BANDAR LAMPUNG, PL– Penyair dan Direktur Artistik Komunitas Berkat Yakin Lampung, Ari Pahala Hutabarat mengaku heran ketika Akademi Lampung (AL) tidak memasukkan nama Isbedy Stiawan ZS.
Hal itu ia sampaikan pada Milad ke 63 sastrawan yang dijuluki HB Jassin sebagai Paus Sastra Lampung di Pondok Santap Taman Untung, Labuhanratu, Bandarlampung, Sabtu (5/6/2021) malam.
Paus Sastra Lampung, Isbedy Stiawan ZS berulangtahun. Pada 5 Juni 2021, usia Isbedy berusia 63 tahun.
Acara milad pengampu Lamban Sastra itu dirayakan dan dihadiri sekira 40 undangan yang tetap menjaga protokol kesehatan.
Para seniman Lampung yang hadir di antaranya Ari Pahala Hutabarat, Syaiful Irba Tanpaka, Alexander Gebe, Agusei Junaidi, Arief Mulyadin, Erika Novalia Sani, Iin Muthmainah, Ivan Bonang, Alfariezie. Lalu politisi Lampung Yozi Rizal, Mufthi Salim, Muchlas E. Bastari. Ada juga Ganjar Jationo, rekan Isbedy. Serta sejumlah dosen di Bandarlampung, dan mahasiswa.
Dalam testimoni perayaan milad ke 63 Isbedy, Direktur Artistik Komunitas Berkat Yakin (KoBer) Ari Pahala Hutabarat mengatakan bahwa meski ia banyak berbeda dan berselisih pemikiran, namun Isbedy tak bisa dipungkiri merupakan tokoh atau legenda hidup bagi keesenian dan kebudayaan di Lampung.
“Jadi cacat kultural (budaya) apabila Isbedy tidak diterima dalam kepengurusan Akademi Lampung,” tandas penyair Lampung ini.
Ia menyebut, dari personel Akademi Lampung (AL) jauh dari ketokohan dan pergulatan berkesenian dibanding Isbedy.
“Ini jelas cacat kultur, cacat budaya,” ulang Ari.
Ia mengatakan, meski ia sering berbeda pemikiran atau bahkan berselisih dalam hal pandangan berkesenian, namun Ari mengaku tak bisa memungkiri menyebut kesenian atau kebudayaan di Lampung akan memuara pada diri Isbedy.
“Kalau kita ke luar Lampung dalam even kesenian, maka orang akan menyebut nama Isbedy,” imbuhnya.
Hal sama dikatakan Iin Muthmainah. Ia mengaku kenal Isbedy semasa SMP saat menjadi peserta lomba baca puisi. “Sampai kini Isbedy masih menekuni bidang seni. Tetap serius mengggelutinya. Semoga Isbedy hidup 1001 tahun lagi,” harap Iin.
Sementara Syaiful Irba Tanpaka menceritakan persahabatannya dengan Isbedy sejak 1976-an. Dan sampai kini, Isbedy satu-satunya seniman yang masih berkarya.
Syaiful juga menyinggung ihwal penunjukan personel AL. Waktu itu ia sebagai salah satu tim seleksi AL. “Namun saya dan Iswadi kalah suara untuk menjadikan Isbedy sebagai pengurus AL. Entah apa alasannya menolak Isbedy,” ucap Isbedy.
Selain ketiga seniman Lampung itu, Ganjar Jationo dan Muchlas E. Bastari memberi “kesaksian” tentang kiprah kepenyairan Isbedy.
“Selayaknya Isbedy diberi tempat dan apresiasi dari pemerintah ataupun masyarakat, karena melalui karya-karyanya telah mengharumkan Lampung,” kata Muchlas.
(PL 03/PL 01)