• Redaksi
  • Tentang Kami
Rabu, Mei 21, 2025
Pantau Lampung
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Pojok Lampung
  • Politik
  • Peristiwa
  • Ruwa Jurai
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Pesisir Barat
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Hiburan
    • Fashion
  • Network
  • Indeks
No Result
View All Result
Pantau Lampung
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Pojok Lampung
  • Politik
  • Peristiwa
  • Ruwa Jurai
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Pesisir Barat
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Hiburan
    • Fashion
  • Network
  • Indeks
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Pantau Lampung
  • Kriminal
  • Politik
  • Ekonomi
  • Entertainment
  • Opini
  • Pendidikan
  • Hiburan
Home Seni Budaya

Pria Takari Utama Himpun Puisi untuk Eril dari Penyair Indonesia

djadinEditordjadin
Jun 10, 2022
A A
ADVERTISEMENT

Sejak dikabarkan Emmeril Khan Mumtaz atau biasa disapa Eril, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu, hilang terseret arus sungai Aare, Bern, Swiss, sejumlah penyair menulis puisi duka cita sebagai bentuk dari sense of humanity. 

Puisi-puisi yang ditulis para penyair Indonesia itu tersebar di media sosial, seperti IG, FB, maupun grup WA.

Pria Takari Utama, penyair, menginisiasi penulisan buku puisi tentang tragedi Sungai Aare. Pertama dibagikan di laman FB-nya hanya beberapa puisi dari para penulis. Lalu mendapat respon luar biasa dari penulis lainnya.

BeritaTerkait

Inilah 17 Puisi Pilihan Antologi Puisi Betawi, Isbedy Masuk

Malam Puisi Minyak Goreng, Kenangan Kaum Ibu Berjubal di Retail Modern

Para penyair yang menulis puisi tragedi Aarre membagikan di kolom komentar. “Kemudian saya pindahkan untuk di susun,” kata Takari, saat diwawancara berada di Tunisia, Jumat (10/06/2022).

Ia tak muluk-muluk soal buku puisi ini yang direncanakan akan terbit. Termasuk jumlah penulis dan karya. “Lazimnya, 25 sampai 30 puisi sudah cukup untuk suatu antologi puisi,” katanya.

ADVERTISEMENT

Dikatakan Takari, awal mengumpulkan puisi-puisi tentang Eril dipicu setelah mendengar kejadian yang menimpa Eril, tiba-tiba saya terisak. Meneteskan air mata. Nurani saya sebagai ayah yang juga memunyai anak sebaya Eril, tersentuh. Langsung menangis. Saya dapat rasakan bagaimana perasaan Pak RK (Ridwan Kamil, red.), ayah Eril atas kehilangan anaknya. Padahal saya tak kenal Eril dan bapaknya. Bahkan, ada yang namanya Eril dan itu anak dari Pak RK, saya juga baru tahu dari media sehubungan tragedi Sungai Aare.

Saya juga punya anak yang dulu sekolah di Prancis, Eropa Barat. Ia juga suka jalan-jalan bertualang ke berbagai tempat sampai ke Swiss. Sampai main ski segala ke pegunungan Alpen. Ia antusias menikmati dan tadabur alam. Kalaupun tak ada teman jalan bareng, sendiri pun ia tetap pergi. Terbayang betapa terpukulnya jika kejadian itu menimpa anak saya. Saya hanya orang biasa. Berbeda dengan Eril, yang bapaknya tokoh publik.

“Atas kejadian Eril, banyak pihak turun tangan, langsung maupun tidak langsung membantu proses pencarian Eril. Berjuta-juta doa dilantunkan. Alhamdulillah jasadnya sudah ditemukan dan dibawa pulang ke tanah air,” urai Pria Takari Utama.

Bicara soal tragedi, lanjut dia, yang bicara hati nurani. Tak peduli menimpa siapapun, apakah terjadi pada keluarga rakyat biasa maupun keluarga tokoh publik pejabat tinggi. Siapapun, orang yang hati nuraninya halus, lebih-lebih penyair, pasti tersentuh. Ini terbukti banyaknya puisi yang masuk dari para penyair se-Nusantara. Para penyair kita begitu besar kepedulian dan kepekaanya pada soal kemanusiaan dan kehidupan.

