PANTAU LAMPUNG— Krisis sepak bola Italia semakin kentara. Dua klub besar Serie A, AC Milan dan Napoli, kini sedang berlomba mendapatkan Federico Chiesa, eks winger Juventus yang kini tidak lagi masuk rencana pelatih Arne Slot di Liverpool.
Bukan hal baru. Nama-nama seperti Lukaku, Tammy Abraham, hingga Edin Džeko dan Modric lebih dulu masuk ke Serie A setelah dianggap surplus oleh klub-klub top Eropa. Jika dulu Italia menjadi destinasi para megabintang, kini liga ini lebih mirip zona parkir pemain “nyaris habis masa pakai”.
Minim Investor, Transfer Gaya Diskon
Mengapa ini terjadi? Salah satu jawaban utama: Serie A kehilangan daya tarik finansial. Klub-klub Italia kesulitan bersaing di pasar transfer karena terbatasnya dana dan minimnya minat investor global, khususnya dari Timur Tengah.
Antonio Conte yang kini melatih Napoli memang punya ambisi, tapi itu tak sejalan dengan daya beli klub. Sementara AC Milan bersedia menego gaji Chiesa, meski secara performa sang pemain belum lagi bersinar seperti saat Piala Eropa 2021.
Sultan Arab Pilih Jauh-Jauh dari Italia
Meskipun dana para sultan tak terbatas, mereka justru memilih berinvestasi di liga-liga lain seperti Ligue 1 Prancis atau Premier League Inggris. Padahal Serie A punya sejarah panjang dan pasar fanatik.
Alasannya? Terlalu banyak “pemain belakang layar” dan intrik di tubuh sepak bola Italia. Mafia pengaturan skor, birokrasi rumit, dan isu tata kelola membuat para investor Timur Tengah merasa tidak nyaman.
Investasi dalam sepak bola bagi para sultan bukan hanya soal profit, tapi juga gengsi dan citra politik global. Sayangnya, sepak bola Italia saat ini belum mampu menawarkan kedua hal itu.
Imbasnya: Timnas dan Liga Merosot
Situasi ini berimbas pada dua level:
- Kualitas liga menurun. Klub-klub lebih fokus pada pemain murah dan veteran ketimbang membina bakat muda.
- Timnas Italia tertinggal. Dalam beberapa turnamen terakhir, mereka gagal bersaing bahkan dengan negara seperti Norwegia, yang nyaris tak pernah tampil di Piala Dunia.
Italia Butuh Jalan Baru
Sepak bola Italia membutuhkan reformasi besar: dari manajemen klub, transparansi liga, hingga strategi pemasaran global. Tanpa pembenahan serius, Serie A akan terus tertinggal dan hanya jadi “terminal akhir” karier para pemain dari liga lain.
“Bukan uang yang hilang dari Italia, tapi kepercayaan investor. Saat dunia maju, Serie A masih hidup di bayang-bayang masa lalunya.”***