• Redaksi
  • Tentang Kami
Minggu, Desember 7, 2025
Pantau Lampung
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Pojok Lampung
  • Politik
  • Peristiwa
  • Ruwa Jurai
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Pesisir Barat
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Hiburan
    • Fashion
  • Network
  • Indeks
No Result
View All Result
Pantau Lampung
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Pojok Lampung
  • Politik
  • Peristiwa
  • Ruwa Jurai
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Pesisir Barat
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Hiburan
    • Fashion
  • Network
  • Indeks
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Pantau Lampung
  • Kriminal
  • Politik
  • Ekonomi
  • Entertainment
  • Opini
  • Pendidikan
  • Hiburan
Home Ruwa Jurai Bandar Lampung

Budiyono: Intelektual Organik yang Menyulut Kesadaran dan Perlawanan Sosial di Kampus

MeldaEditorMelda
Okt 20, 2025
A A
Budiyono: Intelektual Organik yang Menyulut Kesadaran dan Perlawanan Sosial di Kampus
ADVERTISEMENT

PANTAU LAMPUNG- Di tengah arus pragmatisme akademik dan komersialisasi pendidikan tinggi, muncul sosok yang menolak tunduk pada logika pasar dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai idealisme intelektual. Ia adalah Budiyono, dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, yang menjadi contoh nyata dari seorang intelektual organik — seorang akademisi yang tidak sekadar berpikir di ruang kelas, tetapi berjuang bersama rakyat di medan sosial.

Budiyono bukan sekadar pengajar yang menyalurkan ilmu, melainkan seorang penggerak kesadaran. Ia menghidupkan kembali gagasan Antonio Gramsci tentang intelektual organik, yakni sosok yang tumbuh dari rahim rakyat dan berjuang untuk membangkitkan kesadaran mereka terhadap ketidakadilan. Dalam setiap langkahnya, Budiyono menolak menjadi intelektual tradisional yang hanya berkutat pada teori tanpa sentuhan realitas sosial.

Sebagai dosen, ia dikenal dengan gaya pengajaran yang membebaskan. Bagi Budiyono, ruang kelas bukan sekadar tempat transfer pengetahuan, tetapi arena pertempuran ide dan pembentukan kesadaran kritis. Ia mengajak mahasiswa melihat hukum bukan hanya sebagai teks legal, tetapi sebagai medan pertarungan antara kekuasaan dan rakyat. Dengan pendekatan ini, ia menanamkan kesadaran bahwa hukum sering kali digunakan untuk mempertahankan hegemoni kelas berkuasa — sebuah kenyataan yang menuntut keberanian intelektual untuk dilawan.

BeritaTerkait

No Content Available

Budiyono memandang bahwa hukum sejatinya adalah alat emansipasi, bukan dominasi. Ia menolak pandangan legalistik yang membatasi hukum pada peraturan semata, dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih humanistik dan reflektif. Dalam banyak kesempatan, ia menegaskan bahwa tugas seorang intelektual bukan hanya menulis teori, tetapi menyalakan api kesadaran agar masyarakat mampu memahami dan menuntut haknya.

Keterlibatan Budiyono di tengah masyarakat memperkuat makna intelektualitas yang berpihak. Ia hadir dalam advokasi tanah untuk warga yang tergusur, menjadi penasihat hukum bagi buruh yang kehilangan hak, dan berdiri bersama mahasiswa ketika menolak ketidakadilan kebijakan publik. Ia menolak posisi netral, karena baginya, “netralitas” hanyalah bentuk lain dari keberpihakan pada penindas. Dalam setiap tindakan, ia menegaskan bahwa pengetahuan tidak pernah bebas nilai — ia selalu berpihak, dan Budiyono telah memilih berpihak pada kemanusiaan.

ADVERTISEMENT

Sikapnya ini menjadikan Budiyono bukan sekadar seorang akademisi, melainkan simbol moral yang menegaskan kembali fungsi sosial universitas. Ketika banyak kampus berubah menjadi korporasi pendidikan dan dosen sibuk mengejar indeks sitasi atau publikasi jurnal internasional, Budiyono tetap menambatkan langkahnya pada kerja-kerja sosial yang nyata. Ia menolak menjadikan pendidikan sebagai komoditas, dan berpegang teguh pada prinsip bahwa universitas seharusnya menjadi ruang publik yang kritis, tempat ilmu pengetahuan berpadu dengan keberpihakan sosial.