Takari menjelaskan, ia mendapatkan puisi-puisi yang awal tentang Eril dari membaca yang diposting teman-teman penyair pada grup WA “Wartawan Penyair Indonesia”.  Juga postingan teman-teman di FB.

“Lalu, saya  juga menulis puisi tentang Eril. Saya menulis puisi sambil menangis. Mengharukan semuanya.”

Dalam perjalanan ke Bandara Soeta ketika mau terbang ke Tunisia hari itu, ceritanya, spontan muncul ide mengumpulkan puisi-puisi tersebut. Teman-teman penyair ternyata menyambut antusias. Mengumpukan puisi bertema soal Eril, mengetuk hati terdalam kemanusiaan kita. Kiriman puisi terus mengalir sampai hari ini. Bahkan penyair Adri Sandra, pemegang rekor MURI atas puisi terpanjangnya, mengirimkan  puisi dan karya vinet sekaligus.

Ia berniat puisi-puisi tentang Eril atau sungai Aare dapat dibukukan untuk suatu kegiatan lieterasi. “Ya, harus ada target untuk dibukukan. Agar monumental dan tercatat dalam sejarah literasi kita. Jadi, tidak sekadar postingan di medsos,” kata Takari.

Dirinya akan minta tolong teman seniman untuk bantu desain cover buku dan tata letaknya.

“Soal dana utk penerbitan buku ini, belum kepikiran entah dari mana sumbernya. Pokoknya niat saja, Insya Allah nanti Tuhan pasti bukakan  jalannya. Amiin.”

Setelah terbit buku tersebut, ia berencana akan berkomunikasi dengan keluarga Kang Emil. Mengusulkan buku ini diluncurkan pada peringatan 100 hari kepergian Eril.

“Bagaimana teknisnya nanti, masih kita akan diskusikan bersama pihak terkait,” kata Pria Takari Utama.

Berikut puisi-puisi tentang Eril yang telah dihimpum Takari Utama.

 

ERIL, DALAM UNTAIAN KATA

PARA PENYAIR INDONESIA

Abrory Djabbar:

AARE

Sungai itu hijau tosca

Mataku terpana menatap alirannya

Jauh dari hulu pegunungan Alpen

ia meliuk berdansa

Sungai itu hijau tosca

Dari atas jembatan di Interlaken

aku menyapanya

Ia menoleh dan tersenyum

Begitu menggoda

Ah,

Seru sekali

aku ingin sekali terjun berenang

menikmatinya

Aare

Kau begitu jelita

Riangmu  gadis remaja saat tertawa

Desember itu

salju bertumpuk

udara memeluk

Aku melayari Aare

hingga ke danau hening berbatas hutan

Terhenti kusebut namamu

Berlinang air mata

( O Pengembara,

Kau  paham

Bahwa Rindu tak bisa pergi,

Tak pernah hilang dan tenggelam

Ia hanya sembunyi

menantimu di sana )

Jakarta 01 06 2022

Doa bagi kang Ridwan Kamil dan keluarga,

Semoga diberikan kekuatan dan keikhlasan

♻️

Ewith Bahar:

SEORANG AYAH DI BIBIR SUNGAI

Seorang ayah di bibir sungai

Kehilangan jejak,

mencari sebuah alamat

Langkahnya berputar-putar dalam labirin tanpa ujung

Mempertarungkan rasionalitas dan harapan yang minta dipertahankan

Seorang ayah di bibir sungai

Berbicara kepada air dengan zikir yang basah

Selaksa kata berjejalan dalam jantung

Yang ingin benar ia ucapkan pada yang ia cari

Selapis hijab maha tipis telah menjadi penyekat

Antara dirinya dan seseorang yang bersemayam dalam sungai

Tak tersingkap, tak tertebus meski oleh cinta sebesar pegunungan Alpen

Seorang ayah di bibir sungai

Mengumandangkan azan

Komunikasi yang begitu lembut dan dalam kepada Dia yang di Arasy

Dengan gigil yang belum pernah ia rasakan

Aare yang tak kompromistis hening sejenak

Menyaksikan dua atma berangkulan dalam saling pengertian di hadapan Tuhan.

♻️

Ewith Bahar:

TEMPAT PULANG YANG SEMPURNA

tak pernah ada jalan

sepanjang dan seagung ini

kecuali pada leliku sungai

yang airnya seperti melambai-lambai

memanggilku dengan suara kudus yang lirih

di dalam lorong yang lengang

aku meluncur lekas ke palung luas

tak mampu menepis panggilan

terasa begitu ganjil sekaligus menenangkan

tak pernah kukira

sungai bisa begitu sakral

memeluk sekujur jiwa dengan basah yang penuh cinta

seketika ketakutan bertukar menjadi kepasrahan

kecemasan yang tadi menggila kini seperti sebuah ekstase

aku telah pulang rupanya

ke rumah yang begitu ramah

rumah yang dibangun dengan elemen-elemen dingin

sesuatu yang begitu mengundang

ketika aku berdiri di tepi sungai berkelir zamrud tadi

hanya saja, ia ternyata terlalu jelita

sehingga ruhku enggan kembali

dari tempat pulang yang sempurna ini.

(RIP Eril)

♻️

Handrawan Nadesul:

ERIL,

BIAR LELAP TIDURMU

Berkali-kali duduk di sini

merapatkan hari-hari semakin kelam

hanya ingin menunggumu

mana tahu ada menyisa bayang-bayangmu

di tengah kilau sungai dan dedaunan rimba

bisakah kudengar suaramu lagi

tawa kecilmu yang kurindu

hanya deru anginmu

Kupandang terus panjang cakrawala

yang kutemukan fatamorgana

teringat wajah kecilmu

berlari-lari mengepung capung telaga

saat-saat pernah berharap

kelak kepakmu akan terbang jauh

menempuh hari tempat berlabuhmu

Telah patah kini rantingku

baju tidur di kamarmu penghiburanku

sayangku kepadamu perhiasan hidupku

Kini hanya kulihat sehelai daun jatuh

jauh dari tanganku

tak tahu ke mana melarung daunmu

biar kelambu semesta kita

menjaga lelap tidurmu.

(Surat kecil dari Ibumu)

♻️

Handrawan Nadesul:

ERIL,

CAHAYA ITU TERNYATA ADA

Eril,

suatu hari di sana,

di sebuah tikungan ladangmu

ternyata cahaya itu ada

Kulihat ujung jemarimu

kini menyeka hatiku

Biar tetaplah luruh daunmu di sana

akan terjaga lelap tidurmu

di bawah kelambu semesta kita

Ingin kukirim anginku untukmu

menyeka hatimu

mengendurkan rinduku.

(9 Juni 2022 – Setelah hari yang ditunggu itu tiba: mencoba merasakan irisan hati ayah-ibunya)

♻️

Isbedy Stiawan ZS:

SUNGAI INI TAK AKAN BERHENTI

sungai ini tak akan berhenti

hanya di arus airnya; sebab kita

telah mencatat. biarpun perih

maupun riang

sungai ini tetaplah sungai. deru

airnya, elok tubuhnya. kita telah

basuh tubuh di sana. di dingin

ataupun lebih dari itu

namamu terpatri. tanganku

membekas di sana. ketika

datang untuk menjemput

maupun sekadar menyeruput

sungai ini, sayang, tak akan

pernah berubah nama. ada air

di sana. juga air mata

yang sedih menunggumu

biarpun jauh pergi

sungai ini tetap menyimpan

namamu dalam arusnya…

3 Juni 2022

Isbedy Stiawan ZS:

MASIH DI TEPI SUNGAI INI

rasanya ingin lama di sini;

tepi sungai yang merahasiakan

namanama. baik untuk yang

datang maupun bagi yang pergi

arusnya tetap tak berubah;

begitu dingin wajahnya

demikian tenang geraknya

kepada siapapun. tamu

atau kekasih

masih ingin lama diri di sini,

rasanya ingin membuat rumah

untuk tidur dan senandung

yang riang, mengubur sedih

biar hanyut makin dalam

tapi, namamu yang hilang

apa bisa dilupakan?

sapa keheningan

air mata yang tak mungkin

terhapus beberapa hari

apakah akan jadi sungai juga

mengalirkan namamu

2 Juni 2022

♻️

Anto Narasoma:

PERCINTAAN MAUT DI SUNGAI AARE

sepekan aku bersimpuh

mencari-cari di antara ombak dan buih sungai aare sepanjang 250 kilometer, yang datang mendekap erat ajalmu

lalu apakah sampanmu menepi di tepian sungai yang membasahi air mataku, emmeril kahn mumtadz?

di antara biru airmu,

ratusan mata menyorot tajam ke celah bayang-bayang dirimu ; yang raib

di balik usia

maka bacaan surat yasin  menebar kian kemari,

menggapai nyawamu

yang diam dan sunyi

hingga tepian sungai aare

menjadi makam keabadian

wajahmu yang sejuk

o emmeril kahn mumtadz,

inilah salat ghaib

yang memancarkan cahaya

jika kau tersesat

ke celah-celah kegelapan

di dasar sungai ini

maka kecemasan kami

tak pernah mengabaikan

artimu sebagai cinta

di kedalaman sungai

sebab  serpihan angin

yang melambai

dalam sal putih itu,

mengelus halus antara wajah dan kenangan pada senyummu

o emmeril kahn mumtadz,

kemana ayah ibumu mengantarkan

kasih sayang, setelah

kehadiran ajal

mendekap kematianmu?

sungai aare, bern swiss

adalah kenangan maut

yang memberi warna kematian abadi,

di antara buih-buih ombak

kepergianmu

kapan airmu surut

mengembalikan senyum yang telah mencair

dalam kesendirianmu,

emmeril?

4 Juni 2022

♻️

Pria Takari Utama:

SEBENING AIR AARE

Tak banyak raga yang ada di dermaga kala  itu.

Tapi setelah lambaian tanganmu, jiwa-jiwa dari Nusantara dan dunia berkerumun ke tepian.

Air mata mengalir.

Berkejaran dengan aliran arus sungai Aare.

Kita tak saling kenal.

Bahkan baru tahu dirimu setelah tragedi itu.

Namun, sebagai orangtua.

Yang juga punya anak-anak sebayamu.

Pilu kami menggumpal-gumpal.

Lantunan suara azan ayahmu.

Yang dikumandangkan dari dermaga.

Disambut, diulang bersaf-saf takbir.

Mengalir sampai ke tulang sulbimu.

Menyelimuti jiwamu.

Mengafanimu.

Sesejuk, sebening  air Aare.

Yang membasuh jiwa.

Begitu segarnya.

Istirahatlah bersama asamu.

Bersama nikmat kepulangan pada Illahi.

Bahwa kita semua pasti ke sana.

Tak peduli  kata orang: jika sangat mirip dengan ayahmu, salah seorangnya biasanya pulang lebih awal.

Tidak begitu.

Semua kita pasti pulang.

Jakarta, 4 Juni 2022.

♻️

Akmal Nasery Basral:

ERIL

Masa depan adalah

lelehan salju yang berbaur

dengan gelombang air

dan kecipak takdir

Di Aare musim semi

memucat menjadi lara

dalam tasbih bebatuan, lumut dan dingin sungai

Nak,

kamu kini tiada

tetapi akan selalu ada

dalam hangat doa.

O3.06.22

♻️

Kurnia Effendi:

DI SUNGAI ITU

Hulunya mungkin di surga

Aare mengalir dan memanggil:

Eril

Pemuda itu–di pangkal musim semi–seketika

Mengetahui rahasia alam

Utuh: mendalam dan jauh

Kelindan doa dalam wujud air mata

Dan serak azan mengantarnya

Kini duka itu kembali bening

Kembali hening

Seperti dasar sungai yang tampak

Dari jiwa transparan

Mewakili ucapan:

“Kukembalikan kepada-Mu, Tuhan.”

Jakarta, 3 Juni 2022

♻️

Linda Djalil:

PERGILAH JIWA YANG TENANG KE TEMPAT YANG NYAMAN… 🙏

Seorang ayah menyisir pinggir danau. Asanya melambung menemukan sang buah hati. Tumpuan keluarga. Harapan mulia. Yang selalu menjadi pelipur lara kekerasan cobaannya di kursi tertinggi kawasannya.

Anak lelaki pujaan ayahanda tetap tak ada. Arus air deras bagai tak memberi maaf. Bahkan sepotong sisa baju renangpun tak bersisa.

