PANTAU LAMPUNG – Gedung Dewan Kesenian Lampung dipenuhi semangat dan energi kreatif generasi muda saat digelarnya Workshop Kreativitas Tari bertema “Komposisi dan Kreasi Berbasis Tari Tradisi” pada 12–13 September 2025. Acara ini menghadirkan puluhan penari muda, mahasiswa seni, serta pelaku sanggar tari dari berbagai daerah yang larut dalam suasana belajar, berdialog, sekaligus mengeksplorasi kekayaan tari tradisional sebagai sumber kreasi baru.
Kegiatan ini difasilitasi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII dengan kepanitiaan yang dipimpin Risca Dwi Novitasari. Dua narasumber inspiratif turut hadir memberikan wawasan sekaligus membuka ruang eksplorasi, yakni Kiki Rahmatika Syaher, M.Sn dan Gianti Giadi, BA (Hons). Kehadiran keduanya menjadi magnet tersendiri karena mampu menghubungkan peserta dengan pengalaman nyata dalam mengolah tradisi menjadi karya inovatif yang relevan di era modern.
Selama dua hari penuh, peserta diajak mendalami filosofi gerak, mempelajari teknik dasar hingga komposisi tari, serta berdiskusi tentang bagaimana warisan tradisi dapat disulap menjadi karya kontemporer tanpa kehilangan ruh budaya. Lebih dari sekadar latihan fisik, kegiatan ini menekankan pada pemahaman makna simbolik dalam gerakan, sehingga setiap peserta dapat merasakan kedalaman nilai budaya yang terkandung dalam setiap langkah tarian.
Ketua panitia, Risca Dwi Novitasari, menegaskan bahwa workshop ini bukan hanya forum pelatihan, tetapi juga wadah penting untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya melestarikan tradisi. “Melalui workshop ini kami berharap muncul generasi seniman tari yang tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga berani memberi napas baru agar tetap hidup di tengah masyarakat,” ujarnya dengan penuh semangat.
Suasana keakraban dan rasa kebersamaan begitu terasa. Para peserta saling bertukar pengalaman, ide, serta inspirasi yang nantinya bisa mereka bawa pulang ke sanggar atau komunitas masing-masing. Momentum ini juga menjadi ruang strategis bagi dunia seni tari Lampung untuk terus berkembang, tidak hanya sebagai bentuk pelestarian budaya, tetapi juga sebagai pintu masuk menuju panggung seni nasional bahkan internasional.
Selain mendapatkan ilmu berharga, para peserta juga menerima sertifikat sebagai bentuk apresiasi atas keterlibatan mereka. Sertifikat ini tidak sekadar formalitas, tetapi juga simbol pengakuan bahwa mereka adalah bagian dari gerakan bersama menjaga dan mengembangkan tradisi. Energi positif yang tercipta selama dua hari penuh membuat suasana workshop terasa lebih dari sekadar acara rutin—ia menjelma menjadi perayaan budaya yang membakar semangat generasi muda.
Dengan berakhirnya workshop, banyak harapan yang dititipkan. Para narasumber dan penyelenggara yakin bahwa akan lahir karya-karya tari yang berakar kuat pada tradisi, namun juga mampu berbicara dengan bahasa zaman. Karya-karya itu diharapkan tidak hanya mengisi panggung-panggung pertunjukan lokal, tetapi juga mampu bersaing dan memikat penonton di tingkat nasional maupun internasional.
Workshop Kreativitas Tari ini membuktikan bahwa seni tradisi masih memiliki ruang besar untuk tumbuh bersama generasi muda. Tradisi bukan sekadar masa lalu yang dilestarikan, tetapi juga sumber inspirasi yang menyala dan terus membara di tangan-tangan kreatif anak bangsa.***