JAKARTA, PL– Parpol kelas tengah tampak bergerilya agar mampu mandiri dari dua poros besar yang ada. Ini juga diyakini sebagai upaya keluar dari proses politik pada dua pilpres sebelumnya.
Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid pun berharap tahun 2022 menjadi kompetisi yang mengedepankan kepentingan publik. Dia juga ingin PKB menjadi pemimpin poros, karenanya mengajak PPP dan PAN.
“Sebagai wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu, saya berkeinginan PKB memimpin poros bersama PPP karena sama hijau. Apalagi jika PAN ikut poros ini, maka lengkap keberangkatan kita untuk pilpres nanti,” kata Jazilul dalam diskusi di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu (15/12).
Namun PKB memberikan syarat dalam koalisi. Satu syaratnya tidak mengedepankan politik identitas.
“Partai kita ini ingi pimpin poros. Itu cita-cita kita. Masak bercita-cita dilarang, apalagi kalau nanti ada kesepakatan presidential thereshold. Ta7mbah terbuka lagi, kita berdua saja bisa berangkat,” kata Jazilul.
PPP juga merespons ajakan poros baru ini. Wakil Ketua Umum DPP PPP Amir Uskara mengaku partai berlambang ka’bah masih belum mengambil sika ajakan PKB untuk membentuk poros baru. Justru mereka membuka peluang membentuk sendiri.
“Semua opsi memungkinkan, artinya apakah nanti itu opsinya dengan poros yang dibentuk PKB, atau mungkin poros lain yang akan dibentuk buat PPP karena memang kita dalam posisi tidak mungkin sendiri. Kita pasti akan ikut ke mana keputusannya akan diambil dalam rapat yang memang ditujukan untuk itu,” kata Amir pada Kamis (16/12).
PPP sendiri sudah melakukan komunikasi dengan hampir semua partai seperti Golkar, PKS, hingga PKB. Pengurus partai ini ingin mengedepankan koalisi nasionalis religius dsn tak dipungkiri kedepan membentuk poros partai berbasis Islam.
Sebenarnya, isu poros ketiga sudah terdengar gaungnya sejak Oktober 2021. PPP telah mengemukakan berkoalisi dengan Partai Nasdem hingga PAN. Hal ini dilakukan setelah partai-partai besar yang memiliki banyak kursi di parlemen telah memulai membangun kekuatan politik.
Contoh sahihnya, kemunculan poros Teuku Umar yang diisi PDIP dan Gerindra.
Poros ini kemungkinan menjagokan Prabowo Subianto dan Puan Maharani. Sementara poros kedua mulai mengemuka setelah Golkar mendeklarasikan Airlangga Hartarto sebagai kandidat capres. Tambah lagi partai non-pemerintah; PKS dan Demokrat berupaya membangun koalisi masa depan.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai poros ketiga sangat mungkin terbentuk. Selama ini belum ada figur yang benar-benar menonjol sehingga partai-partai menengah berani melawan partai papan atas yang memiliki kursi dominan di parlemen.
Menurutnya, ketentuan presidential threshold 20% akan mendorong parpol menengah untuk bersatu. Hal ini memungkinkan munculnya koalisi partai tengah; Demokrat, PKB, PAN, PPP membentuk poros baru di luar poros yang sudah ada.
“Asumsinya jika PDIP-Gerindra bersama, Golkar menggandeng kelompok nasionalis posisi pemerintah, lalu oposisi dengan dukungan parpol lainnya. Ini jelas sangat mungkin,” tutur Dedi kepada reporter Tirto, Kamis (16/12).
Namun, ia menilai kehadiran poros ketiga butuh figur dengan popularitas tinggi guna sanggup enyatukan mereka dalam kontestasi Pemilu 2024.
“Tanpa itu, maka poros ketiga hanya akan menjadi peserta tanpa harapan menang,” kata Dedi.
Berdasarkan survei Lembaga Survei Politika Research & Consulting (PRC), elektabilitas Anies Baswedan sebagai capres 2024 sebesar 13,6%, masih di bawah Prabowo Subianto 21,1% dan Ganjar Pranowo 20,5%.
Dari tiga nama ini, hanya Prabowo yang memiliki kendaraan politik, yaitu Gerindra. Sementara Ganjar meski tercatat sebagai politikus PDIP, tapi harus bersaing dengan Puan Maharani.
Sebelumnya, survei Poltracking Institute periode 3-10 Oktober 2021 dengan 1.220 responden dan margin error 2,8 persen menyatakan nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi tiga nama teratas.
Ganjar dan Prabowo bersaing tipis dalam soal elektabilitas. Nama Ganjar berada pada angka 18,2 persen, sementara Prabowo berada di angka 17,1 persen.
Peringkat ketiga baru Anies Baswedan dengan angka 10,2 persen. Setelah nama Anies, elektabilitas kandidat lain terpaut jauh seperti Ridwan Kamil (2,4 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,1 persen), Sandiaga Uno (1,7 persen), Puan Maharani (1,5 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (1,3 persen) dan Airlangga Hartarto (0,5 persen).
“Justru peluang poros ketiga cukup besar menggaet tokoh potensial, karena parpol dominan sudah miliki kader sendiri. Anies Baswedan, AHY, Sandiaga Uno, bisa jadi akan menjadi kelompok ketiga itu. Mengingat kelompok dominasi besar kemungkinan mengusung antara Prabowo, Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto,” lanjut Dedi.
…
Direktur Eksekutif Indonesian Pubic Institute (IPI) Karyono Wibowo juga mengatakan, pertarungan politik pada 2024 bisa terbagi menjadi 3 poros.
Ia menilai jumlah kandidat bisa bertambah bila Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan pembatalan presidential threshold 20 persen.
“Peta pertarungan Pilpres 2024 mendatang, dalam hal konstelasi koalisi bisa muncul dua poros atau tiga poros, bahkan lebih jika Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan presidential threshold 0 persen sebagaimana dimohonkan oleh sejumlah pihak melalui judicial review UU Pemilu,” kata dia.
Karyono meyakini akan ada 3 poros jika presidential threshold 20 persen masih berlaku, maka peta kekuatan saat ini masih mengarah pada dua poros, yakni poros rezim dan kekuatan kontra rezim.
“Meski diakui ada sejumlah partai dalam koalisi pemerintahan saat ini yang memiliki libido politik untuk berusaha membangun poros sendiri. Meski demikian, poros ketiga tersebut masih spekulasi,” kata Karyono.
Ia beralasan, kekuatan poros ketiga atau poros tengah masih belum mengkristal.
Poros ketiga yang sedang dicoba dibangun PKB dengan menggandeng PPP dan PAN atau bersama dengan partai lain di luar koalisi pemerintahan masih dalam tahap penjajakan atau sekadar politik test the water.
Manuver PKB untuk poros baru bukan kali pertama. Hal itu sempat terjadi di pilpres sebelumnya. Namun PKB akhirnya hanya menjadi pengusung capres lain.
Kini, ia menilai, manuver mengusung Muhaimin Iskandar hanya target tertinggi, akan tetapi target sebenarnya adalah tetap di pemerintahan.
Ia juga memastikan koalisi poros ketiga bisa terbentuk bila ada figur kuat seperti Anies Baswedan, Sandiaga Uno maupun AHY.
(PL-04)