Maka sang ayah meraup tangan istri dan putrinya, menuju pulang dengan rasa pedih hampa luar biasa.. Hanya sekelumit ikhlas yg harus ditata. Untuk pemuda terkasih yg diyakini  sedang menuju surga…

Juni 2022

♻️

Hendra Idris:

𝗔𝗔𝗥𝗘 𝗕𝗘𝗥𝗠𝗔𝗧𝗔 𝗕𝗜𝗥𝗨

–𝘵𝘶𝘳𝘶𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘬𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘦𝘳𝘪𝘭

aare bermata biru,

kau selalu menggoda.

kautawarkan sejernihnya nur,

kaupercikan raut-raut

yang membubung dan menggumpal-gumpalkan hasrat sekadar  bersalsa denganmu

aare bermata biru,

kau sangat nakal.

kauumbar kemolekanmu yang meliuk-liuk sepanjang dua ratus delapan puluh delapan kilo meter

:  tiada kuasa menafikan bujukanmu untuk berdansa

aare bermata biru,

kau sungguh memesona.

tatapanmu menusuk siapa pun, pasti ikut terlena bersamamu

aare bermata biru,

kau memang bidadari di sudut alpen.

tapi kau sungguh tega!

: “ke mana eril kaubawa menari

hanya untuk meregang ajalnya?”

Malang, 7 Juni 2022

♻️

Hendra Idris :

SEPENGGAL KISAH PERJUMPAAN AARE DAN ERIL

eril mengenalkan aare kepada  ibu dan adiknya

: siapa aare?

ndilala, aare membuncahkan rasa takjub pada eril

seketika itu aare menggapai eril lalu merengkuhnya, mengajaknya bermain-main, dan menyusuri sungai

: eril seakan merasakan dalamnya cinta kepada sang Maha Pencipta.

aare memeluk

mengitari,

dan memendar-mendar

seperti melabirin di hati eril di sungai yang menghampar tenang

: eril tak sanggup melepas buhulan dekapan aare nan erat

“eril memang istimewa!” teriak aare jumawa

: ia melulu melarut memeluk, mendekap, dan memborgol jiwa raga eril

tapi belaiain aare sungguh memuncrat sesak di atma eril

karena aare seakan tak membiarkan eril meninggalkannya begitu saja

: “kuingin kau tetap bersamaku!”

Malang, 8 Juni 2022

♻️

Oce Satria:

PADA HARI ENGKAU DIAMBIL

Pada hari engkau telah berangkat

kami seolah sedang tarik menarik dengan pemilikmu

beribu-ribu doa dan isak mencoba menarikmu kembali dan tak boleh pergi meninggalkan kami,

tapi melawan kehendak Rabb-mu, apakah kami kuasa?

sebab gempa karena isak dan tsunami air mata kami ternyata bukan tandinganNya.

Pada hari engkau dijemput

kami seolah sedang memungut sisa-sisa kenangan kami tentangmu,

yang datang di ruang-ruang maya kami,

cerita tentang apa-apa saja yang baik tentangmu.

Beribu-ribu gambar dan suaramu tahu-tahu telah menyelinap di ruang-ruang sukma kami

atau menghampar di mata dan telinga.

tapi menyimpan ingatan tentangmu, kutakutkan engkau akan terguncang karena kutahu engkau tak hendak menandingi Rabb-mu

Pada hari engkau diambil

kami seolah sedang berpura-pura menggigil menahan ketakutan tak lagi membaca cerita petualanganmu,

sebab kami tahu, kami tak benar-benar tahu di mana engkau akan berakhir,

Pada hari engkau tiada, kami ingin meniada

dari luka dan sesal fana, menyusulmu

Tapi, apakah kami sanggup berangkat tanpa bekal?

Juni 2022

♻️

Gusma:

AARE DAN DUKA KAMI

Hangat nya zikir mengiringi pencarian

Merajut waktu

Mengukir rindu

Melukiskan duka cita yang dalam

AARE dialiranmu kutebar doa

Berselimut hati lara

Tanpa jeda

Hanya kelu sebuah penantian

Dibatasi waktu

Disunyi hati kami

Tiada kekuatan kecuali kekuatan Allah

Merekah zikir tanpa henti

Tanpa meratap

Bersemayam rasa percaya

Hanya sang khalik yang mengatur

Semoga

Jalan terbaik untuk memutuskan resah

Gelisah

Desah pilu

Pada mu ya Robbi

Kami titipkan impian

Ikhlas

Sabar

Dan yang paling indah seindah tempat

Mu yang terindah

Padang diantara gerimis

Titipan syair untuk putra bapak RK

♻️

Vito Prasetyo:

