Pameran Foto Kota Lama dan Peluncuran Buku Digelar di Monod Dephuis Semarang

Seni Budaya38 Dilihat
banner 300250

SEMARANG, PL– Peluncuran buku “De Oude Stad Semarang” karya Lim Winasdy yang dirangkai dengan pameran foto bersama karya Agus Budi Santoso dan karya Lim Winasdy iditaja di Gedung Monod Dephuis, Kota Lama, Semarang, Kamis 19 Januari 2023. Sedangkan untuk Pameran Foto Kota Lama akan berlangsung hingga 23 Januari 2023

Peluncuran buku dan pameran foto yang diresmikan Plt Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu ini juga dihadiri Kadisbudpar Kota Semarang WingWiyarso Poespojoedho , Sekretaris Disbudpar Kota Semarang Samsul Bahri Siregar, fotografer, seniman dan tamu undangan lainnya.

Plt Walikota dalam sambutannya, mengatakan sangat mengapresiasi yang telah dilakukan fotografer Agus Budi Santoso dan Lim Winasdy dengan menggelar pameran foto dan penerbitan buku “De Oude Stad” dengan obyek Kota Lama.Dengan foto-foto ini orang bisa belajar sejarah dan dinamika perkembangan Kota Lama Semarang. Kali ini obyeknya baru Kota Lama.

“Ke depan diharapkan bisa diadakan pameran foto yang obyeknya merekam dinamika Semarang Lama yang meliputi; Kota Lama, Kampung Melayu, Kampung dan Pecinan. Ini akan menunjukan potret tentang keberagaman dan toleransi Kota Semarang. Mudah-mudahan Pak Agus Budi Santoso dan Lim Winasdy bisa pameran foto yang lebih besar berskala Internasional, ” ujar Mbak Ita sapaan akarb Plt Walikota Semarang ini.

Agus Budi Santoso pada kesempatan itu mengatakan, pameran foto ini merupakan salah satu bentuk kontribusi sebagai seorang fotografer kepada kotanya. “Pada pameran ini ada 22 karya foto saya dari beberapa genre yang merekam dinamika Kota Lama dari sebelum revitalisasi. Mudah-mudahan bermanfaat bagi masyarakat Semarang,” ujar ABS panggilan karib fotografer lintas genre ini.

Sementara itu, Lim Winasdy yang dikenal mengugemi genre streetphotography ini mengisahkan ihwal, tertariknya untuk membukukan koleksi karya fotonya menjadi sebuah buku, karena membaca berita kunjungan wisatawan ke Kota Lama memecahkan rekor tertinggi Se –Jawa Tengah ketika pandemi Covid -19.

“Ini sebuah fenomena yang menarik. Hal inilah yang mendorong saya untuk mengumpulkan karya-karya foto Kota Lama. Kemudian menghubungi fotografer kawakan pensiunan Kantor Berita Reuter Bea Wiharta untuk mengkurasi foto-foto saya. Setealah melalui proses panjang jadilah buku “De Oude Stad Semarang” dan sebagian saya taja dalam pameran ini, ” ujar Koh Lim panggilan karib fotografer yang sering didhapuk jadi juri foto baik local maupun nasional ini.

Dua Wajah Kota Lama Semarang

Sementara itu, Pengamat Kota Tjahjono Rahardjo, dalam pengantar pameran mengatakan, Kota Lama Semarang saat ini sudah sangat berbeda dari Kota Lama dulu. Dulu tempat ini identik dengan banjir rob, kekumuhan, prostitusi dan kejahatan.

“Sekarang, setelah direvitalisasi Kota Lama Semarang menjadi tempat yang instagramable. Berbagai fasilitas baru disediakan seperti jalur pejalan kaki, kursi taman, charger box, air mancur dan lain-lain. Banjir rob juga sudah tidak menjadi masalah. Di malam hari Kota Lama sekarang terang benderang, tidak lagi menyeramkan seperti dulu,” ujar Tjahjono Raharjo yang pernah bergiat di BP2 KL.

Lebih lanjut, Tjahjono, membabarkan, Kota lama telah berubah dari tempat yang dihindari orang menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Lama Semarang telah melebihi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Candi Borobudur.

“Bagi sebagian pengunjung berada di Kota Lama serasa berada di “luar negeri.”Dampak dari

itu satu per satu bangunan-bangunan di Kota Lama yang semula diterlantarkan, direnovasi dan

dialihfungsikan menjadi kafe, restoran, hotel dan lain-lain. Sasaran utamanya pengunjung dari dalam maupun luar kota Semarang,” terang Tjahjono yang juga aktif bergiat di Monod Laras yang bermarkas di Gedung Monod Huis.

Tjahjono menandaskan bahwa Kota Lama Semarang memang bukan hanya kumpulan bangunan-bangunan kolonial. Juga bukan sekedar tempat wisata yang instagramable.

“Kota Lama sekarang dari sekadar itu, tetapi Kota Lama adalah tempat berinteraksi segala lapisan masyarakat dengan berbagai kepentingannya,” tegas Tjahjono Raharjo mengingatkan.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *