PANTAU LAMPUNG – Alin Delisya Rafifa, seorang gadis berusia 10 tahun asal Dusun Kenjuru, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan, menjalani hidup yang penuh keterbatasan. Tubuhnya yang kurus dan lemah membuatnya tidak mampu melakukan aktivitas dasar seperti makan, minum, atau buang air tanpa bantuan pengasuhnya, yang tidak lain adalah paman dan bibinya sendiri. Setiap hari Alin hanya bisa berbaring di tempat tidur, menatap dunia yang seakan jauh dari jangkauannya.
Menurut penelusuran dan keterangan keluarga, Alin lahir sebagai bayi normal dari pasangan Zainal Abidin dan Meli Samsanah, warga Desa Merak Belantung. Semua berjalan normal hingga usia 8 bulan. Tragedi bermula beberapa jam setelah Alin menerima vaksin, ketika tubuhnya mengalami panas tinggi. Kondisi ini membuatnya dirawat di RSUD Bob Bazar, Kalianda, sebelum akhirnya dirujuk ke RSU Abdul Moeluk di Bandar Lampung. Sejak saat itu, kondisi kesehatannya terus menurun drastis hingga mengalami kelumpuhan total.
Sikap orang tua pun semakin memperberat nasib Alin. Karya Nelson, paman Alin yang kini merawatnya, menceritakan bahwa ayah kandung Alin, Zainal Abidin, meninggalkan keluarga saat Alin masih berusia 8 bulan. “Masih dalam kondisi sakit, Alin ditinggal pergi oleh ayahnya. Sampai sekarang keberadaannya tidak diketahui,” kata Karya Nelson.
Tidak lama setelah itu, Alin yang masih bayi kembali mengalami kehilangan, kali ini dari sosok ibunya. Saat Alin berusia 12 bulan, Meli Samsanah harus merantau ke Pulau Jawa untuk mencari nafkah. Sejak saat itu, Alin diasuh sepenuhnya oleh paman dan bibinya, Karya Nelson (63) dan Khoiroh (43), yang juga memiliki seorang anak lelaki. “Saat ini ibu kandungnya sudah menikah lagi dan menetap di Cianjur, Pulau Jawa,” tambah Karya Nelson.
Kondisi ekonomi keluarga yang merawat Alin juga tidak mudah. Karya Nelson bekerja serabutan, sementara istrinya, Khoiroh, berprofesi sebagai petani. Beban merawat Alin yang memerlukan perhatian penuh, di tengah keterbatasan ekonomi, membuat keseharian mereka penuh tantangan. “Hingga kini belum pernah ada sedikit pun perhatian pemerintah, khususnya pemerintah Desa Merak Belantung. Baru tadi Pak Camat Kalianda datang berkunjung ke rumah saya. Saya haturkan terima kasih dan berharap ada kepedulian lebih lanjut,” ungkap Karya Nelson.
Kunjungan perdana Camat Kalianda yang baru dilantik, Ruris Apdani, pada Sabtu, 18 Oktober 2025, menjadi secercah harapan bagi keluarga. Kehadiran camat di rumah Karya Nelson menunjukkan langkah awal pemerintah dalam meninjau kondisi Alin, meskipun masih dibutuhkan bantuan lebih konkret dan berkelanjutan untuk meringankan beban keluarga.
Kisah Alin Delisya Rafifa menjadi sorotan penting mengenai kondisi anak berkebutuhan khusus yang terabaikan di tengah masyarakat. Kasus ini menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah daerah, baik dalam bentuk bantuan medis, dukungan finansial, maupun program sosial bagi keluarga yang merawat anak dengan kondisi khusus.
Selain itu, cerita Alin mengingatkan masyarakat akan pentingnya solidaritas sosial. Banyak keluarga menghadapi tantangan besar ketika merawat anggota keluarga yang sakit, terutama di daerah dengan keterbatasan fasilitas kesehatan dan dukungan pemerintah. Keluarga, tetangga, maupun komunitas lokal dapat berperan penting dalam memberikan dukungan, baik moral maupun material, agar anak-anak seperti Alin bisa hidup dengan lebih layak dan bermartabat.
Dengan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat, diharapkan nasib Alin dapat membaik, dan keluarganya mendapatkan dukungan yang layak, sehingga gadis malang ini dapat menjalani hari-harinya dengan sedikit lebih ringan dan penuh harapan.***