PANTAU LAMPUNG– Partai Golkar mendapat sorotan tajam setelah Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan gratifikasi proyek untuk pelunasan utang kampanye Pilkada 2024. Penetapan tersangka ini memicu perhatian publik dan jurnalis, terutama menjelang Musda DPD Golkar Kota Bandar Lampung yang sempat menuai polemik.
Hanan A Rozak, Ketua Golkar Lampung yang baru resmi menjabat pada 31 Agustus 2025, memberikan pernyataan terkait kasus tersebut. “Keberadaan Saudara Ardito Wijaya di Golkar itu baru saja bergabung. Sebelumnya yang bersangkutan ketua dari salah satu partai politik di Kabupaten Lamteng. Saat pencalonan Pilkada lalu, yang bersangkutan juga diusung partai lain, bukan Partai Golkar,” ujarnya kepada media lokal, Kamis (11/12/2025). Pernyataan ini menegaskan bahwa Ardito adalah kader baru Golkar, namun menimbulkan kontroversi di internal partai.
Kritikan datang dari kader senior Golkar, M. Alzier Dianis Thabranie, yang mempertanyakan sikap Hanan. “Pemimpin itu memang tak gampang. Tidak boleh yang karbitan. Baru ada masalah ini saja, sudah cuci tangan, lepas tanggung jawab, seperti tak kenal. Bilang Ardito Wijaya kader baru. Padahal yang mengajaknya masuk Golkar dan jadi pengurus itu siapa? Kan Hanan sendiri,” tegas Alzier kepada media online. Ia menekankan pentingnya kepemimpinan yang tegas dan bertanggung jawab, terutama ketika menghadapi kasus hukum di internal partai.
Selain kontroversi terkait Ardito Wijaya, Golkar Bandar Lampung juga menghadapi dinamika internal menjelang Musda XI DPD pada 14 Desember 2025. Musda batal dilaksanakan akibat peralihan dukungan pimpinan kecamatan. Awalnya, Benny Nauly Mansyur mendapat dukungan 20 pimpinan kecamatan, namun 11 pimpinan beralih mendukung Handitya Narapati, putra Sjachroedin ZP. Peralihan suara ini memicu ketegangan baru di internal partai, dan mengancam keutuhan struktur DPD.
Ketua DP AMPG Kota Bandar Lampung, G. Miftahul Huda, menyatakan pihaknya tetap solid meski menghadapi ancaman. “Akibat peralihan dukungan ini, kini PK yang mendukung Handitya Narapati diancam akan dicopot dan di Plt-kan oleh Plt Ketua DPD Partai Golkar Kota Bandarlampung Riza Mirhadi. Namun kami tidak gentar. Adanya ancaman ini justru membuat kami semakin solid dan berkonsolidasi,” ujarnya, Minggu (14/12/2025).
Meski menghadapi sorotan dan dinamika internal, Golkar tetap dianggap sebagai partai legendaris dengan kader-kader intelektual yang mampu menghadapi tantangan politik dan perubahan zaman. Kontroversi ini menjadi ujian bagi kepemimpinan Hanan A Rozak serta konsolidasi partai menjelang Pilkada dan agenda politik berikutnya.***












