NASIONAL, PL– Pendhapa Art Space (PAS) telah menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “PAHLAWAN NASIONAL DAN SENI RUPA TOKOH SEJARAH” pada Selasa (7/9) lalu.
Dalam diskusi ini menghadirkan dua narasumber, yakni Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Asvi Warman Adam, APU. dan kurator seni Dr. Mikke Susanto, M.A.
Diskusi publik ini membicarakan persoalan yang mengitari wacana kepahlawanan. Khususnya mengenai apa-siapa-bagaimana pemberian gelar pahlawan nasional. Juga peran seni rupa, terutama pelukis, di dalam wacana kepahlawanan tersebut.
Menurut data yang dapat diakses melalui situs Kemensos, Indonesia sudah memiliki 191 pahlawan nasional. Namun, memang belum ada satupun yang merupakan seorang pelukis. “Belum ada pelukis jadi pahlawan nasional,” pernyataan faktual ini disampaikan oleh Prof. Dr. Asvi Warman Adam dalam diskusi publik pada 7 September lalu. Kemudian diikuti dengan pemaparan mengenai karakteristik pahlawan nasional, syarat pemberian gelar pahlawan nasional, dan lain sebagainya.
Sebetulnya, Raden Saleh sudah diusulkan untuk diberi gelar pahlawan nasional pada 2012 lalu. “Sudah ada buku yang dibuat untuk itu (mengusulkan). Inilah menurut saya yang harus diperjuangkan oleh kalangan seniman, pelukis, dan oleh kalangan seni rupa (pada umumnya),” tutur Profesor Asvi.
Dr. Mikke Susanto kemudian turut memaparkan materi mengenai lukisan sejarah. Jenis, contoh, dan beberapa kasusnya. Salah satu yang dibicarakan adalah perihal lukisan Diponegoro. “Diponegoro hidup pada masa kamera belum ada di Indonesia, jadi wajah Diponegoro ini memang misterius,” jelasnya. Wajah Pangeran Diponegoro selama ini memang hanya bisa dilihat melalui sketsa dan lukisan yang dibuat oleh para perupa. Salah satunya melalui lukisan A. J. Bik dan Basoeki Abdullah. Begitu pun dengan beberapa pahlawan nasional lain.
Nihilnya kamera pada masa hidup beberapa pahlawan nasional ini boleh jadi tantangan bagi para perupa. Bagaimana cara merepresentasikan para pahlawan nasional dalam karyanya sambil mengekspresikan kemuliaan dan sentimentalitas para pahlawan.
Dibicarakan pula mengenai “homogenitas” karya seni pahlawan nasional. Selama ini, karya seni rupa dengan subjek pahlawan nasional didominasi Diponegoro dan Sukarno. Masih banyak lagi bahasan yang dibicarakan dalam diskusi publik “PAHLAWAN NASIONAL DAN SENI RUPA TOKOH SEJARAH”.
Diskusi publik yang dihadiri lebih dari 70 peserta ini dapat disaksikan kembali melalui kanal Youtube Pendhapa Art Space, atau melalui tautan (bit.ly/diskusiPraREPRESENTASI4).
Diskusi publik “PAHLAWAN NASIONAL DAN SENI RUPA TOKOH SEJARAH” berlangsung sebagai titik awal pameran REPRESENTASI #4: PAHLAWAN NASIONAL. Pameran seni rupa yang akan berlangsung selama 10 November-10 Desember 2021 di Pendhapa Art Space, Yogyakarta.
PL 03