PANTAU LAMPUNG- Jose Mourinho tak pernah main-main soal pertahanan. Saat klub barunya, Fenerbahce, berhasil mengamankan tiket ke Liga Champions, sang pelatih legendaris langsung membidik satu nama: Harry Maguire.
Bek Manchester United yang belakangan kerap jadi bulan-bulanan media Inggris, justru dianggap cocok untuk filosofi sepak bola Mourinho: disiplin, kuat, dan tahan mental. Bukan rahasia, Mourinho selalu jatuh hati pada bek tangguh yang punya jam terbang tinggi.
Di Roma, ia memoles kembali karier Chris Smalling dan membeli Gianluca Mancini. Di Inter, ia datangkan Lucio yang sempat dianggap habis dari Bayern, tapi justru jadi pilar treble winner. Di Chelsea, ia punya John Terry. Di Real Madrid, ia bentuk duet tegas antara Pepe dan Sergio Ramos.
Kini di Istanbul, Mourinho mencari partner sepadan untuk Milan Skriniar. Dan Maguire masuk kriteria.
Mourinho tahu: sepak bola Eropa tak bisa dimenangi hanya dengan serangan indah. Ia butuh barisan belakang yang bisa “berperang” selama 90 menit, tak gentar digempur, dan punya mental baja di laga-laga hidup mati.
Maguire mungkin sudah bukan bintang utama di Old Trafford. Tapi di tangan Mourinho, bukan tak mungkin ia menemukan rumah baru—dan misi baru. Fenerbahce ingin meruntuhkan dominasi Galatasaray, dan Mourinho tahu: itu harus dimulai dari lini paling belakang.
Dan seperti biasa, pertahanan terbaik bukan sekadar soal teknik. Tapi tentang keberanian, kepemimpinan, dan keyakinan. Mourinho hanya sedang menyiapkan panggung untuk itu semua.***