG, PL– Study Teater KUMAN Lampung bakal menaja lakon “Rumah Kertas” karya Nano Riantiarno di Gedung Kesenian DKL, Way Halim Bandar Lampung, 29 – 30 Oktober 2022.

Pimpinan Teater KUMAN Eddy Samudra Kertagama di Bandarlampung, Jumat (18/10) mengatakan, pada pementasan ang ke -120 ini, akan mementaskan naskah bessutan salah satu maestro tetaer Indonesia Nano Riantiarno. Teater Kuman ini mencoba berkiprah kembali setelah sekian lama tak berproduksi.

“Kami akan menaja pergelaran yang mengusung ke panggung realis tentang persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Harapannya, pertunukan ini dapat menjadi sebuah ingatan bagi masyarakat penonton tentang renungan-renungan tentang kehidupan social dan kemanusian. Kisah yang sederhana tetapi menarik dengan muatan komedi situasi yang kuat yang ditulis mas Nano,” terang Eddy.

Menurut Eddy Samudra teater bisa menjadi salah satu media untuk mereflesikan kebuadayaan. Teater kerap dipandang sebagai ekspresi kebudayaan paling lengkap, karena merupakan perpaduan berbagai jenis kesenian berupa; tari/gerak, musik, sastra, seni rupa diluar seni peran (akting). Disini lain, lanjut Eddy yang juga dikenal sebagai penyair teater yang juga disebut Sandiwara dipahami sebagai penyampai simbol atau tanda (sandi) dan wara (berita).

Teater muaranya berperan menjadi pembawa pesan atau makna-makna tertentu -lewat permainan laku (akting), musik, tata panggung, hingga cerita atau lakon yang dibawakannya. Pada titik ini maka seni teater kerap memainkan peran yang sangat penting dalam mengomunikasikan sesuatu. Kemudian melakukan analisis yang kritis terhadap realitas sosial yang ada dan pada kesempatannya kelak akan memberikan pencerahan maupun pandangan kepada audiens dalam memandang dan menyikapi suatu persoalan.

“Berangkat dari latar belakang pemikiran inilah , Study Teater KUMAN Lampung menaja sebuah pementasan teater yang bisa mencerahkan penonton sehingga punya sudut pandang positif dalam menyikapi problematika bangsa ini,” imbuh Eddy Samudra.

Dalam hajat pementasan kali ini Teater KUMAN melibatkan para aktir dari berbagai latar belakang. Sebelumnya dalam latihan kami juga melibuatkan para pemain untuk mendalami berbagai unsur dalam kerja teater. “Ini tak sekadar bicara soal kerja pementasan tetapi bicara juga proses kreatif untuk menghadirkan sebuah pergelaran. Kerja teater merupakan kerja kolektif dan kreativitas,” tandas Eddy Samudra.

Eddy Samudra menambahkan Study Teater KUMAN Lampung menggelar pementasan ini bertujuan untuk eningkatkan motivasi dan kualitas proses penciptaan karya teater, penguatan individu dan kelompok pelaku. memperkuat eksistensi kesenian khususnya teater bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum.

Di samping itu, lanut Eddy Samudra, memberikan hiburan, merefleksikan raelitas sosial secara kreatif dan artistic, serta memperluas jaringan.Tentang “Rumah Kertas”

Lebih lanjut, Eddy Samudra membabarkan, “ Rumah Kertas” sendiri mengisahkan bagaimanacaranya menghilangkan dari pikiran orang yang kita cintai? Dan itu tidak pernah bisa. Dan kalian pikir kenangan-kenangan tentang cinta sudah begitu membelenggu sampai-sampai kita tak berani menentukan pilihan lain? Kita masih sehat, dan kita tak perlu meromantisir keadaan, ya romantisme usang yang cuma bikin rugi kita sendiri.Untuk itu beri aku waktu. Dan aku tidak mau hanya karena aku semuanya jadi terhambat, lantaran hati kita sudah mulai tenteram

“Dalam pementasan “Rumah Kertas” ini kita akan menyaksikan sandiwara, edan, konyol yang disampaikan dari kaum marjinal.. Meskipun dalam pikiran mereka selalu di hantui soal batas waktu yang harus mereka terima soal datangnya penggusuran,” pungkas Eddy Samudra.

 

Tentang Study Teater KUMAN

Study Teater KUMAN Lampung, didirikan pada tahun 1979, telah melakukan pementasan 120 kali pementasan juga telah banyak melahirkan sutradara dan aktor yang menyebar di Indonesia. Telah melakukan pementasan sebanyak seratus lima belas kali, baik di Lampung, nasional juga mancanegara.

Naskah-naskah yang telah dipentaskan diantaranya : Trilogi Sopckles yaitu Audipus Rex, Audipus The Colonus, Antigone. Drama Willian Shakespeare diantaranya : Romeo and Juliet, Waiting For Godot ( Menunggu Godot), Machbet, Impian Di Tengah Musim, Orthela. Edgar Allan Poe diantaranya dalam adaptasi Novel Kisah-Kisah Tengah Malam. Alved Hikoc Satu Lawan Sebelas. Trilogi drama karya B. Soelarto di antaranya : Gempa, Domba-Domba Revolusi, Bapak. Arifin C.Noer. Sumur Tanpa Dasar, Kereta Kencana. Mega-Mega. Danarto : Rintrik. Zak Sorga : Berbiak Dalam Asbak. Nur Sutan Iskandar : Embun Putih-Putih. Sembrani : Ina, Pagar Ayu, Radin Intan. Edy Samudra Kertagama : DOL, Sandiwara RE, Gelombang Dunia. Tulang Belulang Puti-Putih. D. Djajakesumah : Wekwek, Taufik Ismail : Langit Hitam. Anton P. Checkov “Lagu Terakhir”. Tenesse Willian : Perhiasan Gelas. Rendra : Nyanyian Angsa, dan banyak lagi.

(*)