PANTAU LAMPUNG – Mengunjungi Museum di Tengah Kebun adalah seperti melakukan perjalanan melintasi dimensi waktu. Tersembunyi di balik koridor hijau sepanjang 50 meter dan lebar 7 meter, museum ini menjadi oase sejarah yang unik di tengah hiruk pikuk Jakarta.
Atmosfer museum ini memukau. Suasana asri dengan taman yang indah memberikan kedamaian tersendiri bagi pengunjung. Di tengah-tengah kebun bunga yang mempesona, museum ini menjelma sebagai tempat yang luar biasa, tepat sesuai dengan namanya, Museum di Tengah Kebun.
Tidak seperti museum pada umumnya, museum ini tidak memiliki koleksi benda spesifik. Namun, lebih dari 4 ribu artefak yang dipamerkan di sini memiliki jejak sejarah panjang bangsa Indonesia, membawa pengunjung pada perjalanan melintasi berbagai dimensi waktu.
Rumah ini awalnya adalah milik almarhum Sjahrial Djalil, seorang pengusaha dan tokoh periklanan Indonesia. Koleksi yang dipajang di museum ini, hasil dari 42 tahun perburuan Sjahrial Djalil terhadap barang-barang bersejarah bangsa.
Keberaniannya dalam mengumpulkan artefak asli Indonesia dari berbagai belahan dunia, termasuk dari lelang internasional di Christie’s Jenewa, Swiss, membuktikan komitmennya terhadap warisan budaya Indonesia.
Museum ini menjadi pusat edukasi bagi masyarakat Indonesia. Dengan gratis, setiap orang dapat menikmati kekayaan sejarah yang ditawarkan museum ini, yang resmi dibuka untuk umum pada tahun 2009.
Tidak hanya menjadi saksi kejayaan masa lalu bangsa Indonesia, tetapi museum ini juga menawarkan pengalaman yang unik. Dikelilingi oleh taman yang hijau dan desain bangunan yang mencerminkan kebudayaan Indonesia, museum ini menjadi daya tarik utama bagi milenial Jakarta.
Dengan lebih dari 63 negara yang dikunjungi oleh Sjahrial Djalil untuk mencari artefak Indonesia, koleksi museum ini sangat beragam. Dari era peradaban Islam hingga era Tiongkok, museum ini menghadirkan berbagai jenis artefak purbakala yang dipajang tanpa klasifikasi tertentu, melainkan berdasarkan fungsi ruang.
Bangunan utama museum, yang berasal dari reruntuhan VOC Belanda, memberikan nuansa etnik yang kental. Terletak di atas lahan seluas 700 meter persegi, museum ini juga memanfaatkan konsep sumur resapan biopori untuk menghindari banjir.
Museum di Tengah Kebun bukan hanya tempat untuk belajar sejarah, tetapi juga untuk menikmati keindahan alam dan kebudayaan Indonesia yang kaya.***