Pandangan ini sejalan dengan pemikiran Paulo Freire, tokoh pendidikan kritis asal Brasil, yang menyebut pendidikan sebagai praksis kebebasan — proses di mana manusia belajar tidak hanya membaca teks, tetapi membaca dunia dan mengubahnya. Budiyono menghidupkan semangat ini di konteks lokal Lampung, menjadikan ruang kuliah sebagai tempat mahasiswa belajar menjadi manusia merdeka, bukan sekadar pencari nilai.

Lebih dari itu, Budiyono juga berperan sebagai jembatan kesadaran antara kampus dan masyarakat. Ia membawa pengalaman rakyat kecil ke ruang akademik, menjadikannya bahan refleksi teoretis, lalu kembali membawakan teori itu ke tengah masyarakat untuk diuji dalam praksis. Siklus dialektis inilah yang menjadikan intelektualitas Budiyono hidup, dinamis, dan relevan.

Karya dan kiprahnya menjadi pengingat bahwa seorang dosen sejati tidak hanya mengajar di ruang kelas, tetapi juga mendidik melalui keteladanan. Dalam banyak kegiatan sosial, ia tidak berdiri sebagai pembicara atau pengamat, melainkan sebagai pelaku perjuangan. Ia menyelami penderitaan masyarakat, memahami struktur ketimpangan, dan memformulasikan jalan keluar berdasarkan prinsip keadilan sosial.

Ketika banyak akademisi memilih jalan aman, menulis jurnal tetapi bungkam terhadap ketimpangan sosial, Budiyono justru melangkah di jalan sebaliknya. Ia menjadikan penelitian dan pengabdian masyarakat bukan sekadar formalitas Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi sebagai praktik perlawanan terhadap dominasi pengetahuan yang elitis. Di tangannya, hukum menjadi alat pembebasan, bukan alat penindasan.

Kini, pada usianya yang ke-51 tahun, Budiyono tetap setia pada jalan perjuangannya. Ia tidak berhenti menulis dan mengajar, tetapi terus menyalakan bara semangat di dada mahasiswa dan masyarakat. Sosoknya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk memahami bahwa intelektualitas tanpa keberpihakan hanyalah kesia-siaan. Ia menegaskan bahwa berpikir kritis harus disertai dengan keberanian bertindak, dan pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang berpihak pada kehidupan.

Dalam diri Budiyono, kita melihat refleksi nyata dari teori Gramsci: intelektual sejati adalah mereka yang hidup di tengah masyarakat, memahami denyut rakyat, dan berjuang untuk mengubahnya. Di tengah dunia pendidikan yang semakin pragmatis, sosoknya menjadi pengingat bahwa ilmu bukan sekadar alat mencapai karier, melainkan sarana membangun peradaban yang lebih adil.

Semoga keteladanan Budiyono menjadi cermin bagi para akademisi dan mahasiswa untuk kembali meneguhkan makna sejati pendidikan — bukan hanya mencerdaskan pikiran, tetapi juga memanusiakan manusia.***

Source: AHMAD HIDAYAT
Tags: AntonioGramsciBudiyonoDosenBergerakGhraitoAripIntelektualOrganikPauloFreirePendidikanPembebasanUniversitasLampung
ShareTweetSendShare
Previous Post

Lapas Kalianda dan BNNK Lampung Selatan Bersatu Wujudkan Pemasyarakatan Bersih Narkoba Lewat Program Rehabilitasi Sosial

Next Post

Kasus Perampokan Gadis Wonosobo Ternyata Rekayasa! Polisi Bongkar Fakta Mengejutkan di Balik Cerita Viral

Related Posts

Lampung Bergerak Cepat: Donasi Nasional untuk Korban Banjir Sumatera Dibuka, Masyarakat Diajak Turun Tangan
Bandar Lampung

Lampung Bergerak Cepat: Donasi Nasional untuk Korban Banjir Sumatera Dibuka, Masyarakat Diajak Turun Tangan

Des 4, 2025
Motif Penetapan Tersangka M. Hermawan Eriadi Dipertanyakan, Drama Hukum yang Bikin Publik Makin Penasaran
Bandar Lampung

Sidang Praperadilan PT LEB: Nasib PAD Lampung dan Masa Depan Migas Provinsi Masih Menunggu

Des 4, 2025
UNAIR Dorong Pringsewu Jadi Lumbung Kambing dan Domba, Peternak Sambut Antusias
Berita

UNAIR Dorong Pringsewu Jadi Lumbung Kambing dan Domba, Peternak Sambut Antusias

Des 4, 2025
Ahli UI Bongkar Drama Penyidikan Kasus PT LEB, Bukti dan Prosedur Dituding Cacat
Bandar Lampung

Kontroversi Penetapan Tersangka PT LEB: Kuasa Hukum Tuding Kejaksaan Tak Punya Bukti Sah dan Cacat Prosedur

Des 4, 2025
Kabupaten Tanggamus Lahirkan Gugus Literasi Baru: Bupati Asnawi Serukan Revolusi Pengetahuan dari Pekon Hingga Kabupaten
Berita

Kabupaten Tanggamus Lahirkan Gugus Literasi Baru: Bupati Asnawi Serukan Revolusi Pengetahuan dari Pekon Hingga Kabupaten

Des 4, 2025
Panen Pakcoy dari Balik Jeruji: Program Hidroponik Lapas Kalianda Jadi Sorotan, Warga Binaan Tuai Harapan Baru
Berita

Panen Pakcoy dari Balik Jeruji: Program Hidroponik Lapas Kalianda Jadi Sorotan, Warga Binaan Tuai Harapan Baru

Des 4, 2025
Next Post
Kasus Perampokan Gadis Wonosobo Ternyata Rekayasa! Polisi Bongkar Fakta Mengejutkan di Balik Cerita Viral

Kasus Perampokan Gadis Wonosobo Ternyata Rekayasa! Polisi Bongkar Fakta Mengejutkan di Balik Cerita Viral

Terbukti Langgar Kode Etik, Tiga Anggota Polres Metro Dikenakan Sanksi Demosi, Tapi Belum Dieksekusi! Publik Pertanyakan Komitmen Polri

Terbukti Langgar Kode Etik, Tiga Anggota Polres Metro Dikenakan Sanksi Demosi, Tapi Belum Dieksekusi! Publik Pertanyakan Komitmen Polri

Wagub Jihan Dorong Wisata Halal Berbasis Dakwah, Kolaborasi UIN Raden Intan dan Pemprov Lampung Jadi Sorotan

Wagub Jihan Dorong Wisata Halal Berbasis Dakwah, Kolaborasi UIN Raden Intan dan Pemprov Lampung Jadi Sorotan

Mendagri Apresiasi Kinerja Lampung, Provinsi Masuk Zona Hijau Realisasi Anggaran dan Inflasi Terkendali

Mendagri Apresiasi Kinerja Lampung, Provinsi Masuk Zona Hijau Realisasi Anggaran dan Inflasi Terkendali

Polres Lampung Selatan Salurkan 4.074 Porsi Makanan Bergizi, Kapolda dan Ketua Bhayangkari Turun Langsung Pantau Program MBG

Polres Lampung Selatan Salurkan 4.074 Porsi Makanan Bergizi, Kapolda dan Ketua Bhayangkari Turun Langsung Pantau Program MBG

banner 300250

Berita Terkini

  • Lampung Bergerak Cepat: Donasi Nasional untuk Korban Banjir Sumatera Dibuka, Masyarakat Diajak Turun Tangan
  • Sidang Praperadilan PT LEB: Nasib PAD Lampung dan Masa Depan Migas Provinsi Masih Menunggu
  • UNAIR Dorong Pringsewu Jadi Lumbung Kambing dan Domba, Peternak Sambut Antusias
  • Kontroversi Penetapan Tersangka PT LEB: Kuasa Hukum Tuding Kejaksaan Tak Punya Bukti Sah dan Cacat Prosedur
  • Kabupaten Tanggamus Lahirkan Gugus Literasi Baru: Bupati Asnawi Serukan Revolusi Pengetahuan dari Pekon Hingga Kabupaten
Pantau Lampung

Selamat datang di Pantau Lampung, portal berita yang mengabarkan secara cermat dan tepat tentang berbagai peristiwa dan perkembangan terkini di Provinsi Lampung. Kami hadir untuk menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat Lampung dan pembaca di seluruh Indonesia.

  • Redaksi
  • Tentang Kami

© 2024 Pantaulampung.com - All Right Reserved

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Ekonomi
  • Kriminal
  • Pojok Lampung
  • Politik
  • Peristiwa
  • Ruwa Jurai
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Pesisir Barat
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Lifestyle
    • Entertainment
    • Hiburan
    • Fashion
  • Network
  • Indeks

© 2024 Pantaulampung.com - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In