ADA DUKA MENGALIR DI SUNGAI AARE

: Sungai Aare

sebening cahaya di hulu sungai

tidak lagi mengalir teduh

seakan merajam ingatan

menjelma nyanyian sunyi

dan senandungkan cemas di tatapan kita

esok mungkin menjadi sembab

di bibir sesal yang kibaskan naifnya gema puisi

hanyalah gemericik air

mengalir di tubuh-tubuh mungil

hingga sajakku harus bersimpuh

dalam gigil dekap duka

mengeja perlahan nama Eril di bibir sungai

adakah rindu semerbak lantunan lafal

yang menakwilkan semesta surga

hingga Sungai Aare menjemput jalanmu pulang

menuju tempat kekal

Eril, setipis senyum di bibirmu

seakan itu adalah kesunyian yang paling nyeri

hingga sajakku bergegas

membasuh diri dengan doa

meski tak mampu kutahan

butiran air bening yang menggenang di pelupuk mata orang-orang ‘kaucintai

Malang, 10 Juni 2022

♻️

Ence Sumirat:

LIRIH AARE

pada biru air

doa mengalir

melepas kepulangan

sosok kerinduan

sebuah kesaksian

cinta dan kematian

2022

♻️

Adri Sandra:

SUNGAI DI KOTA TUA

siapakah yang menyaksikan sehelai daun gugur, tenggelam dalam mata burung Swift?

di hadapan kota tua Bern dan sungai biru kristal

lengkung kepaknya seperti bulan sabit , turun dari hijau hutan pegunungan Alpen, terjangkar di kaca-kaca gedung kota

barangkali, desah hujan dari jauh memudarkan pandangan

pada perahu-perahu mesin, dalam lali udara dan cuaca keruh

Aare, begitulah kami mengenalmu ; matahari yang mencairkan musim dingin

pada gemuruh air terjun dan jembatan Granary yang tak bisa kami tempuh

bulan hitam memancar di uap buihmu

kami tak melihat hujan sampai di sini

selain gerimis membasahi bulu-bulu burung

Swift, miang memisah dari kelopak tebu

dan mendung tempat duka berteduh

Eril, lelaki itu datang dari jauh ; mengetuk pintu kotamu

memandang gunung dan sungai dengan damai

muncul bersama fajar

mensejajarkan cahaya dengan pohon-pohon

mengukur bayang-bayang yang sama

tapi, takdir telah membaringkannya pada biru kristal sungaimu

sebelum purnama ia sentuh, dan seluruh pulau hilang dari pandangannya

o kota tua, alir sungaimu telah menyandarkan jasadnya di bendungan Engehalde

gemuruh air terjunmu , keras membentur isi dada kami

duka itu, lebih panjang dari alir sungaimu

“Aare, Bern ; izinkan kami pulang

melepas Eril pada Yang Satu!”

Payakumbuh, 2022 )

♻️

Fitri Angraini :

HATI IBU

kalau hati ibu terbuat

dari baja, akan lebur juga

ketika anak meninggalkan

di tepi aare ini, ingin dikuatkan

hati sekokoh baja

setegak gununggunung julang

tapi, luluh juga. meleleh

dan lebur juga

hati ibu mana yang kuat

menerima anaknya wafat?

di aare ini, sang ibu berdoa;

tunjukkan arah anak ditemukan

arahkan langkah agar

tiba di wajah anak. aamiin

10 Juni 2022

♻️

Feed Jurney:

MONUMEN CINTA IBUNDA

(Surat dari Ananda Eril)

Pepohon rimbun pagar rumah kita,

kini merangas oleh musim yang kerontang,

kemarau dari orang-orang terkasih

yang pergi satu persatu,

Disepikan oleh waktu, tapi  tiada henti menyiram asa

Dalam balut keriput yang direnggut usia, ia menadah doa

Asa apa yang ia pendam

pinta apa yang ia peram,

aku  mungkin tak mampu menyiginya.

