PANTAU LAMPUNG- Festival Kampung Literasi Metro 2025 kembali menjadi magnet bagi para pecinta seni baca puisi di Kota Metro. Ajang tahunan yang digelar PKBM Ronaa ini menghadirkan suasana hangat, penuh kreativitas, dan menjadi ruang untuk menampilkan bakat para pelajar dalam menafsirkan karya sastra Indonesia.
Acara berlangsung di Kampung Literasi 16C Metro pada Sabtu, 22 November 2025. Suasana semakin semarak ketika peserta satu per satu tampil membawakan puisi “Membaca Tanda-Tanda” karya Taufiq Ismail—sebuah puisi legendaris yang telah lama menjadi pilihan wajib di berbagai lomba baca puisi nasional.
Awalnya, kehadiran di festival ini tidak direncanakan. Setelah mengantarkan anak mengikuti tes masuk SMA Muhammadiyah Ahmad Dahlan (MuAD) Kota Metro, perjalanan berlanjut menuju rumah Solihin Utjok, Ketua Dewan Kesenian Metro. Namun, kabar dari Adhiet—anggota DKM—mengalihkan langkah. Solihin ternyata sedang menjadi juri lomba di Kampung Literasi. Mengikuti rute Google Maps, perjalanan membawa penulis tiba tepat saat beberapa peserta baru tampil.
Peserta berjumlah 25 orang, namun saat itu baru tujuh yang menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Meski tidak menyaksikan keseluruhan penampilan, talenta para peserta langsung terasa. Mereka tampil dengan karakter, artikulasi, dan teknik vokal yang berbeda-beda, menunjukkan kesungguhan dalam menghayati puisi.
Festival ini digawangi juri-juri berkompeten di dunia seni Kota Metro: Solihin Utjok, Imam Susanto, dan Ari Siswanto. Ketiganya dikenal luas memiliki pengalaman panjang dalam dunia teater, puisi, dan pertunjukan seni. Penilaian mereka menjadi tolok ukur penting bagi para peserta.
Dalam balutan suasana yang teduh, penonton duduk di kursi sederhana yang disediakan panitia. Di antara mereka, tampak pula Dzafirah Adeliaputri Isbedy, yang juga kerap mengikuti lomba baca puisi. Kehadirannya menambah nuansa apresiasi tersendiri bagi para peserta yang tampil.
Waktu berlalu hingga menjelang zuhur. Meski masih menyisakan lima peserta yang belum tampil, perjalanan harus dilanjutkan untuk mengantar sang anak kembali ke pondok SMP MuAD. Usai melepas Dzafirah, perjalanan kembali terulur hingga akhirnya tiba di Bandar Lampung.
Rasa penasaran terhadap hasil lomba akhirnya membawa Adhiet mengirimkan daftar pemenang—lengkap dengan foto juara pertama. Inilah tiga nama yang berhasil mencuri perhatian para juri:
1. Juara 1: Hernes Raflesia A. (SMANDA Metro)
2. Juara 2: Mutiara Silviana (SMA At Tanwir Metro)
3. Juara 3: Nurrohman S. (SMANDA Metro)
Para pemenang dinilai mampu mempertahankan konsistensi vokal, ekspresi, interpretasi, serta kreativitas di panggung. Seluruh peserta sesungguhnya menunjukkan kualitas memadai, namun ketiganya tampil sedikit lebih unggul dalam penghayatan dan teknik pembacaan.
Satu hal yang menonjol dari lomba ini adalah kemampuan peserta memadukan vokal yang kuat dengan pemahaman makna puisi. Teknik vokal menjadi modal pertama, namun penghayatan dan improvisasi menentukan kekuatan keseluruhan penampilan. Kreativitas, gerak tubuh, serta keselarasan intonasi juga menjadi faktor yang menambah daya tarik pada setiap penampilan.
Festival Kampung Literasi Metro sekali lagi membuktikan bahwa geliat seni di Kota Metro tidak pernah surut. PKBM Ronaa sebagai penyelenggara sukses menyediakan ruang bagi pelajar mengekspresikan diri dan mengasah kemampuan sastra mereka. Ajang ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga wadah mengenalkan literasi sebagai budaya yang tumbuh dan hidup di tengah masyarakat.
Selamat untuk para pemenang, peserta, jajaran juri, serta PKBM Ronaa yang secara konsisten menjaga nyala literasi di Kota Metro. Semoga tahun depan festival ini kembali hadir dengan kejutan dan talenta baru yang lebih menginspirasi.***










