Oleh Muhammad alfariezie, S.Kom
Bagi sebagian orang Lampung atau bahkan Indonesia, mendengar nama atau frase Tebing Vietnam maka kemungkinan terbayang suatu daerah yang letaknya di kawasan Asia Tenggara. Tentu saja karena ada kata Vietnam. Namun, hal itu tidak berarti bagi orang yang bertempat tinggal di Kemiling atau ulun Lampung. Bahkan, warga atau traveler Indonesia yang telah mengunjungi area wisata di daerah Kemiling, Bandar Lampung itu.
Tebing Vietnam adalah nama dari area rekreasi keluarga. Dinamakan Tebing Vietnam karena letak tempat ini berada di sisi jurang. Selain itu, kenapa di belakang kata tebing tersemat kata Negara tetangga Indonesia? maka jawaban dari itu karena orang di kampung sekitar area wisata telah sejak lama menyebut lokasi tersebut sebagai Kampung Vietnam.
Konon, sejak tahun 1972, orang-orang Vietnam pernah menempati sekitar lokasi wisata Tebing Vietnam. Namun, tidak ada yang mengetahui secara pasti peristiwa masa lalu tersebut. Hanya beberapa warga mengatakan, kemungkinan mereka bermigrasi ke sana lantaran konflik atau perang saudara di negaranya. Selain itu, bisa jadi untuk bertahan hidup sebab tanah di sini cukup subur untuk bercocok tanam.
Selain itu, penyebutan Kampung Vietnam untuk area ini disebabkan bentuk tanah perbukitannya. Loka hiburan keluarga Tebing Vietnam memang berada di Jalan Teuku Cik Dik Tiro yang mengarah ke Jalan Tahura Wan Abdul Rachman, Sumber Agung kecamatan Kemiling kota Bandar Lampung.
Daerahnya berada di kaki gunung betung. Nampak jelas pohon-pohon besar nan rindang dan tanaman sayur mayur semacam kol, cabai hingga rampai serta buah-buah atau tanaman rempah seperti pisang, cengkeh hingga durian.
Berada di sini sangat menenangkan dan menyejukkan. Pikiran penat lantaran beban pekerjaan masyarakat kota atau modern akan hilang sejenak jika bersantai atau berwisata ke Tebing Vietnam, baik sendiri, berdua mau pun bersama keluarga.
Meningkatkan Perekonomian Kampung Vietnam
Tiket masuk untuk menikmati keindahan, kemodernan serta fasilitas yang ada di Tebing Vietnam, saat ini hanya 5 ribu rupiah. Tapi, untuk parkir dikenakan biaya. Tarifnya sama seperti harga tiket masuk.
Pengelola Tebing Vietnam bernama Syafri Hasibuan. Dia menyerahkan segala kepentingan lahan parkir untuk warga sekitar. Tujuannya, selain berbagi rezeki ialah agar ada peningkatan ekonomi di daerah tersebut. Terlebih, berdasarkan pengamatan, rata-rata warga setempat bermata pencaharian sebagai petani atau memanfaatkan hasil hutan Raya Tahura Wan Abdul Rachman.
“Kita ini hidup di lingkungan sosial. Setiap orang membutuhkan siapa saja untuk membantu keperluannya. Saya sih hanya berharap, dari lahan parkir Tebing Vietnam ada peningkatan ekonomi bagi warga sekitar, terutama yang muda-muda. Barangkali, dari sana ada yang bisa menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi,” ujar pengelola Tebing Vietnam yang akrab di panggil Syafri.
Merasakan Atmosfer Tebing Lantai Kaca
Konsep yang diterapkan Tebing Vietnam bernuansa alam dipadukan dengan seni dan kemodernan. Terlihat jelas gantungan lampu-lampu mungil yang terikat dan tergantung di sepanjang area yang luasnya berkisar 1.500 meter. Lampu-lampu itu menjadi pernak-pernik sederhana yang menambah kesan modern. Kala malam, ketika lelampu yang tergantung memanjang dari pintu masuk hingga area live musik tersebut menyala maka akan semakin meromantiskan suasana. Bagi sepasang kekasih, barangkali akan menjadi latar belakang foto yang mengundang pertanyaan dari teman-teman baik di lingkungan sosial maupun instagram, tiktok hingga facebook.
