BANDAR LAMPUNG, PL— Kemendikbud “nyebar” kabar baik untuk Sastrawan Lampung, Sabtu, (23/07). Pengarang berkesempatan meraih penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2022.
Pendaftarannya dibuka mulai 18 Juli – 31 Agustus 2022.
Teknisnya, tiap calon penerima diusulkan Pemerintah Daerah (Dinas Kebudayaan di Provinsi, Kota/Kabupaten) dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek (Balai Pelestarian Nilai Budaya dan Balai Pelestarian Cagar Budaya) melalui website: anugerahkebudayaan.kemdikbud.go.id
Selain itu, sastrawan juga bisa secara mandiri mendaftar ke Dinas Pengampu Provinsi, Kabupaten atau kota, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dan beberapa perguruan tinggi tertentu.
Sastrawan Layak Dihargai Negara
Karya sastra menjadi unsur penting kebudayaan dalam antropolologi dan sosiologi karena telah banyak berperan dalam masyarakat. Kontribusi sastrawan dan karyanya juga sudah merambah industri kreatif.
Dosen FKIP Universitas Lampung, Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum mengatakan pada Jumat, 22 Juli 2022.
“Jadi kalau kita menengok Amerika, itu pengarangnya sudah profesional. Indonesia juga begitu, kita sebut saja Eka Kurniawan hingga Andrea Hirata. Kalau dari Lampung sendiri ada Isbedy Stiawan ZS. Mereka ini kan hidup dari karya-karyanya, penerbitan serta pegawai peruhaan percetakan pun hidup dari produksi karya itu,” jelas Kahfie saat PL menemui di gedung FKIP Unila.
Takeran Penghargaan
Sastrawan penerima penghargaan mesti berciri khusus, baik dari segi individu mau pun karyanya. Calon penerima terutama orang yang telah berdedikasi bagi kesustraan. Selain itu, orang yang produktif menciptakan karya siap jual.
“Saya mengganggap ada dua yang utama dalam menilai kelayakan sastrawan untuk bisa menerima penghargaan. Pertama tentu mereka yang produktif. Dia harus continue menulis sehingga menghasilkan karya terbaik yang berkontribusi bagi kebudayaan dan masyarakatnya,” jelas Kahfie.
Selain itu, kualitas tulisan jadi unsur penting pengarang meraih penghargaan. Unsur lainnya, adalah moment pengarang menciptakan karya.
“Selain produktifitas dan kualitas tulisan, ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu moment yang berkaitan dengan tragedi atau situasi politik. Biasanya karya fenomenal lahir dalam situasi-situasi macam itu,” ujarnya.
Perlu Kritikus Sastra
Pemerintah mengumumkan, sastrawan bisa mendaftar ke dinas pengampu provinsi, kabupaten atau kota untuk bisa mengikuti seleksi penerimaan penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia tahun 2022.
Teknis pengumpulan data ini bukan hal yang mesti diributkan atau didebatkan. Tidak semua pegawai negeri yang bekerja di OPD terkait berasal dari program studi sastra, sehingga tidak semua dari mereka sangat memahami kesustraan di Lampung.
“Tapi saya yakin, di tingkat kementerian sudah menyiapkan penyeleksi sastrawan berikut karya sastra yang layak mendapat penghargaan itu,” ungkapnya.
Kritikus Perlu Penghargaan
Sejak dulu hingga era digitalisasi ini, diperlukan kritikus sastra untuk menyeleksi serta memberi pemahaman kepada publik terkait karya sastra tertentu.
Akan tetapi Indonesia masih kekurangan kritikus, apalagi yang profesional. Padahal kehadiran kritikus sangat krusial bagi pengarang untuk memberi edukasi tentang karya sastra.
“Sastrawan layak menerima penghargaan itu. Namun kita juga tidak bisa memisahkan peran kritikus sastra dalam memahami untuk kemudian menyeleksi serta mengedukasi publik tentang karya sastra tertentu,” kata Kahfie.
“Tapi penghargaan itu kan hanya atau baru dinikmati sastrawan, sedangkan kritikusnya sendiri belum mendapat penghargaan,” ungkapnya.
Ke depan, Kemendikbud diharapkan membuka peluang bagi kritikus sastra untuk bisa meraih penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia.