Saya bilang ini ajaib. Para warga mengasihani pedagang tebu yang melakukan transaksi jual beli menggunakan uang palsu. Bagaimana mungkin dia enggak tahu atau membedakan uang asli dan mainan. Ini bukan zaman batu, bung. Hey sadar, hey melek pecinta kodok hingga bung tomo.
Dia Sunardi, Warga Tiyuh Kagungan, RT 03, RW 07, Kec. Tulang Bawang Udik, Kab. Tulang Bawang Barat, Lampung.
Laki-laki kelahiran 6 Juli 1949 itu ‘ngaku dapet’duit mainan dari mandornya. Tapi usai kejadian yang menurutku memalukan, menjengkelkan, menebar gelisah hingga pertanyaan tak berkesudahan menguasai benak ini hingga memilukan dan lucu ini
Sang kakek datang ke rumah Mandor. Akan tetapi aku syok ketika membaca berita tersebut. Ia sudah 11 hari bekerja dengan mandor. Tapi tak tahu namanya.
Apa mungkin dia belagak tak tahu? ‘Iso’ jadi . Tapi ini kemungkinan. Monggo jika mau lanjut tapi ‘no problem’ kalao enggak.
Semua bebas menentukan hak dan tanggung jawab sebagai manusia. Cerita Sunardi berdasar berita
“Saya bersepeda menuju Indo Lampung untuk bertemu mandor pada Sabtu, 18 Juni. Waktu itu kira-kira 13.00 WIB. Dia minta maaf kepada saya dan langsung mengganti uang itu, yakni Rp470.000,” Kata Sunardi,
Mandor tak sengaja memberinya uang ‘anak-anak’. Kebetulan bos itu sedang ngantongin uang mainan buah cintanya dengan sang istri. Akan tetapi kala itu, penebang tebu tersebut datang untuk mengambil jatah atau upah atau apalah itu terserah kalian, wahai saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air.
Cukup. Perisitiwa ini belum dilanjutkan meski pihak kepolisian telah mendatangi rumah Sunardi. Tapi benakku yang belum terkendali menyampaikan
“Bisa saja si mandor itu usil. Nah, keusilannya ini justru membuat malu dan geram warga net.
Bisa juga sang mandor ingin nipu karena dulu dia seorang pecandu. Mungkin juga dia butuh uang mabuk judi. Tapi kemungkinan belum tertutup.
Boleh jadi, dia perlu biaya sekolah anak atau dana pemeliharaan hingga pengobatan kucing liar. Bisa juga dia hendak kawin dengan gorila. Apa mungkin ini ada yang ‘nyetting’ demi konten, viral lalu uang?”
Semua bisa terjadi dalam bayang manusia. Karena itu, sekali lagi saya tegaskan warga NKRI yang budiman; ini analisa dasar dari sebuah peristiwa.
Saya Montana, ingin bertemu dengan Sunardi dan mandor; mengulik rima, nada, fakta-rangkaian kaliaman dari suatu peristiwa.