Maraknya jajanan yang tak terjamin higienitas dan asupan gizinya, mengundang kekhawatiran dan keprihatinan sejumlah orang tua di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran. Mereka bergerak membangun kepedulian akan pentingnya makanan sehat untuk anak, lewat cara yang sederhana.
Pantau Lampung—Selepas Subuh, Nining Nurhayati sudah berada di dapur. Memasak sejumlah lauk, menatanya dalam boks makanan dalam bentuk dan tampilan yang lucu, untuk menggugah selera makan kedua anaknya.
“Saya sampai cari referensi sana-sini cara menghias makanan yang menarik untuk anak-anak, agar mereka suka,” kenang Nining.
Semua berawal dari keprihatinan Nining dengan maraknya jajanan sekolah yang tingkat kebersihan dan kesehatannya sudah sangat mengkhawatirkan.
Ketakutannya makin menjadi saat ia mengetahui ada begitu banyak zat kimia berbahaya yang digunakan dalam sejumlah jajanan sekolah.
“Itu benar-benar jadi alarm serius buat saya. Apalagi, sekolah-sekolah di desa ini masih banyak sekali jajanan luar yang dibuat sembarangan,” tutur warga Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran ini.
Sejak itu, ia bertekad untuk mengubah kebiasaan kedua anaknya untuk tak terus berorientasi pada jajanan sekolah.
“Kita sebagai orang tua punya tanggung jawab untuk memberi makanan yang terbaik dan sehat untuk pertumbuhan anak-anak kita,” harap Nining.
Prosesnya memang membutuhkan waktu dan sedikit merepotkan buatnya. Namun hasilnya efektif, ia berhasil menekan kebiasaan jajan anak-anaknya baik di sekolah maupun di rumah.
“Awalnya, saya juga ingin menggugah dan mengajak orang tua lain, setidaknya dimulai dari lingkungan paling kecil. Kebetulan kita orang tua sering bertemu saat menjemput anak-anak pulang sekolah. Dari situ pelan-pelan kita ajak untuk mulai memperhatikan asupan makanan sehat untuk anak-anak di sekolah”.
Selain itu, ia juga bersama orang tua murid lainnya gencar mengkampanyekan makanan sehat dan menginisiasi pentingnya bekal makanan sehat untuk anak-anak.
Sejak itu, Nining bersama sejumlah orang tua siswa lainnya yang tergerak, kemudian berupaya bekerjasama dengan sekolah membangun pemahaman tentang pengawasan jajanan sekolah.
“Di awal-awal memang agak susah meyakinkannya, tapi alhamdulillah akhirnya bisa efektif. Sampai saat ini, orang tua dan sekolah bersama-sama mengawasi anak-anak, dan jumlah orang tua yang peduli juga terus bertambah”.
Gerakan yang digagas Nining Nurhayati bersama sejumlah orang tua lainnya ini juga mendapat dukungan penuh tak hanya dari sekolah tapi juga komite sekolah.
“Sekarang tiap pertemuan bulanan komite sekolah, salah satu agendanya adalah sharing resep menu makanan sehat,” jelasnya lagi.
Berkreasi dan Belajar dengan Sumber Protein
Dari gerakan itu pula, para orang tua siswa ini belajar berkreasi membuat bekal makanan dan penganan anak-anak, dengan berbagai jenis menu makanan sehat, beberapa diantaranya dengan memanfaatkan nugget siap masak yang lebih praktis, namun tetap terpenuhi kecukupan gizi hariannya.
“Konsekuensinya memang kita harus bisa berkreasi sekreatif mungkin agar bekal itu menarik buat anak-anak, sehingga bekal yang mereka bawa benar-benar bisa mengalihkan perhatian anak dari jajanan yang tak sehat,” terang Nining.
Nining mengakui nugget menjadi salah satu lauk yang paling disukai, karena sesuai dengan selera anak-anak. Selain itu, pengolahannya juga relatif mudah.
“Kita memang paling sering berkreasinya dengan nugget karena memang disukai oleh anak-anak, terkadang kita kombinasikan juga dengan telur dan sayur-sayuran sehingga terpenuhi semua kebutuhan protein dan juga gizinya secara lengkap,” jelasnya lagi.
Apalagi, selain harganya yang terjangkau, berkreasi dengan nugget juga amat mudah dan praktis.
“Tapi memang, kita juga selektif memilih jenis nugget yang benar-benar tinggi kandungan proteinnya, karena ternyata sekarang banyak juga beredar nugget yang justru lebih banyak tepung daripada ayamnya,” kata Nining menjelaskan.
Untuk nugget, produk yang dipilih adalah yang sudah terpercaya, mulai dari bahan baku yang terjamin, higienis dan kaya kandungan protein hewaninya.
Selama ini, Nining dan kebanyakan orang tua siswa lainnya lebih memilih produk So Good, karena selain harganya lebih terjangkau, So Good juga terjamin higienis dengan kandungan protein hewani yang baik untuk pertumbuhan anak.
Tak hanya itu saja, salah satu varian nugget So Good Alphabet juga sangat efektif menjadi sarana belajar untuk anak-anak, karena bentuknya yang menyerupai karakter tiap huruf dalam alfabet bisa menjadi tambahan kreasi bekal makanan anak.
Lauk yang kaya protein hewani ini, lanjut Nining, menjadi bagian penting dari pemenuhan asupan gizi bagi anak-anak untuk pertumbuhan struktur tulang dan perkembangan kognitif, sekaligus efektif untuk mencegah stunting.
“Kami banyak mendapat informasi dari berbagai sosialisasi termasuk dari puskesmas, tentang pentingnya menambahkan sumber protein dalam makanan anak, agar kecukupan gizi mereka terpenuhi setiap hari,” imbuhnya lagi.
Kiprah orang tua siswa yang ada di Desa Negeri Katon, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran ini pula yang kemudian menjadi contoh oleh banyak orang tua siswa lain.
Keberhasilan gerakan peduli makanan sehat ini juga yang membuat SDN 32 Negeri Katon terpilih sebagai salah satu sekolah sasaran dari sosialisasi program Gerakan Edukasi dan Pemberian Pangan Bergizi untuk Siswa (Genius) yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung pada Agustus 2024 lalu.
“Kami bersyukur, apa yang sudah kami lakukan selama ini, mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan semua pihak termasuk sekolah dan orang tua yang mulai sadar akan pentingnya masa depan kesehatan anak-anak,” kata Nining.
Pentingnya Pemenuhan Protein untuk Pertumbuhan Anak
Gerakan yang dilakukan oleh orang tua siswa di Desa Negeri Katoni ini, sesuai dengan penjelasan dari ahli gizi kesehatan masyarakat Prof.dr.drg. Sandra Fikawati yang menyebut peran penting protein untuk pertumbuhan anak sebagai bagian yang memang tak boleh dilewatkan oleh orang tua.
Karena, lanjutnya, setiap manusia membutuhkan setidaknya 20 jenis asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, daya tahan tubuh hingga energi.
“Sudah saatnya untuk memikirkan kembali pentingnya kebutuhan protein dan mengembalikan masalah kekurangan protein dalam agenda kesehatan. Sebab, sampai saat ini masih banyak ditemui kasus anak-anak penderita kekurangan protein bahkan mengalami stunting atau tengkes,” jelas Prof.dr.drg. Sandra Fikawati dalam Japfa media gathering di Gammara Hotel Makassar, Kamis (22/8/2024) lalu. (Meza Swastika)