PANTAU LAMPUNG– Kekecewaan meluas di kalangan kader Golkar di daerah akibat sikap sewenang-wenang Bahlil Lahadalia dalam menentukan kandidat Pilkada Serentak 2024. Kebijakan terbaru Bahlil membuat banyak kader merasa diabaikan dan marah.
Di Lampung, misalnya, Ketua DPD Golkar Lampung dan petahana Arinal Djunaidi merasa dirugikan meski telah mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum Golkar sebelumnya, Airlangga Hartarto. Situasi serupa juga dialami oleh politisi senior Golkar, Ismet Roni, yang telah memperoleh dukungan untuk maju di Pilkada Tulangbawang, namun dicabut oleh Bahlil.
Kejadian ini tidak hanya terjadi di Lampung. Bahlil dinilai cenderung memilih kandidat berdasarkan koalisi elit daripada mempertimbangkan kader internal partai. Terbaru, kasus serupa muncul di Banten, di mana Airin Rachmi Diany, yang sempat ditinggalkan oleh Golkar, akhirnya mendapat dukungan kembali setelah didukung oleh PDIP.
Di Pilbup Muna, Golkar awalnya mengusung pasangan La Ode M. Rajiun Tumada dan Purnama Ramadhan, namun Bahlil mengubah keputusan dan memilih pasangan La Ode Kardini dan Noor Dhani. Keputusan mendadak ini membuat Rajiun dan Purnama, beserta pendukungnya, merasa kecewa dan menilai Golkar tidak konsisten serta kekanak-kanakan dalam mengambil keputusan.
Rajiun menilai bahwa sebagai partai besar, Golkar seharusnya memberikan contoh yang baik dan konsisten. “Kepemimpinan Bahlil yang tidak konsisten ini menimbulkan tanda tanya dan mosi tidak percaya terhadap Partai Golkar,” tandasnya, mengkritik pernyataan awal Bahlil yang menjanjikan tidak akan mengubah rekomendasi dukungan yang telah dikeluarkan oleh Airlangga.