PANTAU LAMPUNG – Pemilihan Gubernur DKI Jakarta (Pilgub DKI) telah menjadi titik fokus perhatian politik, terutama bagi Megawati Soekarnoputri, setelah pemilihan presiden. Dengan hampir satu dekade dominasi PDIP yang mulai memudar, Pilgub DKI menjadi pertarungan yang krusial bagi partai tersebut.
Meskipun PDIP memenangkan Pemilu 2024, kegagalan dalam mengantarkan pasangan Ganjar sebagai presiden menunjukkan kelemahan partai. Oleh karena itu, Pilgub DKI pada tahun 2024 menjadi taruhan serius bagi Megawati.
Di beberapa daerah, termasuk Jawa Timur dan Jawa Tengah, PDIP bahkan kesulitan mengusung kandidatnya sendiri sebagai calon gubernur. Misalnya, di Pilgub Jatim, PDIP mendukung petahana Khofifah, namun tidak berhasil menempatkan kader partai sebagai pasangannya.
Kegagalan serupa terjadi di Jawa Tengah, basis kuat PDIP, di mana suara Ganjar seharusnya mendominasi, tetapi kenyataannya hanya menduduki posisi kedua setelah pasangan Prabowo-Gibran.
Oleh karena itu, harapan PDIP kini bergantung pada Pilgub DKI, dan Megawati harus memilih calon gubernur PDIP dengan hati-hati. Jika tidak, PDIP bisa kehilangan pengaruhnya di Pulau Jawa.
Walaupun Tri Risma Harini dan Abdullah Azwar Anas diusulkan sebagai calon potensial, peluang mereka mungkin terbatas. Sementara itu, harapan terbesar Mega kini terletak pada Ahok, yang diperkirakan akan diusung oleh PDIP di Pilgub DKI.
Meskipun Ahok masih memiliki potensi elektabilitas yang kuat, kehadiran Anies Baswedan sebagai pesaing potensial di Pilgub DKI bisa menjadi tantangan serius. Krisis dalam menemukan kader berkualitas di DKI juga menjadi masalah utama. Meskipun banyak kader potensial, elektabilitas mereka belum tentu cukup untuk memenangkan Pilgub DKI.***