Alat pencahayaan yang bernama lain misbah tersebut, berada di atas tempat-tempat duduk atau bersantai Tebing Vietnam. Ada salah satu pengunjung yang senang pabila duduk bersantai di bawah misbah yang tergantung dan menyala berpayung bulan dan bintang. Pengunjung itu bersantai sembari menikmati cemilan dan minuman. Tentu saja sembari menikmati suasana malam di tengah alam yang masih asri.
“Pribadi saya memang menyukai suasana hening. Mungkin, karena berprofesi sebagai penulis. Jadi, ketika meresapi suasana malam di bawah pencahayaan bak lentera sederhana seraya menikmati perpaduan alam dan eksotisnya seni modern Tebing Vietnam, secara tak langsung akan menerima inspirasi,” ujar Radit, blogger Bandar Lampung yang bertempat tinggal di Way Halim, Minggu (4/7).
Lanskap malam Tebing Vietnam seelok nuansa pagi, siang dan senja. Hening berpadu remang cahaya dari misbah di antara perbukitan. Apalagi, Tebing Vietnam memberi spot menarik yang unik dan sangat modern. Nama spotnya Lantai kaca. Tinggi lantai kaca atau yang akrab disebut pengunjung sebagai jembatan kaca tersebut, mencapai 11 meter. Spot tersebut, sengaja diciptakan atau dihadirkan untuk terapi fobia bagi individu yang takut ketinggian.
Setiap pengunjung yang datang ke area rekreasi keluarga berdinding terjal tersebut, pasti akan atau sangat menginginkan atmosfer berjalan di spot bening nan tinggi hingga berselfie dan foto bareng kawan-kawan.
“Kita sengaja membuat lantai atau jembatan kaca biar seperti destinasi wisata yang ada di Tiongkok. Jadi, orang Lampung enggak perlu jauh-jauh ke negeri Tiongkok cuma untuk menikmati sensasi dan ekspressi berdiri seraya merentangkan tangan atau duduk santai di rubing transparan yang suasana bawahnya nampak di mata,” jelas Syafri.
Makanan dan Minuman Pelengkap Liburan
Tebing Vietnam mempunyai beberapa spot untuk berfoto dan bersantai. Di sini, ada kafe yang menjual beraneka makanan dan minuman. Ada roti bakar keju mozarella, roti bakar jabrik, sistagor, jasuke, pempek, tekwan, batagor pangsit goreng, onde-onde goreng, pisang goreng ceres vanila susu keju, pop mie, kopi susu egal, kopi susu gula aren, cappucino, choco silverqueen, green tea, milo, thae tea, red velvet, taro, teh, kopi dan coklat seduh.
Kalau ingin mengetahui bagaimana rasa dan sensasi makan di atas tebing seraya menikmati dan memandang alam pegunungan Lampung, tidak mungkin terlaksana jika enggan mengunjungi Tebing Vietnam. Harga makanan dan minumannya mulai 10.000 hingga 20.000 ribu rupiah.
Makanan dan minuman yang tersedia di Tebing Vietnam cocok sebagai menu berlibur. Apalagi, yang datang ke sana terdiri dari muda-mudi yang sedang menjalin asmara, lalu keluarga kecil atau yang beserta rombongan hingga perkumpulan ibu-ibu arisan serta juga komunitas. Sebagai pelengkap liburan dan hiburan, memang paling asyik sambil menikmati camilan sekaligus sajian panas atau dingin seraya menghayati gradasi serta meresapi udara khas pedesaan.
Tak Perlu Takut Misbar
“Kita sudah menyediakan pemain musik yang cukup andal. Kalau pengunjung ingin bernyanyi pun, kami sudah menyediakan karaoke bluetooth,” kata Syafri sembari menyajikan dua gelas jus jeruk. Yang satu untuknya dan yang lain tentu saja diberikannya kepada Pantau Lampung.
Membuang Tumpukan Sampah Bersama Warga
Keindahan alam yang berpadu dengan seni modern hasil kreativitas manusia tidak akan pernah terwujud tanpa semangat kerja dan rela mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Syafri dan keluarga bahu membahu merubah tebing yang tak pernah terjamah manusia sehingga terjadi tumpukan sampah.
