PANTAU LAMPUNG- Pada 2 Desember 2024, Jessica Iskandar menyambut kelahiran putri ketiganya, Hagia, dengan melahirkan secara pervaginam. Namun, kebahagiaan kelahiran itu sempat ternodai oleh masa kritis yang dialami Jessica akibat perdarahan setelah plasenta tidak keluar dengan lancar.
Setelah bayi Hagia lahir, para dokter menunggu selama 15 menit agar plasenta dapat keluar dengan sendirinya. Namun, plasenta tak kunjung keluar. Akhirnya, dokter terpaksa melakukan tindakan manual dengan menjangkau langsung ke dalam vagina untuk mengeluarkan plasenta tersebut.
“Proses kelahirannya sebenarnya lancar. Setelah bayi keluar, dokter menunggu selama 15 menit untuk plasenta, tetapi tidak juga keluar. Akhirnya, sebelum rahim tertutup sepenuhnya, dokter harus memasukkan tangannya. Saat plasenta keluar, kondisinya berantakan dan tidak utuh,” kata Jessica dalam acara FYP di YouTube TRANS7 OFFICIAL.
Akibat perdarahan yang cukup parah, Jessica merasa tubuhnya lemas dan sempat meminta dokter untuk menghentikan prosedur. Namun, tim medis melanjutkan perawatan demi keselamatan ibu dan bayi.
“Segalanya harus dibersihkan. Jika tidak, perdarahan akan terus berlanjut. Darah sudah banyak keluar, saya sudah sangat lemas, bahkan sempat bilang kepada dokter untuk ‘stop saja’, tetapi prosesnya harus diselesaikan,” tambahnya.
Meskipun berulang kali mencoba, masih ada sisa plasenta yang menempel di dalam rahim, menyebabkan perlengketan. Jessica pun mengalami kehilangan darah yang cukup banyak hingga hampir tidak sadar dan menggigil. Untuk menangani kondisi tersebut, ia harus menjalani transfusi darah sebanyak lima kantong dan dirawat di rumah sakit selama delapan hari.
Pada hari ketiga, Jessica menjalani prosedur kuret untuk memastikan rahimnya benar-benar bersih. Selama kuret, ia memilih untuk mendapatkan bius setengah badan meskipun dokter menyarankan bius total agar dapat langsung menyusui setelah pulih.
“Sebenarnya, saya harus dibius total, tetapi dokter mengatakan jika saya dibius total, saya tidak boleh menyusui selama 24 jam. Mengingat ASI saya belum banyak, saya khawatir anak saya tidak bisa menyusu. Jadi, saya dibius setengah dan itu sangat menyakitkan, karena enam kali jarum tidak berhasil,” ujarnya.
Meskipun prosedur kuret sangat menyakitkan, Jessica tetap menjalani semuanya dengan penuh keteguhan. Sebagai ibu dari tiga anak, ia menyerahkan sepenuhnya kepada tim medis untuk menghindari dampak buruk pada rahimnya.
“Itu memang dikorek dengan alat pembersih untuk memastikan semua bagian dalam rahim bersih. Hal ini sangat penting agar tidak menimbulkan tumor, kanker, atau penyakit lainnya,” lanjutnya.
Jessica juga mengungkapkan bahwa ia tidak menyadari adanya perlengketan plasenta sebelum kehamilan, karena hasil USG menunjukkan kondisi kehamilannya dalam keadaan baik.***