Aku, selalu ingin menggenggam  jemari tangannya,

lalu berbisik takzim di jantungnya,

bahwa aku tetaplah bocahnya yang bandel namun selalu diam saat diomeli

Aku tak pernah ingin dewasa dan tua untuk ibunda.

Sejarah ini, sejarah yang kukarang,

bukan menyusun nama-nama,

tapi deburan cinta yang tak sempat kulirihkan,

atau kata cinta yang tak sempat kumonumenkan,

Sementara, aku lena di negeri entah

Ibunda, tetaplah siraman doa kumohonkan

Juni 2022

Tags: #puisi
ShareTweetSendShare
Previous Post

Rencana Bangun Relif Bung Karno, Pengurus Masjid Al Furqon Tidak Setuju!

Next Post

Program Bantuan Pemkot Bantu Praktisi UMKM

Related Posts

4 Pahlawan Asal Lampung yang Berjuang Gigih untuk Kemerdekaan Indonesia
Seni Budaya

4 Pahlawan Asal Lampung yang Berjuang Gigih untuk Kemerdekaan Indonesia

Agu 7, 2024
KERAP DIKAITKAN DENGAN KLENIK, Ini Mitos dan Larangan pada Malam 1 Suro
Seni Budaya

KERAP DIKAITKAN DENGAN KLENIK, Ini Mitos dan Larangan pada Malam 1 Suro

Jul 8, 2024
Berita Terkini

Pemkab Lampung Utara Komitmen Dukung Kegiatan Keagamaan dan Budaya 

Jan 14, 2024
Upaya Sia-sia Kaum Ilusi
Seni Budaya

Upaya Sia-sia Kaum Ilusi

Jan 11, 2024
Warisan Seniman yang Otonom dalam Pergulatan Kekuasaan dan Kebenaran
Berita Terkini

Warisan Seniman yang Otonom dalam Pergulatan Kekuasaan dan Kebenaran

Jan 11, 2024
Kantor Bahasa Provinsi Lampung Beberkan Capaian Sasaran Kinerja, ini Hasilnya
Pendidikan

Kantor Bahasa Provinsi Lampung Beberkan Capaian Sasaran Kinerja, ini Hasilnya

Nov 22, 2023
Next Post
Program Bantuan Pemkot Bantu Praktisi UMKM

Program Bantuan Pemkot Bantu Praktisi UMKM

Pameran Warisan Budaya Rempah ‘Penunggang Gelombang’ di Yogyakarta

Pameran Warisan Budaya Rempah 'Penunggang Gelombang' di Yogyakarta

Warga Panjang Jadi Korban Hipnotis Atas Nama Puan Maharani

Warga Panjang Jadi Korban Hipnotis Atas Nama Puan Maharani

Harga Cabai Meroket, Pedagang Bakso Malang Kena Imbas

Harga Cabai Meroket, Pedagang Bakso Malang Kena Imbas

Walikota Hadiri Apel Pasukan Operasi Patuh Krakatau

Walikota Hadiri Apel Pasukan Operasi Patuh Krakatau

banner 300250

Berita Terkini

  • Deklarasi Dukungan NATO di Sukaraja, Ratusan Warga Pesawaran Mantapkan Pilihan untuk Perubahan
  • Indria Sudrajat Ardito Wijaya Resmi Dikukuhkan sebagai Ibunda Guru Lampung Tengah: Sinergi Nyata untuk Pendidikan
  • Menginspirasi! 34 Lansia Sekolah Dewi Sinta Diwisuda, Bukti Semangat Belajar Tak Kenal Usia
  • Lamban Sastra dan UTI Lampung Gaungkan Literasi Sastra Lewat Dialog Inspiratif
  • Ribuan Warga Meriahkan Senam Sehat Bersama DPD PAN Pesawaran
Pantau Lampung

Selamat datang di Pantau Lampung, portal berita yang mengabarkan secara cermat dan tepat tentang berbagai peristiwa dan perkembangan terkini di Provinsi Lampung. Kami hadir untuk menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat Lampung dan pembaca di seluruh Indonesia.

  • Redaksi
  • Tentang Kami

© 2024 Pantaulampung.com - All Right Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Pojok Lampung
  • Politik
  • Peristiwa
  • Ruwa Jurai
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Pesisir Barat
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Hiburan
    • Fashion
  • Network
  • Indeks

© 2024 Pantaulampung.com - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In