PANTAU LAMPUNG-Pasca rekomendasi Golkar diberikan kepada Arinal, publik seolah menanti kejutan baru yang tak terduga di Pilgub Lampung.
Peta politik juga kian dinamis, para kandidat yang sebelumnya dianggap saling berseberangan justru terlihat harmonis.
Contohnya ketika ‘konferensi nasi uduk’, semua mafhum jika Gerindra dan PDIP adalah dua kutub yang saling bertolak.
Apalagi pasca Pilpres 2024 lalu, PDIP memilih berdiri sebagai oposan dari koalisi gemuk pemerintah, KIM.
Namun kenyataannya, RMD dan Umar Ahmad plus kakak beradik Nunik dan Jihan, ‘nongkrong bareng’.
Keempatnya adalah representasi dari tiga kubu berbeda pada pilpres lalu, tapi bisa guyub dalam satu meja.
Konferensi informal ini memang lebih kental dengan nuansa koalisi, apalagi pasca Sekjen PDIP Hasto Kristianto menghembuskan wacana duet Gerindra dan PDIP di Pilgub Lampung.
Semakin kesini, publik juga dibuat kaget dengan penetapan Arinal sebagai Cagub Golkar.
Wajah Arinal sumringah saat menerima lembaran SK rekomendasi dari Sekjen Golkar, Lodewijk Paulus.
Padahal sebelumnya Arinal tak masuk hitungan sama sekali. Ia dicibir bukan hanya oleh kebanyakan masyarakat Lampung tapi juga kader di internal Golkar.
Sedangkan kolega separtainya, Hanan A.Rozak sudah terlanjur melanglang buana kemana-mana dengan hiburan dangdut hingga wayang kulitnya.
Pasca rekom Golkar untuk Arinal terbit, baliho Hanan A.Rozak yang hampir sama besar dengan truk tronton di Bundaran Rajabasa langsung hilang. Sunyi.
Yang diam-diam justru Ridho Ficardo, mantan Gubernur Lampung ini kabarnya sedang aktif bergerilya mencari rekomendasi dari pimpinan parpol.
Ia tak mendaftar apalagi ikut penjaringan di parpol manapun. Ia main ‘bypass’ langsung ke pusat.
Ridho tak pernah terlihat di Lampung, apalagi nongkrong bareng dengan kolega parpol, seperti Mirza, Umar, Nunik dan Jihan.
Tapi, untuk menjaga ritme agar namanya tetap beredar di Pilgub Lampung, wacana bakal maju di Pilgub Lampung terus dihembuskan.
Ridho mungkin ingin meniru Nunik atau sebaliknya, yang sukses menggendong Ela Siti Nuryamah, yang bahkan tak pernah terpikirkan bakal maju di Pilkada Lamtim.
Nunik punya strategi yang matang untuk membawa Ela di Pilkada Lamtim. Ia bypass dulu rekomendasi dari NasDem, agar kandidat lain tak ada peluang.
Dengan modal rekom dari NasDem itu, jalan PKB untuk mendukung Ela jadi lebih mudah, sekaligus efektif memutus peluang kandidat lain yang juga kader sekaligus petahana di Lamtim untuk maju dari PKB atau partai lain.*