PANTAU LAMPUNG- Agenda Musyawarah Kota (Muskot) Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Kota Bandar Lampung yang digelar di Sekretariat KONI GOR Siger, Way Halim, Jumat (11/7), berakhir ricuh dan ditolak oleh sejumlah pengusaha rumah biliar. Mereka menyebut kegiatan tersebut tidak sah secara hukum organisasi, karena melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Tidak Kuorum, Dinilai Cacat Administratif
Dalam forum yang semestinya menjadi momentum pemilihan ketua baru POBSI Bandar Lampung itu, tercatat hanya 12 dari 25 pengurus yang hadir, serta hanya dua perwakilan rumah biliar. Jumlah tersebut tidak memenuhi kuorum minimal dua pertiga peserta seperti yang disyaratkan dalam AD/ART.
“Musyawarah ini tidak bisa dilanjutkan. Jumlah peserta tidak memenuhi syarat, dan tidak ada kehadiran cukup dari perwakilan rumah biliar. Maka keputusan apa pun yang lahir dari forum ini tidak sah,” tegas Made Suaryana, pemilik City Biliar.
Kondisi tersebut memicu perdebatan panjang dan membuat forum Muskot mengalami kebuntuan alias deadlock.
Pengprov POBSI Turun Tangan
Ketua Bidang Humas dan Publikasi Pengprov POBSI Lampung, Syahronie Yusuf, menyayangkan ketidaksiapan panitia dalam menggelar agenda sepenting Muskot.
“Ini jelas menjadi evaluasi. Panitia tidak memverifikasi peserta dengan baik. Saya pastikan hasil musyawarah ini tidak akan diakui oleh Pengprov,” tegas Syahronie.
Ia memastikan bahwa Pengprov POBSI akan mengambil langkah penyelamatan organisasi, termasuk kemungkinan mengambil alih sementara kepengurusan POBSI Kota Bandar Lampung.
Nasib Kepengurusan Menggantung
Dengan kegagalan forum mencapai keputusan, posisi kepengurusan POBSI Bandar Lampung periode 2025-2029 kini dalam ketidakpastian. Banyak pihak mendesak agar Pengprov segera menjadwalkan ulang Muskot dengan proses yang transparan dan sesuai AD/ART.
“Jangan sampai olahraga biliar yang kini sedang berkembang malah dikotori dengan manuver administratif. Semua pihak harus kembali ke aturan,” kata salah satu peserta yang menolak Muskot.
Apakah Muskot ulang akan segera digelar? Atau sengketa ini akan berlarut hingga menghambat pembinaan atlet biliar di Bandar Lampung?
Situasi ini masih terus berkembang dan menjadi perhatian para pelaku olahraga dan pemilik rumah biliar di daerah.***