Sinergi yang apik antara Pemerintah Kabupaten Pesawaran dan Tim PKK serta pengrajin berhasil mengangkat warisan budaya Kain Sulam Jelujur ke pentas fashion internasional dan menembus pasar dunia.
Pesawaran – Lima perempuan yang rata-rata sudah berusia lanjut itu terlihat serius menyulam kain berwarna putih itu dengan benang berwarna-warni. Hari itu, mereka tengah menyelesaikan pesanan Kain Sulam Jelujur dari Dubai.
Yeni Kustiawati salah seorang pengrajin Kain Sulam Jelujur asal Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran tak pernah menyangka jika Kain Sulam Jelujur yang semula hanya dijadikan pajangan dinding bisa diminati oleh banyak orang diberbagai negara.
“Alhamdulillah, berkat Kain Sulam Jelujur ini, kami bisa memiliki penghasilan dan bisa dikenal oleh banyak orang, bahkan sampai keluar negeri,” kata Yeni Kustiawati bangga.
Saat ini, pesanan Kain Sulam Jelujur tak hanya datang dari pasar domestik saja, tapi bahkan sudah menembus pasar internasional. Berbagai negara, mulai dari Amerika Serikat, Dubai hingga Belanda rutin memesan kain yang menjadi warisan budaya Kabupaten Pesawaran.
Dengan omzet hingga ratusan juta rupiah perbulan, warga Desa Sungai Langka khususnya kaum perempuan yang semula hanyalah berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa berhasil meningkatkan perekonomian keluarga mereka dengan menjadi pengrajin Kain Sulam Jelujur ini.
Keberhasilan mengangkat Kain Sulam Jelujur hingga ke pentas dunia ini, tak bisa dilepaskan dari kiprah Pemerintah Kabupaten Pesawaran yang bekerjasama dengan Tim PKK Kabupaten Pesawaran yang bahu-membahu mengenalkan Kain Sulam Jelujur di tingkat nasional hingga ke internasional.
Adalah Bupati Pesawaran Dendi Romadhona yang seperti tak mengenal lelah untuk mengenalkan Kain Sulam Jelujur ini sebagai upayanya mengangkat citra kain warisan budaya asli asal Kabupaten Pesawaran dan meningkatkan perekonomian masyarakatnya.
Setelah berhasil mengembangkan pariwisata di Kabupaten Pesawaran, Bupati Dendi Romadhona memang terus mencari inovasi-inovasi produk di daerah yang ia pimpin untuk meningkatkan daya saing daerah khususnya di sektor UMKM.
Ia menilai UMKM adalah sektor riil yang punya efek luas tak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Pesawaran tapi juga efektif untuk mengenalkan ragam potensi yang dimiliki Kabupaten Pesawaran ke kancah internasional.
Sampai kemudian ia melihat potensi kain warisan budaya asli yang hanya dimiliki Kabupaten Pesawaran yang nilai historisnya tak bisa dilepaskan dari program transmigrasi pertama di Indonesia yang menjadikan Kabupaten Pesawaran sebagai lokasi awal dari transmigrasi sejak zaman kolonial Belanda.
Keindahan Kain Sulam Jelujur buatan pengrajin yang ada di Desa Sungai Langka, dinilainya tak hanya memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan secara komersil melalui pemberdayaan UMKM, tapi juga memiliki nilai historis untuk dilestarikan keberadaannya.
Melihat peluang ini, Dendi Romadhona kemudian secara khusus melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pesawaran untuk melakukan pembinaan terhadap para pengrajin Kain Sulam Jelujur ini.
Tak hanya itu saja, ia juga menggandeng Tim PKK Kabupaten Pesawaran untuk ikut membantu mempromosikan Kain Sulam Jelujur ini bersama-sama.
