PANTAU LAMPUNG– Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung mengungkapkan bahwa banjir yang melanda kota dalam dua bulan terakhir disebabkan oleh pertumbuhan pemukiman baru yang tinggi di sepanjang bantaran sungai.
Hal ini disampaikan oleh Plt. Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Bandar Lampung, Sukarma Wijaya. Menurutnya, dalam kurun waktu dua bulan terakhir, Kota Bandar Lampung telah mengalami tiga kali banjir besar, yakni pada 17 Januari, 21 dan 27 Februari 2025.
“Banjir pada 17 Januari disebabkan oleh hujan lebat yang bersamaan dengan pasang air laut. Akibatnya, Sungai Kali Belau tidak mampu menahan debit air sehingga meluap ke pemukiman warga,” ujar Sukarma, Kamis (27/2/2025).
Menurutnya, selain cuaca ekstrim, pertumbuhan pemukiman baru di sepanjang bantaran sungai yang tidak sesuai dengan ketentuan menjadi penyebab utama banjir. Berdasarkan aturan, ada batasan jarak tertentu yang tidak boleh didirikan bangunan, namun banyak yang melanggarnya.
Tak hanya itu, drainase yang tidak mampu menampung debit air serta tumpukan sampah dan sedimen di sungai dan saluran air turut memperparah kondisi. Sukarma juga menyoroti konektivitas antar-drainase yang belum terpadu, sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar ke pembuangan akhir.
Faktor lain yang memperburuk situasi adalah rusaknya daerah resapan air, seperti wilayah Register 19 di perbatasan Lampung Selatan dan Register 17 di perbatasan Pesawaran. Kerusakan di wilayah hulu menyebabkan berkurangnya daerah tangkapan air, sementara minimnya ruang terbuka hijau mempercepat aliran air ke daerah rendah.
“Rusaknya wilayah hulu akibat pemukiman liar mengurangi daya serap air. Tidak adanya pepohonan yang mampu menahan air di kawasan tersebut semakin meningkatkan risiko banjir di Bandar Lampung,” tegasnya.