Syafri dan keluarga mengajak warga sekitar untuk bergotong royong membuang sampah yang sempat menumpuk di area Tebing Vietnam. Dia rela menyewa truck untuk membuang limbah-limbah ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bakung. Untuk ke TPA Bakung yang berada di daerah teluk maka membutuhkan waktu kurang lebih 20-30 menit.
Masyarakat sekitar Tebing Vietnam tidak menolak ajakan pengelola lantaran mereka senang. Tebing Vietnam bukan lagi angan-angan penduduk sekitar dalam merubah citra daerah tinggalnya. Namun, sudah menjadi wujud nyata perubahan, baik dari segi perekonomian maupun citra baik nan elok.
Orang-orang dari berbagai daerah Sang Bumi Ruwa Jurai, sebut saja dari Lampung Tengah hingga Pringsewu atau bahkan Palembang telah berkunjung ke lokasi itu. Hasil analisa dari itu, warga sekitar dapat memanfaatkan kedatangan wisatawan untuk membuka warung yang menjual beraneka kebutuhan, beraneka oleh-oleh khas Lampung hingga penginapan.
“Akses Tol Sumatera, saya meyakini akan menjadi salah satu variabel penunjang kemajuan pariwisata provinsi Lampung,” kata Syafri Hasibuan.
“Alhamdulilah, ternyata masyarakat antusias mengunjungi sektor tamasya yang baru kita buka sejak 11 Maret 2021, tepat saat Bangsa ini sedang dilanda masa darurat pandemi. Lebih dari itu, distrik pelancongan ini belum sampai satu tahun dibuka untuk umum,” ungkap Syafri setelah mereguk jus mangga buatannya sendiri.
“Rencana awal, lokasi ini tidak ingin kita jadikan area wisata,” lanjutnya.
Dari Penginapan Menjadi Destinasi Wisata
Pengelola Tebing Vietnam sempat tidak berpikiran membangun area darmawisata. Justru, yang ada dalam benaknya ialah membangun penginapan. Alasannya cukup logis. Sepanjang jalur Tahura Wan Abdul Rachman ialah peta tujuan distrik liburan. Lebih dari lima tempat wisata ada di sana. Sebut saja, Taman Boemi Kedaton, Umbul Helau, Taman Kelinci, Lembah Durian hingga Jembatan Gantung dan pemandian Sumur Putri.
Selain itu, alam pegunungan dan keramahtamahan serta keamanan adalah salah satu aspek mengapa pengelola justru ingin membangun penginapan. Tapi, keinginannya itu mesti ditunda sementara karena satu hal.
Sebelum Tebing Vietnam tercipta, ada satu destinasi wisata yang lebih dulu terbuka untuk umum. Namanya Kampung Vietnam. Letaknya tepat di sebelah Tebing Vietnam. Pemiliknya pun masih bersaudara. Karena melihat antusias pengunjung dan kemajuan ekonomi masyarakat sekitar dari destinasi wisata Kampung Vietnam maka Syafri dan keluarga memutuskan untuk lebih dulu menunda keinginannya membangun penginapan.
Dia dan ayahnya yang bernama Hasibuan terenyuh untuk bersama-sama meramaikan pariwisata di lokasi tersebut guna mengikuti kemajuan zaman. Selain itu, agar pemerintah tergerak untuk membangun akses yang baik, misal, jalan bagus dan mulus setelah menyaksikan atau mengetahui ramainya kehidupan di kawasan tour Tebing dan Kampung Vietnam. Akses jalan yang diinginkan pengelola bukan untuk pribadi. Tapi, guna kepentingan masyarakat dan wisatawan.
Ke depan, pengelola tetap akan meneruskan rencananya membangun tempat penginapan. Apalagi, setelah beberapa bulan berlalu, pengelola menyaksikan antusias wisatawan yang mengunjungi Tebing Vietnam. Lebih dari seratus pengunjung selalu hadir pada senin sampai jum’at dan pada sabtu-minggu, pengunjung mencapai bahkan melebihi angka 400. Dari parkir saja,400 x Rp 5000 x 2 maka hasilnya Rp 400.000 untuk sabtu dan minggu. Senin hingga jumat, 100 x Rp 5000 x 5 maka uang yang didapat 2.500.000. Belum lagi tiket masuk.
2021