PANTAU LAMPUNG— Bukan cuma festival biasa, Gau Maraja Leang-Leang 2025 jadi ajang yang vibes-nya lokal, impact-nya global. Digelar di kawasan gua purba kece Leang-Leang, Maros, event ini jadi bukti kalau budaya nenek moyang bisa dibikin relevan (dan keren) buat generasi sekarang!
Pembukaan: Adat + Gamelan = Melejitkan Suasana
Tebing karst yang aesthetic banget jadi background utama, lengkap sama dentuman gendang, kecapi Bugis, dan parade adat dari 14 kecamatan di Maros. Acara dibuka resmi sama Bupati Maros, Chaidir Syam, dan dihadiri oleh perwakilan UNESCO, Kemdikbudristek, dan komunitas budaya se-Sulsel.
“Leang-Leang itu harta dunia, bukan cuma Maros. Festival ini langkah awal biar budaya lokal punya panggung global,” — Bupati Chaidir, mantap!
Lokasi: Leang-Leang — Situs Kuno yang Lagi Naik Daun
Gak main-main, Leang-Leang itu salah satu situs prasejarah tertua di Asia Tenggara. Ada lukisan tangan dan hewan dari 40.000 tahun lalu! Di sinilah manusia dulu ngewarnain dinding gua pakai pigmen alami—literally, seniman OG.
“Semangat berkarya nenek moyang kita wajib dihidupkan lagi,” kata Sinatriyo Danuhadiningrat dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX.
What’s On: Dari Kuliner Legend Sampai Workshop Kreatif
Acara selama 3 hari (3–5 Juli) ini rame banget, mulai dari:
Kuliner tradisional: Pallu Butung, Nasu Likku, Barongko—siap-siap food coma
Workshop kece: Batik Karst, lukisan batu buat bocil sampai remaja
Pentas seni: Tari Pakarena, Bosara, musik kecapi
Dialog budaya: Ngobrol bareng arkeolog & budayawan
Tur gua edukatif: Langsung dijelasin pemandu lokal soal lukisan purba
Pengunjungnya gak main-main, dari anak sekolah sampai wisatawan luar negeri rame-rame datang. Antusiasmenya? Gila rame! Bahkan ada pelajar & mahasiswa yang jadi relawan juga loh!
Budaya Lokal Powered by Warga Lokal
Yang bikin makin spesial, festival ini bukan hasil kerja satu-dua orang. Komunitas lokal, dari karang taruna, sanggar seni, sampai pemuda desa, semuanya ikut turun tangan. Anak SMA pun jadi penampil dan panitia!
“Dulu cuma baca soal Leang-Leang di buku sejarah, sekarang aku bisa tampil langsung di tempatnya,” — Sitti Hajar (17), penari muda dari Desa Salenrang.
Yes queen!
Next Goal: Leang-Leang Masuk UNESCO?
Gak cuma festival, ini juga langkah strategis buat ngedorong Leang-Leang jadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Dinas Pariwisata dan para ahli lagi susun dokumen biar pengajuan ini bisa nembus kancah internasional.
Misi besarnya: Bikin Leang-Leang jadi destinasi wisata budaya-edukatif andalan Sulsel, tapi tetap jaga alam dan nilai sejarahnya. Win-win banget kan?
Gau Maraja Leang-Leang 2025 bukan sekadar panggung seni—ini gerakan budaya. Ketika anak muda, warga desa, dan pemerintah ngumpul dalam satu irama, budaya lokal gak cuma dilestarikan… tapi di-revive.
Buat kamu yang FOMO, tenang. Tahun depan kabarnya bakal lebih besar. Jadi siapin outfit etnik terbaikmu dan jadilah bagian dari #LeangLeangLegacy.***