PANTAU LAMPUNG— Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) mendatang, tren memilih kotak kosong semakin menguat, terutama di daerah-daerah dengan minimnya jumlah kandidat. Di Lampung, fenomena ini tampaknya menjadi pilihan paling realistis di beberapa wilayah yang didominasi oleh satu pasangan calon.
Lampung Timur: Kotak Kosong Mendominasi
Di Lampung Timur, gerakan memilih kotak kosong kian menguat. Ela, yang didukung oleh Ketua PKB Lampung Nunik, memonopoli rekomendasi partai politik, meninggalkan sedikit ruang bagi kandidat lain. Masyarakat Lamtim berharap Dawam, yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi, dapat maju sebagai pesaing Ela. Namun, hingga saat ini, sejumlah aktivis di Lamtim telah mulai mengkampanyekan gerakan memilih kotak kosong sebagai alternatif.
Pesawaran: Krisis Rekomendasi Menjadi Hambatan
Sementara itu, di Pesawaran, Aries Sandi, yang telah menyatakan niatnya untuk maju, menghadapi kendala besar dalam mendapatkan rekomendasi partai. Pasangan Nanda-Antonius telah memborong rekomendasi dari berbagai partai, termasuk PDIP, Gerindra, PKB, PAN, PKS, dan NasDem, menyisakan hanya tiga partai—Golkar, Demokrat, dan PPP—yang belum memberikan dukungan.
Golkar, Demokrat, dan PPP harus berkoalisi untuk memenuhi syarat minimum delapan kursi dari total 40 kursi DPRD Pesawaran. Dengan Golkar dan Demokrat masing-masing memiliki 4 dan 3 kursi, serta PPP juga 3 kursi, peluang Aries Sandi untuk mendapatkan dukungan menjadi kecil. Ada indikasi bahwa Golkar mungkin lebih memilih untuk mendukung Nanda-Antonius ketimbang Aries Sandi.
*Lampung Barat: Petahana Parosil Mabsus Hampir Tanpa Saingan
Di Lampung Barat, petahana Parosil Mabsus tampaknya akan melenggang sendiri pada Pilkada 2024. Meskipun mantan Bupati I Wayan Dirpha merupakan pesaing potensial, Dirpha belum mendapatkan rekomendasi, termasuk dari partainya, Demokrat. Parosil telah mengantongi dukungan dari lima partai, yaitu PDIP, NasDem, PKS, PKB, dan PAN. Golkar dan Gerindra, yang masing-masing meraih 4 dan 2 kursi di DPRD Lambar, kemungkinan akan memberikan dukungan tambahan kepada Parosil. Demokrat, dengan hanya 5 kursi, tidak dapat mengusung kandidat sendiri dan mungkin harus bergabung dengan koalisi yang ada.
*Kota Metro: Ketidakpastian Mewarnai Persaingan*
Di Kota Metro, petahana Wahdi Sirajudin hampir pasti akan melawan kotak kosong meskipun gerakan Asal Bukan Wahdi (ABW) semakin gencar. Kandidat yang disebut-sebut akan maju, seperti Tondi Muammar Gadafi Nasution dan Bambang Iman Santoso, belum dapat dipastikan. Meski keduanya telah mendapatkan rekomendasi dari partai politik mereka, ketidakpastian masih menyelimuti calon-calon ini.
Dengan dinamika yang berkembang, pemilih di daerah-daerah ini harus mempertimbangkan dengan cermat pilihan mereka dan potensi dampak dari tren memilih kotak kosong pada Pilkada mendatang.