PANTAU LAMPUNG–Melihat pecahnya Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilgub Jabar 2024.
Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya kata sepakat antar koalisi pendukung pemerintahan itu dalam hal kandidat gubernur yang bakal diusung koalisi besar ini.
Golkar misalnya, pasca elektabilitas Ridwan Kamil tak mampu mengalahkan Anies di Jakarta, akhirnya bakal mengusung RK di tempat asalnya, Jawa Barat.
Sedangkan PAN, ada dua nama yang disodorkan, Walikota Bogor Bima Arya dan Ketua DPW PAN Jabar Dessy Ratnasari.
Meski belum mengerucut pada satu nama, namun dari dua nama yang disodorkan, PAN seolah tak ingin ada kompromi di Pilgub Jabar.
Sedangkan, Gerindra juga ada nama Dedi Mulyadi yang juga terus membangun citra agar bisa kembali berkontestasi di Pilgub Jabar.
Pada dua periode Pilgub Jabar sebelumnya, Dedi Mulyadi berpasangan dengan Dedi Mizwar yang juga mantan Wagub Jabar, namun kalah oleh Ridwan Kamil.
Dari Pilgub Jabar ini, Koalisi Indonesia Maju seolah belum memperoleh titik temu perihal kandidat yang bakal mereka usung.
Namun jika melihat tingkat elektabilitas, Ridwan Kamil jelas lebih punya peluang untuk menang.
Selain itu, Gerindra juga sebenarnya lebih condong ke RK ketimbang mengusung Dedi Mulyadi.
Presiden terpilih Prabowo Subianto juga akan condong mendukung Ridwan Kamil ketimbang Dedi Mulyadi.
Apalagi, kiprah Ridwan Kamil pada Pilpres 2024 lalu tak bisa dipandang kecil untuk memenangkan Prabowo-Gibran.
Amat mungkin Gerindra dan Golkar bakal berkoalisi untuk mengusung pasangan RK-Dedi Mulyadi dan menghadapi sesama kolega parpol di Koalisi Indonesia Maju.
Bagi parpol, Jawa Barat adalah satu dari tiga lumbung suara setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sangat seksi untuk mempertahankan suksesi lima tahun ke depan.
Karenanya, parpol-parpol yang tergabung di KIM memang saling berusaha menanamkan pengaruhnya di tiga daerah ini.***