PANTAU LAMPUNG – Dalam semangat melestarikan warisan budaya leluhur, Pekon Sukajaya, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, menggelar perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-14 secara meriah dengan mengangkat tradisi Pangan Balak, Kamis (3/7/2025), bertempat di Gedung Keserasian setempat.
Acara yang diwarnai dengan semangat kebersamaan dan kegembiraan ini dihadiri oleh Camat Semaka Syafrizal, Ketua APDESI Semaka Abdul Karim, SE., sejumlah kepala pekon, pemuka adat Saibatin, tokoh masyarakat, serta unsur Forkopimcam seperti Kapolsek dan Danramil Semaka.
Dalam sambutannya, Abdul Karim yang juga Kepala Pekon Sukajaya sekaligus Ketua APDESI menyampaikan bahwa kegiatan Pangan Balak merupakan tradisi baru yang mulai dihidupkan kembali sebagai bentuk penghargaan terhadap budaya lokal. Ia berharap, kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan dalam peringatan hari jadi pekon.
“Alhamdulillah, untuk pertama kalinya kita melaksanakan Pangan Balak dalam rangka HUT Pekon Sukajaya ke-14. Semoga ini menjadi awal dari kebiasaan baik yang terus dijaga dan dikembangkan,” ujar Abdul Karim.
Kegiatan ini melibatkan seluruh elemen masyarakat dan tokoh adat dari berbagai pekon di Kecamatan Semaka dan sekitarnya, seperti Pematangsawa, Pengikhan, Dalom, dan lainnya. Rangkaian acara berlangsung dari tanggal 3 hingga 5 Juli 2025.
Antusiasme masyarakat tampak dalam sejumlah gelaran budaya yang ikut memeriahkan HUT, seperti karnaval budaya, tari pedang, piccak khakot, salam pusalam, sekhah busekhah, nukhun pahakh, dan nukhun talam. Seluruh pertunjukan tersebut merupakan ekspresi budaya lokal yang mengandung nilai luhur dan filosofi kehidupan masyarakat Lampung.
Puncak acara Pangan Balak menampilkan sajian kuliner tradisional sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur, mencerminkan falsafah hidup Lampung: Pi’il Pesenggikhi, yakni Nemui Nyimah (menjamu tamu), Nengah Nyampokh (membaur dalam pergaulan), dan Sakai Sambayan (gotong royong).
“Pangan Balak adalah wujud nyata pelestarian adat dan sarana mempererat tali persaudaraan. Selain menjadi identitas budaya, ini juga potensi besar untuk memperkenalkan kekayaan tradisi Lampung ke tingkat yang lebih luas,” tegas Abdul Karim.
Rangkaian acara ditutup dengan penampilan sanggar seni Gemapusaka, pertunjukan pencak silat, dan pagelaran wayang kulit yang digelar pada malam Minggu sebagai penutup penuh makna.
Dengan semangat kebersamaan dan cinta budaya, Pekon Sukajaya menunjukkan bahwa tradisi bukan hanya masa lalu yang dikenang, tetapi juga kekuatan yang terus hidup dan mengakar dalam kehidupan masyarakat hari ini.***