BANDAR LAMPUNG, PL — Warga yang biasa berkendara dari Bandar Lampung ke Metro dan sebaliknya makin terkendala masalah jalan. Pasalnya, tak ada pilihan yang lebih baik untuk menghindari jalan rusak.
Dari Bandar Lampung melewati Tegineneng, jalan rusak sudah menunggu di Batanghari Ogan, tepatnya setelah melewati persimpangan pintu tol hingga mendekati Trimurjo, Lampung Tengah. Di jalan ini, terutama di sekitar SPBU, jalan rusak parah membuat sering terjadi antrean panjang kendaraan.
Jika melalui jalan tol, jalan rusak juga ada di jalur dua Terusan Ryacudu, di depan kampus Itera sampai mendekati traffic light ke arah pintu tol Kotabaru. Kerusakan terjadi di dua jalur, jalur ke luar tol maupun jalur menuju pintu tol.
Melalui jalur alternatif yang melewati Pasar Jatimulyo, kondisinya tak jauh berbeda. Di jalur ini, kerusakan parah terjadi di sekitar Pasar Sukadamai Lampung Selatan. Lubang-lubang yang cukup dalam bertebaran di jalan ini.
Kerusakan di jalan-jalan yang lumayan padat kendaraan itu cukup parah. Sehingga, mobil-mobil kecil sering kandas. Badan kendaraan sering harus bergesekan dengan badan jalan saat harus melindas jalan berlubang. Di beberapa tempat bahkan kendaraan harus bergantian dari dua arah.
Wajar banyak kendaraan yang melintasi jalan tersebut, terutama dari arah Metro menuju Bandar Lampung dan Bakauheni, karena jarak menjadi lebih dekat jika lewat Sukadamai.
Sebagai contoh, dari Terminal 16C Mulyojati Metro sampai ke perempatan Jalan Untung Surapati-By Pass Soekarno-Hatta, Bandar Lampung hanya berjarak 31 km, sementara jika melewati Jalinsum Tegineneng-Branti bisa lebih dari 42 km.
Sejumlah pengendara mempertanyakan niat baik pemerintah daerah untuk melayani kebutuhan vital masyarakatnya. “Kalau di jalan-jalan utama saja begini, bagaimana kita berharap jalan bagus di pelosok-pelosok,” ujar Anto, yang setidaknya tiga kali sepekan bolak-balik ke Metro – Bandar Lampung.
Menurut dia, sebaiknya pemerintah daerah fokus pada perbaikan jalan. “Kalau belum bisa bagus minimal tidak membahayakan dan masih mudah dilalui. Apa tidak ada anggaran untuk sekadar menimbun. Masya iya, sekadar menimbun saja tidak bisa. Pemerintah kemana?,” ujarnya kesal.
Anto mengaku tidak menuntut apa-apa kepada pemerintah kecuali jalan. “Kalau soal sandang, pangan, rumah, kami bisa usaha sendiri. Tapi, kalau untuk jalan, kami masyarakat ini tidak bisa apa-apa kecuali berharap kepada pemerintah,” pungkasnya. (cak)