PANTAU LAMPUNG — “Tiada pantai yang tak setia pada air, dan pasir janjikan saksi, katamu…” Begitulah bait puisi “Larung” karya Noorca M. Massardi yang membuka pengalaman kami di Pantai Tegal Mas Island, Lampung, dalam pertemuan penuh nuansa budaya pada Rabu, 13 November 2024.
Noorca, sastrawan, sutradara, dan saudara kembar dari sastrawan Yudhistira ANM Massardi, tengah mengunjungi Bandar Lampung. Kedatangannya bukan hanya sekedar persinggahan, tetapi juga bagian dari rangkaian kegiatan memperkenalkan program Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia bertajuk “Budaya Sensor Mandiri.”
Usai talkshow dengan Kompas TV pada Rabu pagi, Noorca menghubungi kami dan mengajak bertemu untuk makan siang di Rumah Makan Begadang 2, Bandar Lampung. Ajakan itu tak bisa ditolak, dan pertemuan kami pun berlanjut dengan perjalanan ke Pantai Mutun, yang kemudian membawa rombongan menuju Tegal Mas Island, sebuah destinasi eksotis di bawah pengelolaan Thomas Azis Riska.
Dengan menyewa perahu motor seharga Rp500 ribu untuk perjalanan pulang-pergi, rombongan yang terdiri dari enam orang itu menyeberang menuju pulau yang dikenal dengan keindahannya. Sambil menikmati pemandangan laut yang biru, Noorca tak lepas dari kameranya, merekam setiap sudut eksotis Tegal Mas Island.
Selain keindahan alam, perjalanan kali ini juga diwarnai oleh kehadiran buku puisi terbaru karya Noorca, Bali Lelungan, yang diterbitkan pada Juli 2024 oleh Firza Media Publisher. Buku ini terdiri dari 72 puisi yang dilengkapi dengan ilustrasi karya istrinya, Rayni N. Massardi, dan penutup apresiatif dari penulis terkemuka Putu Wijaya.
“Bali Lelungan” berarti “bepergian ke Bali,” yang mencerminkan keterikatan Noorca dengan Pulau Dewata sejak tahun 1978. Salah satu puisinya, “Larung,” dimuat di halaman 59, menjadi favorit di tengah perjalanan kami. Membaca bait-bait puisi ini sambil menatap laut membuat siapa pun terbawa dalam refleksi mendalam, merasakan betapa puisi-puisi Noorca menyimpan makna dan daya tarik yang kuat bagi jiwa para penikmatnya.
“Buku ini belum saya luncurkan secara resmi, namun sudah beredar di beberapa tempat,” ungkap Noorca sambil tersenyum, menandai buku yang mengajak pembacanya untuk merasakan sebuah perjalanan ke Bali, bukan sekadar tempat, tetapi juga sebagai ruang spiritual.
Kunjungan ini pun ditutup dengan harapan Noorca agar karya-karyanya terus membawa pesan budaya dan menebar inspirasi bagi generasi berikutnya. Tegal Mas Island telah menjadi panggung sempurna untuk menikmati indahnya sastra dan keindahan alam dalam satu harmoni yang tak terlupakan.***