Berbagai bantuan untuk pengrajin Kain Sulam Jelujur disalurkan, mulai dari bantuan permodalan, pelatihan hingga bimbingan secara langsung dalam upaya inovasi motif dan corak Kain Sulam Jelujur agar lebih beragam pun dilakukan.
Selain itu, Pemkab Pesawaran dan Tim PKK juga menyiapkan pasar bagi produk Kain Sulam Jelujur buatan para pengrajin dengan memaksimalkan teknologi sembari terus menggencarkan promosi diberbagai event.
Sementara itu, Ketua Tim PKK Kabupaten Pesawaran, Nanda Indira Dendi juga secara khusus menggandeng desainer kenamaan Lampung, Arismansyah untuk mengembangkan Kain Sulam Jelujur menjadi produk fashion seperti; busana wanita, jilbab, peci maupun tas.
Pelan tapi pasti, upaya Dendi Romadhona dan Ketua Tim PKK Kabupaten Pesawaran, Nanda Indira Dendi itu membuahkan hasil. Kain Sulam Jelujur mulai banyak dikenal luas, pasar domestik pun terbuka lebar.
Banyak pesanan datang dari berbagai daerah di Indonesia yang terpukau dengan keindahan dan keunikan Kain Sulam Jelujur ini.
Tingginya minat terhadap Kain Sulam Jelujur ini juga otomatis membuat penghasilan para pengrajin Kain Sulam Jelujur meningkat.
Para pengrajin yang awalnya hanya menjadikan keahlian membuat Kain Sulam Jelujur sebagai sampingan, kini menjadikannya sebagai mata pencaharian utama khususnya bagi kaum perempuan di Desa Sungai Langka yang awalnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan petani.
“Kita bantu para pengrajin sepenuhnya, mulai dari akses permodalan, pembinaan, promosi hingga ke mancanegara, termasuk menyediakan pasar untuk para pengrajin Kain Sulam Jelujur ini. Karena, kain ini bukan hanya kerajinan asli dari Kabupaten Pesawaran tapi juga memiliki nilai historis yang tinggi dan terkait langsung sejarah Kabupaten Pesawaran sebagai daerah tujuan transmigrasi pertama di Indonesia,” terang Dendi Romadhona.

Kain Sulam Jelujur Tampil di Pentas Dunia New York Indonesia Fashion Week dan Dubai Fashion Week
Mulai dikenal dan diminatinya Kain Sulam Jelujur ini pula, banyak desainer yang melirik kain wastra ini untuk dibuat dengan berbagai produk fashion karena memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri.
Sampai kemudian, Kain Sulam Jelujur ini juga secara khusus tampil di New York Indonesia Fashion Week dan kemudian memukau banyak desainer luar negeri yang melihat motif dan desain Kain Sulam Jelujur yang kental dengan nuansa etniknya.
Bahkan, seusai ikut serta di New York Indonesia Fashion Week, para pengrajin Kain Sulam Jelujur juga secara khusus diundang oleh pemerintah Dubai untuk ikut serta dalam Dubai Fashion Week karena Kain Sulam Jelujur dianggap memiliki cita rasa seni yang tinggi.
Sejak itu, pesanan Kain Sulam Jelujur dari luar negeri pun berdatangan. Para pengrajin kain ini merasakan benar peningkatan penghasilan setelah mereka ikut serta dalam peragaan busana di New York dan Dubai.
Omzet rata-rata pengrajin Kain Sulam Jelujur di Desa Sungai Langka ini bahkan mampu menembus angka Rp10 juta perbulan.
“Sekarang hampir semua pesanan Kain Sulam Jelujur berasal dari luar negeri, seperti dari Amerika, Italia, Singapura dan Dubai,” terang Yeni Kustiawati.
Bahkan, para pengrajin Kain Sulam Jelujur ini juga pernah diminta secara khusus membuat Kain Sulam Jelujur sepanjang 180 meter oleh pemerintah Belanda yang kemudian dipajang di Bandara Internasional Schiphol Amsterdam serta menjadi koleksi resmi dari Museum Tekstile Belanda.
