PANTAU LAMPUNG– Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen penting yang dirayakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah. Tahun ini, Maulid Nabi jatuh pada 16 September 2024, yang juga merupakan hari libur nasional di Indonesia. Di negeri dengan kekayaan budaya yang melimpah ini, perayaan Maulid Nabi tidak hanya dilakukan dengan doa dan shalawat, tetapi juga diwarnai oleh berbagai tradisi unik yang mencerminkan kearifan lokal masing-masing daerah. Berikut adalah tujuh tradisi khas perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia:
1. Sekaten
Sekaten merupakan tradisi yang dilaksanakan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Perayaan ini berlangsung dari tanggal 5 hingga 12 bulan Maulud dalam penanggalan Jawa. Sekaten dipercaya berasal dari strategi dakwah Sunan Kalijaga pada zaman Kerajaan Demak, yang menggunakan gamelan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Puncak acara adalah Grebeg Mawlud, di mana warga berbaris melewati pegunungan menuju masjid, membaca doa, dan membagikan beras kepada pengunjung.
2. Beulangong
Di Aceh, tradisi Maulid Nabi ditandai dengan pembuatan masakan khas yang dikenal dengan nama Beulangong. Kuah Beulangong adalah masakan berkuah merah yang terbuat dari daging sapi, kambing, atau kerbau, dicampur dengan nangka muda. Hidangan ini sering disajikan dalam acara-acara besar seperti berbuka puasa dan perayaan hari besar Islam. Menurut tradisi, pembuatan Beulangong hanya boleh dilakukan oleh pria dan memerlukan waktu serta tenaga yang cukup.
3. Panjang Mulud
Di Banten, khususnya di kabupaten Serang, Cilegon, Pandeglang, dan Lebak, terdapat tradisi Panjang Mulud. Ritual ini melibatkan pajangan barang-barang hiasan yang dipamerkan dalam bentuk arak-arakan di desa, diiringi dengan dzikir dan salawat. Tradisi ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi dan semangat gotong royong di antara warga.
4. Panjang Jimat
Tradisi Panjang Jimat dilaksanakan di Keraton Kanoman Cirebon dan merupakan warisan budaya yang telah ada sejak lama. Rangkaian ritual ini dimulai dengan doa dan pembacaan tawassul, diikuti dengan pawai menuju Masjid Raya Keraton Kanoman. Peserta membawa berbagai jenis jimat dan hidangan seperti nasi kuning dan shalawat yang melambangkan berkah dan keberkahan.
Dengan berbagai tradisi ini, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia tidak hanya menjadi momen spiritual tetapi juga merupakan refleksi dari kekayaan budaya dan kearifan lokal yang ada di berbagai daerah.