ADVERTISEMENT
PANTAU LAMPUNG – Sejak hujan mengguyur Kabupaten Lampung Timur dua bulan terakhir, puluhan warga terserang demam berdarah dengue (DBD).
Bahkan, akibat sengatan aedes aegypti, nyamuk mematikan, seorang warga meregang nyawa.
Seperti di Puskesmas Way Jepara, sejumlah pasien berbagai usia mendapat perawatan akibat sengatan nyamuk berbahaya itu.
Sejak Januari hingga Maret 2024, tercatat 80 penderita DBD dirawat di puskesmas tersebut.
Dari jumlah tersebut, beberapa pasien dengan gejala demam tinggi dan bintik merah pada tubuh itu, harus dirujuk ke rumah sakit Sukadana dan sejumlah rumah sakit Metro.
“Bagi pasien yang serius harus kami rujuk ke rumah sakit baik di Sukadana atau rumah sakit di Metro,” ujar salah seorang perawat, Senin, 4 Maret 2024.
Selain di puskesmas, di salah satu rumah sakit dan klinik kecamatan itu tercatat ratusan penderita DBD pernah mendapat perawatan. Dan hingga saat ini, belasan penderita DBD masih terbaring di ranjang perawatan.
Akibat sengatan nyamuk mematikan itu, Suratmi (50) warga Desa Labuhanratu Baru Kecamatan Waijepara meninggal dunia akhir Januari 2024 lalu.
Wanita paruh baya itu sempat mendapat perawatan di Way Jepara dan dirujuk ke salah satu rumah sakit di Metro. Tapi nahas, dua hari dirawat Suratmi meregang nyawa.
Kepala Seksi Trantib Kecamatan Waijrpara Sopiyan Effendi mendampingi Camat Raden Baruna Jaya mengatakan, tingginya penderita DBD disebabkan beberapa hal seperti curah hujan yang masih tinggi sehingga nyamuk berbahaya itu mudah berkembang biak dan menyerang warga.
Oleh sebab itu, pemerintah mengimbau warga agar membersihkan lingkungan masing-masing seperti mengubur barang bekas yang berpotensi tempat bersarangnya nyamuk mematikan itu.
“Mengingat curah hujan masih tinggi, jami mengimbau warga selalu menjaga kebersihan lingkungan,”ujar Sopiyan yang juga penjabat kepala desa itu.
Selain membersihkan lingkungan, pihak kecamatan bekerja sama dengan puskesmas dan pamong desa rutin melakukan pengasapan atau fogging.
Melalui fogging diharapkan akan membunuh nyamuk mematikan itu.
“Kami terus melakukan fogging di tiap desa. Dengan harapan akan menekan perkembangbiakan nyamuk berbahaya itu,” pungkas Sopiyan.***