Bupati Pesawaran Dendi Romadhona bersyukur apa yang telah dilakukan oleh Pemkab Pesawaran bisa memberikan dampak yang baik bagi para pengrajin Kain Sulam Jelujur ini,”saat ini kita sedang mengupayakan wadah untuk menaungi para pengrajin ini melalui kelompok-kelompok UMKM agar mereka bisa difasilitasi dengan baik, termasuk menjadikan aktivitas para pengrajin Kain Sulam Jelujur ini sebagai sebuah daya tarik wisata yang bisa memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat disekitarnya,” terang Dendi lagi.

Kain Sulam Jelujur Diapresiasi Presiden Joko Widodo dan Menparekraf
Kiprah Bupati Pesawaran Dendi Romadhona ini bahkan secara khusus diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo dan Menparekraf dalam gelaran INACraft 2022 dan Indonesia Fashion Week 2022 yang menilai Kabupaten Pesawaran berhasil mengangkat warisan budaya sebagai sebuah kekuatan ekonomi baru bagi masyarakat yang mampu menembus pasar global.
Presiden Joko Widodo melihat potensi Kain Sulam Jelujur bukan hanya mampu melestarikan nilai budaya lokal, meningkatkan pendapatan masyarakat dan UMKM tapi juga membangun daya saing baru di pasar global khususnya di industri fashion.
Demikian halnya dengan Menparekraf, Sandiaga Uno yang melihat Pemerintah Kabupaten Pesawaran sangat jeli melihat peluang perekonomian baru dengan memanfaatkan warisan nilai budaya yang memiliki keunikan dan cita rasa seni tinggi.
Sandiaga Uno yang membeli puluhan Kain Sulam Jelujur ini juga menyebut jika Kain Sulam Jelujur menjadi pertanda bahwa Indonesia memiliki kekayaan khasanah budaya yang tak dimiliki negara lain sehingga sangat perlu untuk dikembangkan.

Sejarah Kain Sulam Jelujur
Kain Sulam Jelujur tak bisa dipisahkan dari program transmigrasi yang digagas oleh Pemerintah Republik Indonesia pertama kali tahun 1905. Ketika itu, daerah Gedong Tataan menjadi lokasi transmigrasi pertama di Indonesia untuk transmigran asal Pulau Jawa.
Kain Sulam Jelujur adalah sebuah kain hasil perpaduan budaya antara Suku Lampung dan Jawa sehingga membentuk motif yang indah.
Kain Sulam Jelujur dibuat oleh kaum perempuan yang ikut serta dalam program transmigrasi. Ketika suami mereka tengah menggarap ladang, kaum perempuan mengisi waktu luangnya untuk menyulam kain dengan berbagai motif. Kala itu, motif yang paling dominan adalah tentang lautan, perahu hingga hewan yang identik dengan proses perjalanan mereka ketika melakukan transmigrasi ke Lampung.
Uniknya, motif yang ada di Kain Sulam Jelujur dibuat tanpa menggunakan pola. Semua desain maupun motif yang ada di kain ini berasal dari insting dan kreativitas sang pengrajin.
Selain itu, benang yang digunakan juga dibuat dengan bahan pewarna alami yang diperoleh dari sejumlah tumbuhan sehingga kian menjadikan Kain Sulam Jelujur memiliki nilai yang tinggi.
Setelah jadi, kain-kain sulam itu kemudian menjadi sebuah pajangan rumah yang indah yang kemudian masih dilestarikan hingga saat ini.
Kemampuan membuat Kain Sulam Jelujur ini pula yang terus diwariskan secara turun temurun di Desa Sungai Langka. Kala itu, hasil kerajinan Kain Sulam Jelujur buatan warga hanya dijadikan sebagai pengisi waktu luang bagi kaum perempuan desa setempat. (Meza Swastika)