PANTAU LAMPUNG, 12 Juni 2024 – Pakaian thrifting atau yang sering dikenal sebagai pakaian bekas, telah menjadi fenomena yang semakin populer di kalangan generasi milenial dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya sebagai pilihan yang lebih terjangkau secara finansial, namun juga menjadi bagian dari gerakan menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan serta upaya untuk mengurangi dampak negatif industri mode terhadap lingkungan.
Pakaian thrifting mengacu pada praktik berbelanja pakaian bekas atau second-hand, yang dapat dilakukan melalui toko barang bekas, pasar loak, platform jual-beli online, atau bahkan acara pertukaran pakaian. Konsep ini melibatkan pembelian barang-barang mode yang telah digunakan sebelumnya namun masih dalam kondisi yang baik dan layak pakai.
Salah satu manfaat utama dari thrifting adalah harga yang lebih terjangkau daripada membeli barang baru di toko-toko ritel. Ini memungkinkan generasi milenial untuk menemukan pakaian dari merek terkenal atau desainer dengan harga yang lebih ramah di kantong, memungkinkan mereka untuk tetap tampil modis tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
Tidak hanya soal harga, thrifting juga memberikan kesempatan untuk menemukan pakaian dan aksesori yang unik serta beragam, yang mungkin sulit ditemukan di toko-toko konvensional. Ini memberikan ruang bagi generasi milenial untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam berbusana dan mengeksplorasi berbagai gaya dan tren tanpa harus mengikuti arus utama mode.
Aspek berkelanjutan juga menjadi fokus utama dalam thrifting. Dengan memilih untuk membeli pakaian bekas, generasi milenial secara aktif turut serta dalam upaya untuk mengurangi limbah tekstil dan mendukung konsep ekonomi yang lebih berkelanjutan. Dalam era di mana kesadaran akan lingkungan semakin meningkat, thrifting menjadi salah satu langkah nyata untuk berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Selain manfaat tersebut, thrifting juga bisa menjadi cara untuk mendukung komunitas lokal. Banyak toko barang bekas adalah usaha kecil yang dimiliki dan dioperasikan oleh warga setempat. Dengan membeli dari mereka, generasi milenial tidak hanya mendapatkan pakaian yang unik dan terjangkau, tetapi juga turut serta dalam memperkuat ekonomi lokal dan membangun koneksi sosial di dalam komunitas.
Oleh karena itu, pakaian thrifting bukan hanya tentang berbelanja dengan harga terjangkau, tetapi juga tentang mengadopsi gaya hidup yang berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan serta masyarakat lokal. Ini merupakan wujud nyata dari bagaimana generasi milenial dapat memainkan peran mereka dalam menjaga keberlanjutan bumi yang kita huni.***