Isbedy: Pemerintah Kerap tak Hadir Soal Kebudayaan
BANDAR LAMPUNG, PL– Penyair berjuluk Paus Sastra Lampung Isbedy Stiawan ZS, menegaskan, pemerintah atau penyelenggara negara kerap lambat atau malah tidak hadir jika soal kebudayaan.
Hal itu dikatakannya saat konferensi pers 76 penyair Indonesia merayakan Kemerdekaan RI.
Sebanyak 76 penyair bicara Indonesia dalam buku setebal 500-an halaman yang diterbitkan Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI).
Pengampu Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS, sebuah komunitas peduli pada sastra dan kesenian umumnya di Lampung ini, menambahkan bahwan kebudayaan seakan dipeceh-pecah. Sehingga yang di kedepankan adalah masalah pariwisata.
“Soal pariwisata maupun terorisme atau radikalisme, pemerintah cepat tanggap hadir. Padahal kebudayaan adalah perilaku manusia, dan sastra di dalamnya, memberi kritik kesadaran pada umat manusia,” kata Isbedy dalam sesi konfers melalui zoom meeting, Minggu (15/8/2021).
Ia juga nenyinggung soal “penyatuan kebudayan dengan pendidikan” dalam kelembagaan kementerian.
“Seharusnya terpisah atau dipisahkan. Ada kementerian yang mengurus kebudayaan, dan ada pula yang memerhatikan pendidikan,” kata Isbedy.
Sebenarnya, masih kata dia, usulan kepada pemerintah agar pemisahan kementrian pendidikan dan kebudayaan, sudah diusulkan Taufiq Ismail puluhan tahun silam. Begitu pula ajakan kembali ke akar kembali tradisi pernah dilaungkan Abdul Hadi WM dan sastrawan/budayaan angkatan 70.
“Jadi revitalisasi 76 tahun Indonesia yang dilakukan TISI dengan memerjuangkan perlunya perhatian pemerintah pada kebudayaan, sangat relevan,” ujarnya.
Hadir pada 76 Penyair Indonesia Baca Puisi ini di antaranya Jose Rizal Manua, Oktavianus Masheka, Sunu Wasono, Fanny Foyk, Dhenok Kristanty, Hermawan AN., Wardjito Suharso, Dr Sastr Sunarti, dan lain-lain.
Saat berita ini tayang, penampilan para penyair masih berlangsung.
(PL 03)