PANTAU LAMPUNG- Pergantian tahun 2025 menuju 2026 dirayakan dengan cara berbeda oleh dua penyair Indonesia, Syaifuddin Gani dan Isbedy Stiawan ZS. Keduanya tampil dalam agenda Tiktok Talk Baca Puisi bertajuk Dua Penyair Satu Komal, yang digelar Pustaka Kananti bersama Lamban Sastra, Rabu malam, 31 Desember 2025, mulai pukul 19.30 WIB.
Acara ini mempertemukan Syaifuddin Gani, penyair asal Sulawesi Tenggara yang kini bertugas di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan Isbedy Stiawan ZS, penyair senior asal Lampung. Melalui ruang siaran langsung di TikTok, keduanya tidak hanya membacakan puisi, tetapi juga mengajak publik merayakan malam tahun baru lewat dialog sastra lintas daerah.
Dihubungi Rabu petang, Syaifuddin Gani menjelaskan bahwa format acara dirancang santai namun tetap substansial. Selain pembacaan puisi secara bergantian, akan ada sesi bincang dan apresiasi tentang perkembangan perpuisian di daerah masing-masing. “Di sela pembacaan ada bincang seputar sastra di daerah. Bang Isbedy mungkin akan berbagi tentang dinamika sastra di Lampung, khususnya Bandar Lampung, dan saya tentang Sulawesi Tenggara, terutama Kendari,” ujar Syaifuddin.
Ia menambahkan, gagasan Dua Penyair Satu Komal lahir dari fenomena maraknya ruang baca puisi atau komal di platform TikTok. Menurutnya, media sosial kini tidak hanya menjadi ruang hiburan, tetapi juga medium alternatif bagi sastra untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda. “Untuk merayakan malam tahun baru, kenapa tidak kami agendakan acara sastra yang ringan, terbuka, dan bisa diakses siapa saja,” katanya.
Sementara itu, Isbedy Stiawan ZS menyambut baik kolaborasi ini. Penyair yang dijuluki “Paus Sastra Lampung” oleh H.B. Jassin tersebut mengaku cukup akrab dengan format komal baca puisi di TikTok. Ia menilai, duet lintas daerah ini menjadi ruang pertemuan gagasan sekaligus apresiasi terhadap kualitas kepenyairan. “Menariknya, saya berduet dengan Syaifuddin Gani, penyair yang saya kenal kualitas dan dedikasinya pada sastra,” ungkap Isbedy.
Dalam kesempatan itu, Isbedy juga menyebut kemungkinan membacakan sejumlah puisinya, termasuk puisi bertema Sumatera. Ia mengaku tengah menyiapkan kumpulan puisi tipis berjudul Kenduri Sumatera yang berisi sekitar 20 hingga 30 puisi. “Beberapa puisi dari situ mungkin akan saya bacakan malam nanti,” imbuhnya.
Melalui Dua Penyair Satu Komal, kedua penyair berharap sastra tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Mereka mengajak publik, khususnya penikmat puisi, untuk ikut meramaikan malam pergantian tahun dengan menyimak dan berdialog dalam perayaan sastra virtual yang hangat dan inklusif.***









