PANTAU LAMPUNG–Korupsi merupakan masalah serius yang merusak integritas pemerintahan, melemahkan kepercayaan publik, dan menghambat pembangunan ekonomi.
Transparency International, organisasi nirlaba yang berbasis di Berlin, secara tahunan merilis Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perceptions Index/CPI) yang menilai tingkat korupsi di berbagai negara di dunia.
Berdasarkan data terbaru, berikut adalah lima negara yang dinilai memiliki tingkat korupsi tertinggi:
Somalia
Somalia sering kali menempati peringkat teratas dalam daftar negara terkorup di dunia. Konflik berkelanjutan, lemahnya pemerintahan sentral, serta kehadiran kelompok-kelompok bersenjata membuat situasi di Somalia sangat tidak stabil. Korupsi di sektor publik dan swasta menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya memulihkan dan membangun kembali negara ini.
Syria
Konflik bersenjata yang berkepanjangan telah memperburuk situasi korupsi di Syria. Pemerintahan yang lemah dan terfragmentasi, ditambah dengan penggunaan kekuasaan politik untuk keuntungan pribadi, telah menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi di negara ini. Korupsi tidak hanya merugikan keuangan publik tetapi juga menghambat upaya rekonsiliasi nasional dan pemulihan pasca-konflik.
Yaman
Perang saudara yang berkepanjangan di Yaman telah memperburuk masalah korupsi di negara ini. Pemerintahan yang lemah dan kehadiran kelompok bersenjata membuat upaya untuk menanggulangi korupsi menjadi sulit. Korupsi di sektor pemerintahan dan humaniter menjadi perhatian utama dalam situasi krisis kemanusiaan yang melanda Yaman.
Venezuela
Venezuela mengalami krisis politik, ekonomi, dan kemanusiaan yang dalam beberapa tahun terakhir. Korupsi di sektor publik, termasuk dalam manajemen keuangan negara dan sektor energi yang krusial, telah memperburuk situasi ekonomi yang sudah rapuh. Korupsi politik dan nepotisme juga berperan dalam memperdalam ketidakstabilan sosial di Venezuela.
Sudan
Sudan menghadapi tantangan besar dalam upaya membangun tatanan pemerintahan yang stabil dan transparan pasca-revolusi. Korupsi yang meluas di sektor pemerintahan, terutama terkait dengan eksploitasi sumber daya alam, telah menjadi sumber ketidakpuasan dan konflik dalam masyarakat Sudan. Reformasi untuk mengatasi korupsi menjadi kunci untuk mencapai perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan di negara ini.*